⚠️ (GUE TARUH SINI SUPAYA KEBACA)
FIRST! Rasanya gue udh pernah bilang di awal/pertengahan bulan ramadhan kmrn klo bakal hiatus selama ramadhan krn gue kerja. Tapi mungkin banyak yang kelewat karena ga follow gue dan ga kepikiran untuk ngecek di papan pengumuman (wall) atau apalah itu, whatever
SECOND! ternyata gue ga lama resign, TAPI! tgl 4 kemaren nenek gue meninggal, gue udh kasih info, tp ya (again) karena ga banyak yg follow gue dan ga kepikiran untuk nge cek, jadi kelewat. SO, selain karena masa berduka gue jg sangat sibuk ngurus tahlilan apalagi lgsg di sambung lebaran.
DAN AKHIRNYA bisa update juga hari ini, NYOH!
dah, sekian~
HAPPY READING!
,-"Kenapa?" tanya Abhim menatap kedua mata Leo.
"Gavin gigit, nih!" adunya menunjukkan bekas gigitan di bahu. Abhim dan Jordan menoleh pada Gavin yang menukikkan alis.
"Leonya ngeselin!" Gavin menjauh dan berjalan dengan kasar menuju Oliv. Segera menghempaskan dirinya di samping Oliv dan menelusupkan wajah di lengan cewek itu.
Abhim dan Jordan bertukar pandang. Tidak mengerti harus berbuat apa dalam situasi macam ini.
Dave melirik Oliv yang menepuk dan mengusap pucuk kepala Gavin lalu menatap Ezra yang seperti tengah memerahi Leo. Pertemanan mereka begitu unik dan lucu. Rasanya Dave ingin sekali mengantongi mereka satu persatu.
Jordan mendekati Gavin. Berjongkok di depan pemuda itu merasa khawatir. Oliv sendiri tidak ambil pusing. Dia sudah berkali-kali menghadapi Gavin yang sedang dalam mood yang buruk. Mengerti bahwa Gavin hanya perlu diam seperti ini selama beberapa saat untuk meredakan kekesalannya atau dia bisa menangis. Gavin memang memiliki sisi yang kekanakan seperti ini. Mudah kesal, marah lalu menangis. Tapi Oliv sama sekali tidak keberatan dan mengerti. Itu lebih baik daripada Gavin tidak menunjukkan perasaannya sama sekali.
Jordan sedikit menyingkir saat Leo mendekat, atas paksaan Ezra. Terlihat dari langkah kaki yang ogah-ogahan dan wajah masam. Jordan bertukar pandang lagi dengan Abhim. Entah mereka membicarakan apa lewat tatapan mata.
"Ayo minta maaf" perintah Ezra.
Leo sempat bergeming beberapa saat, kemudian menubruk dan memeluk Gavin. Menduselkan wajahnya sambil cekikikan. Gavin tidak berusaha menjauhkan Leo, itu artinya dia tidak lagi marah. Gavin justru semakin merapat pada Oliv menelusupkan wajahnya dengan telinga memerah sempurna.
"Malu," cicitnya pelan membuat Oliv terkekeh.
Sikap impulsifnya membuat dirinya menjadi pusat perhatian seperti sekarang. Gavin merutuk terus menerus dalam hati.
"Cuci muka sana. Muka kalian cemong semua" ucap Oliv kemudian. Leo beranjak beberapa saat setelahnya, diikuti Abhim yang seperti anak ayam.
Gavin menggeleng kuat, masih betah menyembunyikan wajahnya. Namun Clarissa berteriak memanggil Oliv dari jauh. Gavin mau tak mau melepaskan pelukannya namun tetap menunduk menghindari tatapan orang lain.
Berjengit kaget saat jemarinya di genggam oleh seseorang, Gavin sontak menatap Jordan di hadapannya. Jordan semakin mengeratkan genggamannya, merasa gemas pada pipi yang bersemu semerah tomat dan mata yang melihat ke segala arah, gugup. Mengelus punggung tangan Gavin dengan ibu jarinya dan memandang Gavin dengan dalam. Mereka berlagak seolah dunia hanya milik berdua.
Jaco meringis, merasa tidak seharusnya masih terjebak disana. Ini bukan sesuatu yang harus ia saksikan. Maka detik berikutnya Jaco segera pergi menyusul Oliv dan Ezra sebelum menyaksikan lebih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
top position
AcakKata orang, masa SMA itu masa terindah. Menurut Gavin Junior Ainsley, biasa saja. Tapi untungnya, ada orang-orang spesial seperti ketiga sahabatnya atau teman-teman club basket. Setidaknya, cukup berwarna. Sampai ketika rasanya hidupnya perlahan ber...