Ezra duduk di tengah tribun lapangan indoor yang penuh itu. Di sebelah kirinya as always, Oliv. Cewek itu melipat tangannya di dada. Dengan mata sayu yang menatap malas, Oliv sukses mencuri banyak perhatian.
Ezra juga sama saja. Cowok mungil itu sukses mencuri perhatian karena perawakannya yang lucu itu tengah di apit dua cewek bongsor. Apalagi dia begitu tenang dan terlihat nyaman-nyaman saja saat Netha, salah satu teman mereka, memeluk pinggangnya erat dan menyenderkan kepala di pundaknya.
Tapi pusat perhatian yang sebenarnya jelas adalah mereka yang tengah berada di lapangan.
Hari ini ada pertandingan basket dengan sekolah sebelah. Bukan pertandingan yang serius. Tapi memang begitu menarik perhatian. Terutama bagi para perempuan. Delapan puluh persen penonton yang memenuhi tribun adalah perempuan.
Apakah karena itu adalah basket? Dimana anggotanya dipenuhi visual yang memanjakan mata. Apalagi otot perut tipis-tipis yang sering kali diumbar. Bisa jadi benar. Tapi yang jelas, tim basket kedua sekolah ini sangat menarik dan cukup unik.
Jika kedua tim basket ini bertemu di lapangan, penonton tidak ada yang peduli siapa yang mencetak skor paling banyak. Yang mereka pedulikan justru seberapa banyak gay moment yang mereka sebar.
Iya. Para supporter dari kedua sekolah ini justru bersaing menunjukkan kapal mana yang berlayar lebih kencang. Selesai pertandingan, maka mereka akan ribut membagi potret-potret ambigu bagi mereka di platform khusus.
Tidak ada yang merasa terganggu. Para pemain kadang kala hanya bergidik geli membayangkan diri disandingkan dengan temannya sendiri. Namun para fujoshi tau situasi dan tidak pernah keluar batas.
Lagi pula, hal ini cukup menyenangkan. Pertandingan kedua tim ini selalu berakhir baik entah siapapun yang menang dan kalah sebab para supporter fokus pada hal lain. Namun, dilain situasi, supporter kedua sekolah akan saling mendukung dan membantu satu sama lain. Seperti hubungan persaudaraan yang erat.
Ngomong-ngomong, Jika di Orion High School ada Leo dan Gavin, di Eridanus High School ada Gara dan Kean. Keduanya memiliki hubungan yang erat sehingga banyak yang 'ngeship'.
Sepanjang permainan mereka, Leo tidak ada habis-habisnya melirik Gavin. Leo dengar kemarin Gavin sempat collapse. Tapi dibandingkan Gavin, sekarang justru Leo yang terlihat tidak baik-baik saja karena tidak menaruh perhatian penuh pada permainan.
Leo banyak melakukan kesalahan. Meskipun selalu diiringi tawa lebar, Gavin entah kenapa menjadi khawatir pada Leo. Tingkahnya cukup aneh.
Maka separuh dari permainan yang hampir selesai itu diisi dengan Leo dan Gavin yang saling melirik. Saling mengkhawatirkan. Huft. (๑•﹏•)
Bola berada di tangan Leo. Pertandingan hampir berakhir dan ini kesempatan terakhir Leo untuk mencetak skor. Gerakannya lincah dan cepat mendribble bola dan menghindari lawan.
Leo melompat tinggi, melempar bola memasuki ring. Semua bersorak seketika dan kemudian hening pada detik berikutnya. Semua orang terkesiap melihat Leo terjatuh, memegangi pergelangan kakinya. Terkilir.
Seluruh tim basket dengan cepat mengerubungi. Gavin jelas sangat panik. Oliv dan Ezra sama khawatirnya. Pun semua orang.
"Wait-wait! Kasih ruang!" Gara sedikit berteriak. Meminta semua orang sedikit memberi jarak. Gara melirik Gavin yang berdiri paling dekat, lalu menggeser tubuhnya.
Gavin yang mengerti kemudian duduk di lantai, mendekap kepala Leo sementara Gara meluruskan kaki Leo.
"Tahan ya, sakit dikit" Gara terkekeh melihat Leo menatapnya dengan nyalang seolah mengatakan 'sakit dikit apanya!' dengan bibir yang digigit.
Euh, rasanya ngilu sekali. Leo memejamkan mata dengan sangat erat dan mencengkeram lengan Gavin kuat-kuat. Mengumpat dalam hati pada beberapa temannya yang tertawa di atas penderitaannya.
"Dah. Bisa jalan ga?" Gara menepuk lutut Leo yang tengah bengong melihat pergelangan kakinya.
"Sakit banget anjinggg" rengek Leo disambut tawa teman-temannya semakin nyaring.
"Yaudah sini gue gendong. Ke uks apa langsung pulang?" Gara menepuk pucuk kepala Leo.
"Ke uks aja dulu. Leo ga bawa motor hari ini" Gara mengangguki usulan Gavin lalu pindah ke samping tubuh Leo bersiap menggendong Leo ala bridal.
"Bjir, gendong belakang aja ege, beratt" protes Leo tetapi tangannya justru terkait di leher Gara.
"Ga berat" ucap Gara lalu melangkah menjauh, mengabaikan sorak riuh para penonton di tribun.
"Huu pamerr, mentang-mentang lebih gede" cibir Leo.
"Kok tau gue lebih gede? Pernah ngintip?" Gara menunduk sekilas, menahan tawa melihat alis Leo yang menukik.
"Hah? OH! Badan lu maksudnya, anjing! stress" geram Leo, ingin sekali menggigit Gara tapi Leo takut di jatuhkan tiba-tiba.
Leo semakin mengeratkan pelukan lengannya pada leher Gara dan meletakkan kepala di bahu kokoh pemuda itu. Melihat ke balik punggung Gara, Kean tengah berjalan menuju pinggir lapangan.
"KEANN SAYANG! GUE PINJEM GARANYA BENTAR YA!" teriak Leo memicu pekikan para cewek semakin nyaring. Leo terkekeh puas saat mereka sudah keluar dari lapangan indoor.
KAMU SEDANG MEMBACA
top position
RandomKata orang, masa SMA itu masa terindah. Menurut Gavin Junior Ainsley, biasa saja. Tapi untungnya, ada orang-orang spesial seperti ketiga sahabatnya atau teman-teman club basket. Setidaknya, cukup berwarna. Sampai ketika rasanya hidupnya perlahan ber...