scandal

1.1K 151 13
                                    

Gavin berjengit kaget dan mundur beberapa langkah ketika merasakan sesuatu tersiram ke tubuhnya. Menunduk untuk memeriksa, Gavin baru merasakan sensasi dingin seiring air yang mengalir membasahi hampir seluruh kemeja bagian depan. Gavin reflek mengibaskan kemejanya supaya tidak menempel dan semakin membasahi kaos yang ia pakai di dalam kemeja.

"What's wrong with you?"

Gavin mendongak dan menatap bingung saat Oliv menarik lengannya mundur dan bertanya dengan dingin. Di depannya ada seorang siswi yang menatapnya sinis dengan dagu terangkat tinggi, memegang sebuah cup besar yang telah kosong. Itu cup es teh dari kedai Mbak Sinta. Gavin meringis sambil menatap kemejanya yang basah.

Gavin ingin segera pergi karena malas harus menjadi pusat perhatian semua orang di kantin bawah, tapi Oliv memegang lengannya cukup kuat.

"Bukan urusan lo. Gue cuma buat perhitungan sama sugar baby satu ini," tunjuk siswi itu tepat di depan wajah Gavin. Gavin menaikkan satu alisnya, bingung. Oliv mendengus keras. Sebetulnya sama malasnya memperpanjang masalah sepele, tapi Oliv merasa dia harus menuntaskan ini.

"watch your words," peringat Oliv sambil berdecak malas.

Claudia—cewek di depan mereka itu justru tertawa, mengundang atensi lebih.

"Lo kenapa sih belain dia mulu? Dia bisu? Atau emang bisanya cuma nangis dan sembunyi di ketek orang-orang kaya lo? Terus ngadu ke sugar daddynya?"

Gavin menghela napas lelah. Seandainya cewek di depannya ini adalah sosok laki-laki, Gavin pasti tidak akan segan-segan melayangkan tinju untuk membantah ucapan itu. Sayangnya, Claudia adalah perempuan. Lalu bagaimana Gavin harus menyikapi hal ini selain diam? Karena membantah lewat kata sangat tidak efisien.

"Gue ga kenal lo siapa dan apa masalah lo sama gue, so, stop this nonsense, sebelum semuanya hilang kendali," Gavin menatap lurus pada Claudia. Dia serius mengatakan bahwa mungkin saja setelah ini semuanya akan hilang kendali. Entah itu dirinya sendiri ataupun Oliv yang memang senggol bacok.

"Yaelahh, sok banget lo? Bisa apa sih? Gak malu lo jadi cowok bisanya cuma jadi pelakor?" sosor seorang cowok yang tiba-tiba saja mendekat ke samping Claudia.

Gavin tidak mengenal cowok dengan tampilan berantakan itu. Melirik dada sebelah kirinya, namun tidak ada name tag yang menempel disana. Bergeser kesamping, memerhatikan name tag milik Claudia, Gavin seketika teringat tentang cuitan Twitter yang ramai tadi pagi.

Cuitan dari akun claudnta berisikan sumpah serapah untuk Gavin, disertai sebuah kutipan dari akun berita yang mengatakan rumor mengenai 'kedekatan Jordan dan seorang pelajar dan isu pertunangan sebelumnya, claudnta mengatakan bahwa Gavin memang merebut tunangan kakak sepupunya. Apalagi dengan latar belakang Gavin, banyak yang setuju dengan opini negatif itu. Cuitan pun semakin ramai karena dikutip dalam sebuah menfess.

Vey bilang, akun itu adalah milik Claudia dari IPS. Gavin tidak mengira Claudia berani mengkonfrontasi begini.


"Pelakor apa??" ulang Gavin sembari maju selangkah setelah melepas tangan Oliv dari lengannya. Kalau begini, Gavin tidak lagi ragu-ragu untuk maju. Lawannya seimbang. Gavin memberikan tatapan tajam yang sama sekali belum pernah ia perlihatkan.

"Gausah pura-pura gatau! Semua orang juga udah tau kalau lo ngerebut tunangannya kakak sepupu gue! Kalau butuh uang cari sugar daddy yang lain lagi aja jangan tunangan kakak gue! Lo tuh nggak level tau nggak?! Dari segi manapun juga lebih pantes kakak gue daripada lo"

Gavin melirik Claudia dengan malas. Sementara Oliv menahan diri untuk tidak menjambak rambut panjang itu yang membuatnya risih.

"Yaelah, lo kalau butuh duit gausah jauh-jauh pake ngerebut tunangan orang deh. Di sekolah ini juga pasti banyak yang bisa jadi sugar daddy lo, soalnya yang miskin kan cuma dikit. Lagian, masa kurang sih lo morotin temen-temen lo itu?" cemooh cowok itu semakin memantik api.

Gavin maju satu langkah lagi. Rahangnya semakin mengeras. Beberapa orang menyadari itu dan merasa ngeri. Tidak pernah mereka lihat Gavin seperti ini.

"She had a thing with me, even though it was all bullshit. But, who are you?" Gavin memindai cowok itu dari atas sampai bawah. Seperti yang Gavin duga, mudah sekali memancing emosi seorang pengecut seperti orang ini.

Satu pukulan menghantam pipinya. Gavin mendengus. Detik berikutnya Gavin meraih kerah cowok itu, membantingnya ke lantai dan membalas pukulan yang ia terima. Tidak banyak, Gavin hanya cukup membuatnya sedikit memar.

Gavin berdiri tanpa melepas cengkramannya pada kerah leher, membuat cowok itu ikut berdiri secara paksa.

"Do it again" gertak Gavin mengeraskan cengkraman, membuat cowok itu juga mencengkeram pergelangan tangannya berusaha melepaskan diri.

"say some more bullshit, c'mon" cibir Gavin sembari menepuk pundak cowok di depannya, seolah merapikan seragam yang tengah kusut.

"say it again. Gue cuma bisa apa??" Gavin menoleh kesamping saat sesuatu mengarah kepadanya. Rupanya Claudia hampir kembali menyiramnya, kali ini dengan sebuah smoothies mangga namun sudah di gagalkan oleh Oliv membuat smoothies-nya tumpah ke badan Claudia sendiri.

Gavin menahan tawa, jujur hal ini begitu konyol. Claudia tidak bisa menyerangnya selain dengan segelas minuman dan sebuah omong kosong. Tapi cewek itu berlagak sekali. Kini hanya bisa merintih merasakan jambakan dari Oliv.

"Gavin udah ngasih peringatan sebelumnya. Before everything gets out of hand—" Oliv menarik rambut Claudia ke atas sehingga cewek itu sedikit berjinjit karena perbedaan tinggi mereka memang lumayan jauh.

"—but you keep saying nonsense." Oliv mengendurkan cengkraman tangannya, lalu sedikit membungkuk agar wajahnya sejajar dengan wajah Claudia.

"Inget ini baik-baik and tell your whole family, Adinata played with the wrong person." tekan Oliv. Nada bicaranya tidak menggebu-gebu penuh emosi, pun tidak keras. Tapi dengan ekspresi Oliv saat ini, semua orang jelas merinding.

Sedari awal, mereka semua tau alpha girl satu itu sama sekali tidak bisa diganggu. Meskipun entah apa jelas latar belakangnya. Kini mereka semakin yakin, Oliv bukan orang main-main.

 Kini mereka semakin yakin, Oliv bukan orang main-main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

top position Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang