Raut wajah datar milik Oliv sudah tidak asing lagi bagi Gavin. Namun entah mengapa untuk kali ini, Gavin mengerti alasan kenapa hal itu menjadi hal yang ditakuti.
Memasuki kamarnya sendiri, Jordan segera meletakkan nampan berisi sarapan milik Gavin ke atas nakas di samping ranjang.
Sementara Oliv mendekati Gavin, duduk di pinggir ranjang dan segera memeriksa suhu tubuh Gavin tanpa berbicara sepatah kata.
"Sakit apa?" Oliv menoleh pada Jordan yang menyodorkan semangkuk bubur.
"Kata Floryn kecapean doang" jawabnya singkat dan berlalu pergi menuju kamar mandi.
Oliv bergeming sesaat lalu menyendok bubur dan menyuapi Gavin. Gavin tidak segera menerima suapan itu.
"Kok lo tau gue disini?" Oliv tidak menjawab. Masih dengan tangan terangkat, menunggu Gavin menerima suapan.
Gavin mau tidak mau akhirnya menerima suapan itu.
"Jordan sepupu gue"
Gavin seketika tersedak.
,—
"Oliv pulang?" Jordan keluar dari walk in closet dengan pakaian semi formal.
Gavin yang tenggelam dalam selimut menganggukkan kepalanya. Gavin terlihat begitu serius berpikir. Banyak sekali yang ingin ia katakan pada Jordan, tapi bingung harus memulai darimana.
"What are you thinking?" Jordan menatap Gavin lewat pantulan kaca.
"karena Oliv itu sepupu lo, berarti harusnya gue boleh tinggal di rumah Oliv dong?"
Jordan berhenti merapikan rambutnya, berpikir beberapa detik.
"Let's talk about it later. Gue selesai pertemuan habis makan siang." finalnya lalu menepuk pucuk kepala Gavin sebelum pergi keluar.
Samar-samar Gavin dengar Jordan meminta maid di depan untuk benar-benar memerhatikan dirinya.
Tidak tau kenapa tapi Gavin merasa salah tingkah. Wajahnya yang hangat karena demam semakin terasa panas. Gavin memeluk erat selimut tebal yang membungkus dirinya, gemas.
,—
"Pertemuannya hari ini sampai jam berapa?" tanya Clarissa setelah selesai meneguk air putih.
Andrew yang tengah merapikan dasi menoleh ke istrinya. "Setelah makan siang" Clarissa mengangguk-angguk.
"Ed, ingatkan Dave untuk sarapan" titah Clarissa diangguki Eadrick.
Dave memang sudah meninggalkan mansion dari pagi buta. Dave menerima laporan bahwa markas Selatan telah dimasuki mata-mata, jadi dirinya bergegas kesana. Ed berencana menyusul, membawa sepotong sandwich atas titah Clarissa agar Dave tidak melupakan sarapannya.
Sementara Andrew dan Jordan akan menghadiri pertemuan formal yang sama, Clarissa dan Ethan berdiam di rumah.
"Aku berangkat dulu" pamit Ed lalu mengecup kening Ethan dan mengelus sebentar perutnya. Ethan melambaikan tangannya dan tersenyum manis.
Setelah Ed tidak lagi terlihat, Ethan beranjak. "Aku ke Gavin dulu yaa"
Clarissa yang bersiap mengupas buah, mengangguk. "Nanti mom nyusul kok"
"Eh, Jordan" Jordan yang akan beranjak mengikuti sang ayah menjadi duduk kembali mendengar panggilan sang ibu.
"Tadi kayanya Oliv kesini, deh."
Jordan mengangguk, "Iya, Oliv temennya Gavin. should we just let him stay with oliv? Dia nanya tadi"
Clarissa menghentikan kegiatannya, "we'll see later"
Jordan menatap heran Clarissa lalu mengedikkan bahu. "Whatever. See you later, mom"
,—
"Loh? Gavin temennya Oliv?" Ethan menoleh dengan mata membulat terkejut. Gavin mengangguk pelan.
"Dunia sempit ternyata" Ethan lanjut memakan potongan apel yang di bawakan Clarissa. Clarissa mengangguk-angguk setuju.
"Aku juga baru tau ternyata Oliv sepupunya Jordan" Gavin memakan buah yang disuapkan oleh Clarissa. Awalnya Gavin menolak disuapi, tapi Clarissa memaksa.
"Oliv dan Jordan itu lucu, semacam love hate relationship" Ethan mengangguki ucapan Clarissa sementara Gavin ber-oh ria.
Hubungan Oliv dengan dirinya dan Leo bisa dibilang love-hate relationship juga. Pengecualian hanya untuk Ezra dan Noel, sepertinya.
"Kayanya Oliv love-hate everyone kecuali Ezra sama Noel deh" ucap Gavin sambil menatap langit-langit, mengingat tingkah laku Oliv selama ini.
Gavin merasakan sesuatu menimpa pahanya. Menunduk, Gavin mendapati Ethan sudah berbaring miring dan menggunakan pahanya sebagai bantal.
Clarissa terlihat gemas, menguyel-uyel pipi Ethan. Ethan tertawa kecil.
"Babynya suka deket deket Gavin nih" Ethan mengelus-elus perutnya.
Clarissa tertawa, "memangnya Oliv gimana kalau sama Ezra dan Noel ya tadi?" menoleh kembali pada Gavin setelah menyuapkan anggur ke Ethan.
"Ah, kalau sama mereka berdua, Oliv itu definisi mencintai secara ugal-ugalan" kata Gavin dengan mantap, membuat kesan lucu di mata Ethan dan Clarissa.
"Iya? Kenapa gitu? Kalo sama Gavin emangnya Oliv bagaimana?"
"Mungkin karena Ezra tuh memang love-able dan Noel itu lucu. Kalo sama aku, kadang Oliv tuh iseng dan ngeselin. Tapi Oliv aslinya perhatian dan peka" Gavin melihat Ethan dan Clarissa mengangguk bersamaan.
Gavin bersemu, merasa malu karena berbicara panjang lebar. Dirinya berpikir apakah dirinya tidak terlihat aneh? Atau tidakkah Gavin seperti anak kecil?
Tapi jujur dari lubuk hati, Gavin merasa nyaman berada di sekeliling mereka.
Kemaren pengen double up tp nge stuck di tengah2 🙂Love you all 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
top position
RandomKata orang, masa SMA itu masa terindah. Menurut Gavin Junior Ainsley, biasa saja. Tapi untungnya, ada orang-orang spesial seperti ketiga sahabatnya atau teman-teman club basket. Setidaknya, cukup berwarna. Sampai ketika rasanya hidupnya perlahan ber...