warm hug

4.5K 376 19
                                    

Jordan menatap dengan lamat wajah berderai air mata dan bibir bergetar itu.  Gavin menangis tanpa suara. Dan kepalanya terasa semakin kosong. Hanya ada satu fakta bahwa Gavin tidak baik-baik saja.

Segera ia rengkuh tubuh Gavin, memberinya pelukan hangat. Mungkin lebih hangat dari pelukan saat Gavin demam waktu itu.

Tanpa sepatah kata, namun Gavin tau dia aman dalam pelukan nyaman ini. Hangat dan kokoh, seolah mengeratkan kembali Gavin yang tengah rapuh. Menyatukan lagi kepingan yang telah retak. Dan Gavin merasa tidak sendirian.

Gavin semakin menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Jordan lalu memejamkan mata. Menaruh kepercayaan penuh pada pria itu untuk menggendongnya pergi. Menuju ruangan Dave.

,—

Ed dan Ethan saling bertukar pandang. Saling berbicara lewat mata. Apakah yang mereka lihat adalah nyata? Jordan memeluk pinggang Gavin yang tidur di pangkuannya dengan erat. Posesif. Seakan Jordan adalah makhluk teritorial.

Rahang Jordan mengeras dan alisnya menukik secara berkala. Dia tengah melihat tayangan CCTV. Sama sekali tidak ada bukti bahwa Gavin melakukan hal buruk pada karyawan wanita itu. Tuduhan itu juga di tepis kuat oleh rekaman kamera kecil pada pena yang Ed berikan pada Gavin tadi siang.

Hal ini di luar perkiraan. Ed tidak tau kalau itu berguna secepat ini.

"Mereka gila atau gimana? There is CCTV here! What the hell?"

Jordan memijat pangkal hidungnya. Tidak habis pikir sekali dengan karyawannya yang melakukan hal konyol seperti ini. Wanita ini seperti sukarela masuk ke dalam kandang singa atau dengan waras terjun dari lantai lima. Selain itu, apa tujuannya melakukan drama murahan tanpa persiapan begini? Aneh. Hanya membuat kepala Jordan pening tujuh keliling!

"U know, Jordan. Semua orang membicarakan tentang sugar baby. They thought that Gavin is your sugar baby dengan berbagai cocoklogi. And, mereka mengira kamu seperti orang kebanyakan atau tokoh di novel picisan, tidak menganggap Gavin serius dan hanya menjadikannya mainan.—

—mereka pikir bukan hal yang mustahil kalau kamu mengabaikan CCTV, dan 'membuang' Gavin begitu saja."

Jordan termenung beberapa saat. Maka semuanya menjadi cukup masuk akal. Tapi tetap saja itu masih pemikiran yang aneh. Kenapa bisa mereka menyimpulkan demikian?

"Langsung pecat aja deh orang-orang ini" Jordan menghela napas lelah.

Ed mengangguk-angguk, "pilihan yang bagus. I've been thinking about this for a long time, tapi belum ada momen yang cocok"

"Ada berapa orang memangnya?" tanya Ethan sembari mengelus perutnya, melirik pada Jordan.

"Lima, maybe. Termasuk sekretarisku" Ethan terkekeh mendengar nada suara Jordan yang terdengar putus asa.

"Isn't that great? Kamu udah dari lama pengen ganti sekretaris kan?" Jordan mengangguk.

Kinerja sekretarisnya memang tidak begitu bagus. Bisa di bilang pas-pasan, malah. Apalagi tingkahnya yang terkadang di luar akal. Memakai pakaian ketat yang tidak sesuai, misal. Sengaja membuat Jordan pening dan reflek memijat pangkal hidung. Tapi apalah daya, Jordan tidak bisa begitu mudahnya mengganti sekretaris disaat keadaan tengah kacau. Untungnya tiba juga saat seperti ini.

"Gimana perkembangannya?" Ethan menunjuk Gavin dengan dagu.

Jordan melirik sekilas Gavin yang tengah terlelap. Napasnya sudah teratur, membuatnya sedikit lebih tenang.

"Sebenarnya udah cukup aman. Tapi mereka jago kucing-kucingan. Dan markas selatan selalu kebobolan"

Ethan bangun dari duduknya, meregangkan tubuh. "That's okay, jangan gegabah. Good job Jordan, proud of you~" Ethan mengacak rambut Jordan lalu menepuknya beberapa kali.

Ed terkekeh, kemudian mengiringi langkah Ethan dan merangkul pinggang suaminya sesekali memberi usapan lembut. Meninggalkan Jordan yang tersenyum lebar.

,—

Gavin mengerjap, berusaha membuka matanya yang terasa berat. Matanya perih, wajahnya seperti bengkak karena menangis, dan sekarang lehernya terasa pegal.

Sayup-sayup ia dengar suara percakapan yang belum bisa Gavin cerna. Satu hal yang masuk ke otaknya adalah fakta bahwa dia haus.

"Karena saya tidak ingin main sepihak, jadi saya bertanya kesaksian dari kalian semua. Walaupun sepertinya tidak mengubah banyak karena bukti sudah jelas. Nanti kalian lihat sendi—"

"Haus..." lirih Gavin sambil mendongak, meskipun yang terlihat hanya rahang tegas Jordan.

"Hm? Haus?" Jordan segera merespon, memotong ucapannya sendiri. Jordan melirik karyawan yang paling ujung, dekat dengan dispenser. Mengerti hal itu, karyawan itupun tergopoh mengambil air minum dan segera menyodorkannya pada Jordan.

Gavin menegakkan kepalanya dengan loyo. Menerima gelas dan segera minum. Ujung telinganya memerah, mengerti bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. Gavin buru-buru menghabiskan airnya dan mengembalikan gelas ke tangan Jordan. Lalu menelusupkan wajahnya lagi pada perpotongan leher Jordan.

Jordan tidak terlalu menghiraukan hal itu. Diliriknya Gavin sudah kembali terpejam dengan tenang, Jordan melanjutkan pembicaraan.

,—

Besoknya, berita menyebar dengan cepat. Banyak yang mengolok-olok betapa bodohnya karyawan yang membuat drama murahan seperti itu dan terekam jelas dalam kamera cctv. Juga membuat mereka menyadari posisi. Sama sekali tidak sebanding dengan Gavin.

"Katanya sih dia cuma mau bikin gempar karyawan gitu kan pak Jordan nggak ada di tempat kemaren. Eh nggak taunya Gavin malah collapse. Kayanya fobia gelap sih, kan lampu gudang mati"

"Tapi seneng gak sih dia dipecat? Udah eneg gue soalnya. Thanks to dek Gavin"

"Kasian tapi sumpah, kayanya fobia berat. Lo gak tau aja segimana paniknya pak Jordan kemaren. Terus gimana sweet dan gentle sikapnya, arghhh."

btw, enaknya Leo seme atau uke ya? 😋kalo gue tim uke sih 😋semua uke adalah anakku syang 😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


btw, enaknya Leo seme atau uke ya? 😋
kalo gue tim uke sih 😋
semua uke adalah anakku syang 😍

top position Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang