Kata orang, masa SMA itu masa terindah. Menurut Gavin Junior Ainsley, biasa saja. Tapi untungnya, ada orang-orang spesial seperti ketiga sahabatnya atau teman-teman club basket. Setidaknya, cukup berwarna.
Sampai ketika rasanya hidupnya perlahan ber...
"Lo... emang biasanya sehari jajan bisa sampai satu juta?" tanya Jordan saat mobil sudah beberapa meter menjauhi kawasan sekolah.
"Enggak!" bantah Gavin tanpa ragu sedikit menaikkan nada suaranya, menoleh cepat pada Jordan.
Mendengus, "itu kerjaan Oliv, plis. Itu tagihan enam orang..." Gavin melirik keluar lagi dan memainkan jemarinya, salah tingkah.
"Nanti gue ganti..." cicitnya kemudian.
"Relax, just asking... Habis lebih dari itu juga gapapa"
Ew, kenapa Jordan terdengar seperti sedang flirting? Niatnya hanya supaya Gavin merasa lebih baik. Lagipula memang betul bahwa nominal itu tidak berarti apa-apa. Jordan hanya sedikit heran. Apa yang Gavin beli di sekolah sehingga menghabiskan sebanyak itu? Jika itu untuk enam orang, wajar saja.
Jordan dapat melihat Gavin menggeleng lewat ekor matanya.
"Nih, gue balikin aja" Gavin menyodorkan kartu itu.
Jordan menaikkan alis, "kenapa?"
"Gue punya uang sendiri kok. Lagian ini tuh, berlebihan" ringis Gavin di akhir kalimatnya.
Jordan tersentak lalu merogoh kantong jasnya untuk mencari dompet. Setelah mendapatkannya, Jordan mengeluarkan salah satu kartu.
"Nah, lo pakai kartu platinum ini aja. Limitnya lebih kecil. Kemaren gue ketuker ngasihnya."
Gavin melongo. Maksudnya kan tidak begitu.
"Nggak, nggak perlu, Jo. Buat apa? Ngapain lo ngasih gue anjir? Kan gue yang numpang ke lo"
Gavin tidak habis pikir, pun kemarin ketika Jordan menyerahkan kartu yang saat ini masih dia pegang. Sayangnya dia tidak punya kesempatan bertanya seperti sekarang.
"Udah terima aja," Jordan menukar black card yang Gavin pegang dengan kartu platinum di tangannya.
"Anggap aja kompensasi. Sekarang itu pure punya lo. Lo bisa make sampe limit, oke?" Gavin bergeming, tidak menjawab sama sekali.
"By the way... mereka tadi itu siapa? Did they do something bad to you? Lo korban bully?"
Gavin mendelik pada Jordan yang sibuk mencari tempat parkir sebuah gedung.
"they annoy everyone, including me, that's it." jawab Gavin singkat dan mengalihkan pandangan keluar lagi.
"Should I do something to them?"
"Something like what?"
Gavin menoleh lagi, dengan sabar menunggu Jordan yang tidak langsung menjawab dan seperti berlagak seolah begitu sibuk memarkirkan mobil sampai tidak bisa membagi fokus.
"D.O"
Gavin bergeming.
"That's too much"
"Nope. Kompensasi, Vin. Selama lo sama gue, gue pastikan lo nyaman tanpa gangguan sedikit pun."
"Nggak perlu segitunya lah. Mereka cuma remaja childish."
Jordan mengangguk mengerti dan melirik Gavin yang sekali lagi mengalihkan pandangan.
Tidak tau saja dia kalau Gavin sedang menepis pikiran-pikiran aneh. Salahkan semua orang yang mengatakan kalau Jordan adalah sugar daddy-nya!
,-
"Tunggu disini. Atau kalau mau ke lantai tiga. Ada kantin, cafe dan minimarket. Jangan jauh-jauh" pesan Jordan sebelum meninggalkan Gavin di ruangannya.
Jordan membawanya ke kantor. Ada urusan penting, katanya. Gavin heran kenapa Jordan repot-repot menjemputnya dan membawanya kemari.
Kenapa tidak meminta seseorang menjemputnya atau membiarkan dia pulang bersama Oliv?
Gavin terkulai malas di sofa, mengutak-atik ponselnya yang begitu membosankan itu. Ruangan Jordan yang tertutup terasa lengang walaupun masih terdengar bising khas kantor di luar.
Apa dia pergi ke lantai tiga saja?
Gavin memegang kenop pintu dan menimbang-nimbang keputusannya. Sesaat setelah kenop di putar dan pintu terbuka, Gavin merasa sedang dikuliti habis-habisan.
Pandangan semua orang tertuju padanya. Dengan kikuk, Gavin mencoba melenggang pergi secepat mungkin.
Gavin tau itu hanya tatapan reflek dan terjadi hanya selama beberapa detik. Tidak begitu negatif. Tapi tetap saja Gavin kikuk. Dan tentu tidak mustahil bahwa Gavin akan menjadi buah bibir.
Merasa tidak lapar, Gavin memilih memasuki mini market untuk membeli beberapa snack.
Gavin memilih snack dengan agak lama. Sengaja mengulur waktu untuk membuang bosan. Setelah mengisi keranjang yang ia pegang dengan penuh, Gavin berencana menuju kasir.
Namun, langkahnya terhenti saat melihat dua karyawan yang tengah berbincang di depan peti es. Gavin tidak berniat menguping ya! Tapi kalau Gavin lewat, dia mungkin akan menginterupsi obrolan mereka jadi sebaiknya Gavin memilih snack lagi.
"Katanya Pak Jordan bawa orang ke kantor?"
"Cuma anak SMA, kenapa pada lebay?"
"Ya gue kan cuma denger-denger aja, katanya pak Jordan bawa orang yang spesial"
"Spesial, your eye! Anak SMA plis"
"Gue kan ga tau, ege! Citra noh tadi heboh, katanya 'sumpah deh, pak Jordan kan ga punya sepupu atau ponakan cowok gitu. Sugar baby-nya itu mah! Ngerti kagak sih chemistrynya tuh beda! Coba deh lo perhatiin nanti' kaya apa ya pembawaan pak Jordan beda gitu katanya, aneh"
Wanita satunya bergeming dan berusaha mengingat bagaimana Jordan tadi saat membawa Gavin masuk. Lalu tanpa sadar mengangguk.
"Iya ya... the way he holds his waist-"
Gavin merinding dan merasakan perutnya bergejolak. Sebelum ia mendengarkan obrolan menjadi semakin aneh yang membuat bulu kuduknya semakin berdiri dan pikirannya semakin tenggelam, Gavin memilih pergi ke kasir.
Tentu saja obrolan mereka berhenti saat melihat satu-satunya orang yang memakai seragam sekolah melewati mereka. Terkesiap dan salah tingkah, berusaha tidak berada dalam jarak pandang Gavin.
Padahal cowok itu sendiri juga sedang salah tingkah dan berusaha bersikap tidak tau apa-apa dan menghindari mereka. Tangannya bahkan sedikit bergetar dan ujung telinganya memerah.
Sedangkan sang kasir menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan ketika melihat kartu yang Gavin gunakan. Jelas sekali tertera nama Jordan di sana. Tapi Gavin sama sekali tidak menyadari itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Thank you so much yang udh baca dan support ya!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
btw, cepet banget turunnya ya wkwk tp gapapa, gue pikir ini lebih cocok daripada yang kemarin.