Gavin sempat berjengit kaget mendengar seruan Ethan yang menyuruhnya untuk menutup mata. Setelah itu Gavin mendengar sesuatu yang asing dan beberapa saat kemudian ada langkah kaki yang mendekat.
Gavin penasaran sekali. Jadi dia memutuskan untuk menoleh. Tapi belum sempat melihat apapun, kepalanya kembali menghadap ke depan. Pipinya di tahan dari belakang.
Kalau tidak, Gavin akan melihat mayat yang tergeletak dengan pisau kecil yang menancap di leher.
Gavin mendongak, melihat Ed yang juga menunduk menatapnya sambil tersenyum. Gavin merinding...
"What's up?" Ed menepuk kepala Gavin sementara Gavin berdiri kaku.
Entahlah, Gavin takut dengan Eadrick. Mungkin karena Ed memiliki badan yang lebih besar dari Jordan. Gavin merasa begitu kecil. Walaupun ya, tidak sebegitunya.
Eadrick juga memiliki aura yang seram. Meskipun pria itu sedang tersenyum. Seperti saat ini. Gavin takut dan kikuk sendiri.
"Why are you here?" Ethan bertanya sembari mereka berjalan menjauh dari lokasi mobil.
"Harus banget dipertanyakan?" Ethan terkekeh sementara Ed hanya tersenyum.
Ed berjalan di tengah, memeluk pinggang Ethan dan merangkul pundak Gavin yang berjalan kaku. Ed diam-diam menertawakan Gavin dalam hati. Lucu sekali ingin ia kunyah.
Harap maklum, keluarga Richardson jarang melihat yang lucu-lucu.
"Gavin, aren't you hungry?" Ed bertanya sambil melirik Gavin. Gavin sempat mendongak dan menatapnya sepersekian detik lalu menatap Ethan. Tingkahnya seperti anak yang sedang meminta persetujuan sang ibu.
"Kita makan dulu kalau gitu" ujar Ethan lalu membawa mereka memasuki sebuah restoran.
,——
"who finished it?" Ethan mengoper piring berisikan seafood ke depan Gavin yang sedang fokus mengunyah, mengabaikan percakapan Ethan dengan Ed yang entah membicarakan apa.
"Vicky"
Ethan mengernyitkan alis, "bukannya dia baru? Is he okay?"
Ed mengangguk-angguk antara mengiyakan ucapan Ethan juga menikmati rasa makanan di mulutnya.
"Nothing to worry, he is Jack's partner after all" Ed menyodorkan sendoknya ke depan mulut Ethan.
"Eh, serius? it seemed like they would be the perfect pair of partners" jawab Ethan setelah menerima suapan dari Ed.
Gavin sibuk sendiri menikmati makanan dan melihat mereka berdua mengumbar kemesraan. Namun Ed tiba-tiba melihat ke arahnya.
"Gavin mau di suapi juga?" Gavin menggeleng panik, hampir tersedak. Gila sekali calon bapak-bapak ini. Bagaimana jika Ethan salah paham? Emosi orang hamil kan tidak stabil.
Sementara Ethan biasa saja. Ia tau Ed hanya gemas pada Gavin dan menganggap Gavin sebagai adik kecil. Lagipula usia mereka cukup jauh. Gavin cocok saja menjadi anak Ed kalau Ed kawin dini.
"Jangan jahil-jahil, kamu nih" Ethan memukul kecil lengan Ed. Ed terkekeh lalu mereka kembali fokus pada makanan.
"Gavin masih pulang ke mansion kan ya?" Ethan membuka pembicaraan kembali.
"Iya. Sampai waktu yang belum bisa ditentukan, kamu tinggal di mansion Richardson dulu ya, Gavin."
Gavin melongo mendengar jawaban Ed.
"Lhoh, kata Jo nggak gitu"Ed menghela napas, "I'm so sorry, tapi masalahnya belum selesai. Akan berbahaya sekali kalau kamu jauh dari jangkauan keluarga Richardson"
"Untuk sementara hubungi keluargamu lewat hp saja, Gavin. Kalau nggak, mungkin seluruh keluargamu harus menginap di mansion"
Gavin bergeming. Sama seperti percakapannya dengan Jordan waktu itu, Gavin yakin ini juga tidak ada pilihan lain.
"Untuk keperluan kamu, nanti bicarakan dengan Jordan ya, he must be responsible" Ed bergumam di akhir.
Gavin kali ini mengangguk mengiyakan.
,——
Jordan baru sampai di mansion setelah mengurus mayat penguntit yang dibawa oleh Vicky. Mobilnya ia parkir sembarangan di halaman lalu ia melempar kunci mobil kepada salah satu bodyguard dengan asal.
"Jordan!"
Jordan menoleh, melihat mobil Ethan yang kini dikemudikan oleh Ed baru saja berhenti. Ed mengayunkan tangan memanggilnya untuk mendekat.
"Gavin ketiduran. Kayanya kecapekan. Bawa dia masuk yaa" Jordan hendak protes, tapi apalah daya kalau Ethan yang meminta.
Mereka berdua juga pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban dari Jordan.
Jordan menghela napas. Salah dia juga sih sampai menyeret bocah ini ke dalam masalah yang masih belum berujung. Jordan mungkin harus menyiapkan diri untuk direpotkan bocah SMA ini.
Jordan mengangkat Gavin tanpa bersusah payah. Gavin juga terlihat tidak terganggu sama sekali.
Jordan menghentikan langkah saat Gavin bergerak. Jordan pikir Gavin terbangun namun ternyata hanya menyamankan posisi sandaran kepalanya. Rambut lembut milik Gavin menggelitik lehernya.
Jordan keluar dari lift dan menuju kamarnya karena lebih dekat dari lift. Malas kalau harus mengantar Gavin ke kamar tamu yang agak ujung. Walaupun sebenarnya Gavin tidak berat sama sekali. Tapi tetap saja, malas ya?
Gavin yang cukup bongsor itu aja gemas di mata keluarga Richardson (yg lebih bongsor) apalagi kalau ketemu Noel si kunti bogel 😀
KAMU SEDANG MEMBACA
top position
AcakKata orang, masa SMA itu masa terindah. Menurut Gavin Junior Ainsley, biasa saja. Tapi untungnya, ada orang-orang spesial seperti ketiga sahabatnya atau teman-teman club basket. Setidaknya, cukup berwarna. Sampai ketika rasanya hidupnya perlahan ber...