"Welcome Mr. Jordan" sambut seorang bodyguard setelah mereka berdua memasuki sayap kiri ursa major. Ruangan luas itu di isi dengan beberapa meja bilyard, meja permainan kartu, catur, bahkan diujung ruangan terdapat bowling alley. Tak lupa dengan bar di salah satu sisi.
"Where's Jack?" tanya Jordan, menoleh pada bodyguard yang menyambutnya.
"He's busy" sahut Dave, berjalan mendekati mereka.
Jordan menaikkan alis, belum sempat melayangkan pertanyaan lagi, Dave lebih dulu menyela.
"Serahkan ke Jaco," Dave melirik bodyguard di samping mereka, Jaco yang bertanya-tanya perihal apakah tugas yang mereka berikan.
"Whatever, asal bukan R team," sahut Jordan. Dirinya masih sedikit was-was pada tim Raven perkara tempo hari.
"How are you, Gavin?" tanya Dave, kini sepenuhnya mengabaikan Jordan dan menaruh perhatian pada Gavin.
Tersentak kecil, Gavin buru-buru menoleh pada Dave. Dirinya sibuk mengobservasi seluruh ruangan.
"Sudah lebih baik" Gavin nyengir. Mau tidak mau membuat Dave tersenyum lalu mengusap pucuk kepala Gavin sekilas kemudian melenggang pergi karena masih ada hal yang harus ia kerjakan.
"Jaco, ikut kami ke sayap kanan," perintah Jordan segera Jaco laksanakan tanpa syarat.
Mereka pergi ke sayap kanan, dimana semakin masuk kedalam, jauh dari pintu masuk. Itu artinya, sayap kanan lebih luas daripada sayap kiri.
Gavin sedikit ternganga ketika melihat dinding kanan kiri dipenuhi senjata api yang berjajar rapi di dalam lemari kaca. Sedangkan di depan sana terdapat bulatan bulatan target.
"Ini tempat berlatih menembak indoor. Mulai besok, kamu bisa berlatih menembak, berkelahi dengan senjata jarak dekat, atau dengan tangan kosong. Jaco yang akan menjadi personal trainer kamu. Mau kan?"
Gavin melihat Jordan dan Jaco bergantian. Apakah Gavin bimbang? Tidak juga sebetulnya. Itu adalah kesempatan bagus yang tidak boleh di sia-siakan. Mendapat pelatihan seperti menembak secara gratis sangat menguntungkan Gavin. Tentu saja Gavin menyetujui hal tersebut.
Mereka kemudian pergi ke lantai dua. Melihat tempat berlatih berkelahi dengan tangan kosong yang dilengkapi arena tinju, tempat berlatih berkelahi menggunakan pisau, dan juga gym.
"Keren, kaya di film," celetuk Gavin membuat Jordan terkekeh. Gavin tidak pernah terpikirkan akan menemui hal seperti ini dalam kehidupan nyata. Sosok mafia-mafia yang biasanya hanya tokoh fiksi ternyata berada di sekitarnya, sedekat itu dengan kehidupannya.
Saat ini mereka tengah melihat beberapa anggota Moonlight tengah berlatih menembak di lapangan outdoor. Lapangan yang terletak di belakang Ursa Major setelah kolam renang.
"Mau nyoba panah, boleh?" tanya Gavin sambil menarik ujung baju Jordan yang sedang fokus mengawasi latihan. Sedari tadi Gavin salah fokus pada arena memanah di pinggir arena menembak.
Jordan melirik Gavin lalu tersentak kecil. Ada sengatan listrik yang menjalar dari ujung kepala dan membuat detak jantungnya tidak beraturan. Gavin membuatnya berantakan. Antara sadar dan tidak sadar Jordan mengangguk.
Gavin tersenyum lebar dan dengan semangat penuh menarik Jordan menuju arena memanah.
"Ajarin!" pinta Gavin, menyodorkan anak panah dan busur panah di kedua tangan.
Jordan terkekeh gemas. Tidak tahan lagi, kedua tangannya terulur menangkup wajah Gavin dan mengusapnya gemas. Gavin memekik kesal dan terus mencoba mundur dengan wajah yang memerah.
,—
"Taruh telunjuk kamu di atas anak panah, jangan terlalu erat. Oke, posisikan anak panahnya dulu terus tarik sambil busurnya di angkat"
Gavin mengikuti instruksi Jordan dengan tepat. Saat ini anak panah sudah siap meluncur. Gavin hanya tinggal menentukan target namun dirinya gugup bukan main. Jordan terus saja melakukan kontak fisik! Seperti memegang pinggangnya atau tangannya.
"Jangan gugup, santai aja targetnya nggak lari" Jordan memegang kedua tangan Gavin yang sedikit gemetar dari belakang, lalu menuntunnya untuk fokus pada target. Gavin mendengus dalam hati.
"Oke, lepas!"
Panah meluncur lalu menusuk target tepat sasaran. Gavin tertawa kecil sembari bertepuk tangan, merasa senang.
,—
"Tuan Gavin bisa berenang?" tanya Jaco, menoleh pada Gavin yang bersebelahan dengan Oliv. Mereka berada di pinggir kolam renang.
"He's on the same level as me" sahut Oliv membuat Gavin menoleh bingung.
"Hah? Emang iya?"
Oliv mengangguk dan berdehem mengiyakan.
"Leo ada di atas kita" tambah Oliv. Jaco semakin dibuat penasaran dengan teman-teman bos kecilnya.
"Kalau begitu Tuan Gavin tidak perlu pelatihan khusus dalam berenang," terang Jaco. Oliv mengiyakan lagi.
"Capek?" tanya Oliv. Gavin menggeleng.
"Tadi udah makan?"
Gavin mengangguk."Haus?"
Gavin mengangguk lagi. Oliv segera mengangkat tangannya lalu salah satu bodyguard segera menghampiri.Jaco hanya memperhatikan interaksi keduanya. Interaksi yang unik. Seperti pasangan orangtua dan anak. Jika mendengar hal ini, Oliv juga tidak menyangkal. Lebih tepatnya Oliv seperti seseorang yang dengan senang hati merawat anak kucing.
Lama juga ya nunggu semua chapter dapat 225 vote. Padahal awalnya gue naroh angka 250 WKWKWK
BTW GUYS! Cerita gue ini aneh kah? ngebosenin gak? atau gimana?
Atau guenya yg aneh? guenya yg gak asik? boleh krisarnya dsini >
(ini gue up krn kelamaan anjir nungguin 225 vote 😤 dan krn dah mayan yg nyampe 200an jd yaudah gue up sekalian nanya soalnya gue gabut)
MAAP BERISIK 😢
KAMU SEDANG MEMBACA
top position
RastgeleKata orang, masa SMA itu masa terindah. Menurut Gavin Junior Ainsley, biasa saja. Tapi untungnya, ada orang-orang spesial seperti ketiga sahabatnya atau teman-teman club basket. Setidaknya, cukup berwarna. Sampai ketika rasanya hidupnya perlahan ber...