willingness

3.5K 401 16
                                    

Gavin terbangun dengan sedikit terkejut bersamaan dengan Jordan yang membukakan pintunya.

"Loh? Udah bangun?"

Gavin hanya mengangguk kecil, tubuhnya masih bersandar, menatap kedepan dengan kosong. Perasaannya hampa, entah kenapa. Gavin mengusap wajahnya dengan gusar.

Jordan sedikit menunduk, mengerti bahwa suasana hati Gavin berubah, dia meraih tangan Gavin dan mengelusnya dengan lembut.

"Mimpi buruk?"

Gavin menoleh, memandang Jordan dengan dalam beberapa saat, kemudian menghela napas. Mimpinya tidak bisa dibilang buruk, mungkin karena ia memimpikan sang ibunda, perasaannya jadi campur aduk.

Gavin menggeleng menjawab pertanyaan Jordan kemudian balik memegang jemari Jordan. Kedua tangan mereka bertaut menyalurkan kehangatan dalam diam.

"Ayo turun dulu. Ini hampir jam 3, kita istirahat dulu sebelum lihat sunrise nanti..." bujuk Jordan sembari menarik pelan tangan Gavin, menuntun pemuda itu untuk keluar dari mobil.

"Aku... mimpiin Bunda, Jo..." ucap Gavin lirih, menatap ke bawah pada tanah berumput yang ia pijak. Melihat ke kanan dan ke kiri, sejauh yang ia lihat tanah terlapisi rumput rapi dan terawat.

"Kamu rindu Bunda?" Gavin mengangguk kecil.

"Itu berarti bunda juga rindu kamu, that's why dia datang ke mimpi kamu," Jordan mengusap rambut Gavin dengan tangan yang terbebas sementara satu tangan yang lain masih saling bertaut dengan tangan Gavin. Gavin berdehem menyetujui.

Angin semilir berhembus, dingin menusuk. Gavin menyadari bahwa ini jauh dari perkotaan. Suara gemerisik daun pepohonan yang saling bergesek tertiup angin menemani mereka. Jordan merangkul pinggangnya, mengajaknya melangkah melalui tangga setapak menuju sebuah bangunan cantik itu. Sebuah villa menyendiri di atas bukit. Berhias taman kecil dan hamparan rumput di halaman dengan lampu-lampu kecil temaram. Dibawah rembulan dan indahnya langit malam yang bersih.





,—



"Tadi bisa tidur?" tanya Jordan basa-basi sembari menyodorkan se cangkir coklat panas.

Sebetulnya Jordan tau jawabannya. Dirinya berkali-kali memeriksa Gavin, mengkhawatirkan pemuda itu. Itu artinya Jordanlah yang tidak (bisa) tidur.

Gavin menerima coklat panasnya dan bergumam 'thanks', kemudian kembali menatap lurus ke depan, menikmati pemandangan matahari yang mulai terbit. Gavin mengangguk, "bisa kok," jawabnya kemudian menyesap sedikit coklat panasnya.

Mereka tengah berada di halaman belakang Villa.

Jordan ikut mengalihkan wajah menjadi menghadap depan melihat matahari terbit. Sejujurnya Jordan belum puas menatap makhluk di sampingnya.

"Punya rencana liburan?" tanya Jordan. Ini liburan akhir tahun.

"Nggak ada. Kenapa? Mau ngajak liburan?" Gavin menoleh dan menyengir membuat Jordan terkekeh.

"Mau? Bilang aja mau kemana, nanti biar ku atur" tantang Jordan.

"Bercanda doang! Paling aku main sama Oliv atau yang lain" Gavin mengusap lehernya berusaha menutupi salah tingkah, tiba-tiba menyadari bahwa gaya bicara mereka berubah. Sejak kapan?!

Jordan tidak bisa tidak tersenyum melihat ujung telinga Gavin yang memerah, entah karena dingin atau tengah malu.

Gavin mencuri-curi pandang pada Jordan. Berada di dekat pria itu memberinya pengaruh banyak. Gavin merasakan kehangatan dalam konteks yang berbeda dibandingkan dengan Oliv atau temannya yang lain. Apakah itu artinya ini bukanlah perasaan sesaat? Dan bagaimana dengan Jordan? Gavin merasa rendah di samping pria itu.

"Karena kamu nggak punya rencana liburan, aku akan ajak kamu ke suatu tempat"

"Kemana?"

Jordan tidak menjawab. Menyesap kopinya sampai habis kemudian berdiri, lalu menjulurkan tangannya pada Gavin.

"Ayo lari pagi sebentar lalu mandi. Oliv menunggu di markas"

Gavin menerima uluran tangan Jordan dan tertawa kecil karena Gavin benar-benar menggantungkan tubuhnya pada Jordan. Ternyata Jordan begitu kuat. Bahkan tidak terlihat berusaha sama sekali untuk menarik Gavin.

"Markas?" beo Gavin.

"you will know. Moonlight corp. that mysterious one"

,—






Sampailah mereka di depan sebuah bangunan seperti mansion modern dari luar dengan nuansa hitam setelah melewati perjalanan cukup jauh. Turun dari bukit, melewati perkotaan lalu hutan-hutan.

Gavin berdecak kagum dalam hati melihat bangunan yang disebut markas ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gavin berdecak kagum dalam hati melihat bangunan yang disebut markas ini.

Seperti sudah terbiasa, Jordan meraih pinggang Gavin lalu mereka berjalan memasuki markas. Bodyguard berada di segala sisi berdiri tegap, siaga terhadap apapun. Hanya melirik sekilas kedatangan mereka berdua lalu fokus kedepan lagi. Jika tidak sedang bertugas, mereka mungkin akan bertanya-tanya siapa gerangan pemuda di sebelah sang tuan itu.

"This is Ursa Major, markas utama Moonlight. You know, tidak ada perusahaan besar yang bergerak sendiri tanpa 'bayangan', Gavin. Moonlight sendiri organisasi bawah tanah yang berfungsi menjadi RC Company's protector. I can't say that this organization is clean, you will know how it works, if you stay by my side"

Gavin menoleh menatap Jordan yang berlagak seolah tidak ada yang salah.

"But you hugged me tightly? Can I not be by your side then?"

Jordan menoleh dengan cepat dengan alis terangkat.

"Yeahh, you're right. you can't not be by my side. I will never let you go"



Habis ini akan SLOW UPDATE!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Habis ini akan SLOW UPDATE!!!

Gue nungguin SEMUA CHAPTER dapat MINIMAL 225 VOTE! 😋😋😋

Awalnya gue ga mempermasalahkan jumlah vote dsb sih soalnya gue nulis untuk kepuasan diri sendiri. Tapi selagi pembacanya jg lumayan knp gue nggak dpt feedback? 😋😋😋

BURUAN PENCET BINTANGNYA! 😠

(klo bisa sih lebih dari 225 yaa ;) wkwkw

top position Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang