Aera yang baru saja masuk ke rumah sudah disambut teriakan heboh Alea yang memanggil bundanya. Ia sudah biasa mendengarnya, kadang ia juga seperti itu.
"BUNDA ... TOLONG ALE!"
"Kenapa sih? Jangan teriak-teriak!" ucap Airin.
"BUNDA KE SINI!"
Airin menghembuskan napasnya, beranjak dari duduknya dan menghampiri Alea yang ada di kamar mandi dapur. Aera yang penasaran mengekor di belakang.
"Bunda Ale berdarah," ucap Alea lalu mengusap air matanya.
"Kenapa berdarah?! Apa yang berdarah?!" tanya Aera panik, apalagi melihat adiknya yang menangis.
"Gak tau, tiba-tiba celana Ale merah. Apa Ale pendarahan? Huwa ... Ale takut ..."
Sejenak Airin dan Aera terdiam, lalu beberapa detik kemudian tawa mereka pecah.
Airin langsung memeluk Alea sambil mengusap-usap rambut putrinya. "Hey, tenang. Ini bukan apa-apa."
"Tapi Ale berdarah, Ale takut, Bunda ..."
"Adek sudah haid! Darah itu darah menstruasi. Wah adik kakak sudah gede!" ucap Aera bersorak gembira.
"Haid?" tanya Alea menghentikan tangisannya.
Airin mengangguk. "Adek pasti sudah pernah belajar tentang ini kan di sekolah? Sekarang adek merasakannya," ucapnya. "Kamu punya pembalut, Nak? Punya bunda habis."
"Ada kok!"
"Ambil gih, nanti bawa ke kamar adek."
"Oke, Bun!" Aera langsung berlari menuju kamarnya.
"Ayo kita ke kamar." Airin merangkul pundak Alea mengajaknya ke lantai atas. "Perut Ale sakit gak?"
Alea menggelengkan kepalanya. "Enggak kok, Bun."
"Kalau perutnya sakit kasih tau bunda ya ... Kapan mulainya?"
"Ale baru tau tadi. Ale beneran gapapa, Bun?" Alea mendongak menatap Airin.
Airin terkekeh geli melihat ekspresi wajah anaknya. "Gak, Sayang ... Itu darah haid, gak usah takut."
"Nih, Bun ..." Aera menyodorkan sebungkus pembalut yang belum dipakai.
"Nah, Ale ambil celana dalam, bunda langsung ajarin."
Alea langsung menuruti perintah sang bunda.
"Kalau sudah haid shalat subuhnya gak boleh sering ketinggalan lagi! Hijabnya jangan dilepas pasang!" ucap Aera duduk di sisi ranjang Alea.
"Gak ada alasan kesiangan ya, Nak ... harus dikerjakan," lanjut Airin.
Alea mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan kakak dan bundanya. "Kalau waktunya sudah habis gimana?"
"Nanti harus kamu ganti," jawab si kakak. "Kalau puasa bolong wajib dibayar!"
"Ale gak pernah bolong."
"Tapi sekarang kamu gak bisa puasa full lagi."
"Liatin bunda, bunda ajarin Ale," ucap Airin. "Aera, ganti baju gih, terus istirahat." Airin menatap Aera.
"Iya, Bunda ... Aera ke kamar dulu." Aera bangkit dari duduknya, melangkah menuju kamar sebelah.
Sampai di kamar, Aera tidak langsung mengganti seragamnya, ia membaringkan tubuhnya di sofa lalu memainkan ponselnya.
Ceklek
Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Aera. Ternyata adik kembarnya yang masuk.
"Kenapa nih?" tanya Aera menatap mereka lalu kembali menatap layar ponselnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/352470515-288-k971603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Crocodile Girl
Teen Fiction📌Spin-off Airin Single Mom Aera Elysa Amerta namanya, sosok gadis yang ceria, hiperaktif dan ... suka berkata manis kepada pria-pria tampan. Ada banyak sekali korban Aera, tidak sedikit pula yang baper dan ingin menjadikannya sebagai kekasih mereka...