Pulang: 41

808 110 20
                                    

Aera membuka pintu mobil ayahnya keluar dari mobil dan melangkah memasuki rumah yang sudah lama ia tinggalkan.

Sudah satu tahun ia tidak pulang, ia memang jarang pulang karena orang tuanya yang sering berkunjung ke Banjarmasin. Terkadang mereka berhari raya di Banjarmasin, berkumpul dengan keluarga dari pihak nenek kandungnya.

Kali ini Aera pulang karena ingin menghadiri acara pernikahan teman sekelasnya, teman dekatnya. Walaupun lumayan jauh, ia meluangkan waktunya demi Husnul.

"Assalamualaikum," ucap alea.

"Eh, sudah datang." Airin tersenyum lebar menatap kedua putrinya. Ia tidak ikut menjemput, hanya suaminya yang pergi.

"Bunda ..." Alea berlari menghampiri bundanya lalu memeluk wanita yang sangat ia sayangi itu. "Ale rindu ..." Walaupun baru kemarin bertemu ia masih merindukan bundanya.

Airin terkekeh melihatnya. "Kan baru kemarin ketemunya."

"Tetap aja rindu."

Aera mendekati Airin lalu mencium punggung tangan bundanya setelah itu mencium pipi. "Adek-adek mana?"

"Les, padahal mereka pengen banget ikut jemput."

"Abang?"

"Ke rumah papa kamu."

Aera duduk di sofa menyenderkan tubuhnya. "Huh ... Capek."

"Mau minum?" tawar Airin.

"Gak, Bun. Ntar Aera ambil sendiri aja."

"Ale mau mandi biar segar," ucap Alea.

"Ya udah gih sana mandi." Airin mengusap kepala putrinya, lalu menghampiri Aera.

Airin duduk di sofa, Aera langsung berbaring menjadikan paha bundanya sebagai bantal. Airin terkekeh, ia mengusap kepalanya.

"Sayang, mas izin keluar bentar ya," ucap Arkan sambil menyeret koper Aera.

Aera memang membawa koper, bukannya lama di Surabaya, tapi koper itu berisi pakaian yang sudah tidak terpakai lagi. Lemarinya di kontrakan hampir penuh, jadi pakaian yang sudah tidak terpakai ia pulangkan kerumah.

"Iya," balas Airin.

"Koper Aera taruh di situ aja, Yah. Nanti Aera bawa sendiri. Itu gak berat kok." Aera menatap ayahnya.

"Ada yang kamu mau? Makanan?"

Aera tersenyum. "Ayah peka banget sih, belum juga Aera mau ngomong sudah ditanyain ehehe ... Aera pengen empek-empek! Kangen empek-empek mbak Nia!"

Arkan mengacungkan jempolnya. "Oke, nanti ayah beliin."

"Aku gak ditawarin, Mas?" tanya Airin menatap suaminya.

Arkan terkekeh. "Kamu mau apa, Sayang? Hmm ..."

Airin menggelengkan kepalanya. "Gak ada."

"Ya udah, mas pergi dulu." Setelah mengatakan itu Arkan berbalik dan pergi meninggalkan ruang tengah.

"Bunda bahagia gak?" tanya Aera mendongak menatap sang bunda.

"Eh, kok tiba-tiba nanya gitu?" Airin terkekeh, tidak menyangka mendapatkan pertanyaan itu dari putri sulungnya.

"Aera cuma pengen tau aja. Tapi tanpa dijawab pun Aera tau kok, Bunda bahagia sama ayah."

Airin tersenyum lalu mencubit pipi Aera. "Hmm ... Bunda bahagia, bahagia banget! Bunda bersyukur Allah pertemukan bunda dan takdirkan bunda sama ayah kamu. Dulu ... Bunda pernah berpikir untuk tidak menikah lagi, jadi ibu tunggal juga gapapa. Tapi setelah bertemu ayah kamu ..." Airin terdiam sejenak. "Bunda jadi berubah pikiran. Tanpa bunda sangka bunda malah jatuh cinta lagi, hati bunda luluh karena ayah kamu yang mencoba berjuang dapetin bunda, berjuang biar bunda mau nerima. Apalagi waktu itu kamu sudah lengket banget sama ayah, karena kedekatan kalian yang membuat bunda akhirnya mau menerima. Bunda juga mikirin kalian, kalian butuh sosok ayah meskipun ada papa, tapi bunda gak bisa kembali sama papa kamu. Bunda hanya ingin membuka hati dan menerima orang baru. Sampai sekarang, terkadang bunda merasa masih gak nyangka bisa berada dititik sekarang. Bunda bahagia, ada kamu, Abang, terus lahir Alea ... Lalu hadir si kembar. Bunda merasa hidup bunda sempurna, kebahagiaan bunda terasa lengkap, bunda merasa sangat beruntung dan sangat mensyukurinya!" lanjutnya.

I'm Not Crocodile GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang