Bab: 27

860 116 22
                                    

Aera menatap dirinya di pantulan cermin besar di sudut kamar. Setelah merasa puas dengan penampilan pagi ini, ia menyambar tasnya di atas meja belajar lalu melangkah keluar dari kamarnya.

Di meja makan, seluruh anggota keluarganya sudah berkumpul, adik-adiknya sudah mulai menikmati sarapan mereka.

"Pagi semua ..." sapa Aera tersenyum lebar.

"Pagi juga ... Duduk, Nak."

Tiga Minggu Aera tidak bisa sekolah, akhirnya ia sudah mulai beraktivitas kembali. Ia sudah bisa berjalan, namun tangan kirinya masih terdapat gips. Tangannya belum sembuh, tapi ia memaksa ingin sekolah karena kakinya yang sudah bisa berjalan lagi.

Aera rindu sekolah, selama di rumah masa pemulihan ia merasa kesepian. Ia juga merasa sudah sangat bosan berdiam di rumah, jadi ia memaksa untuk kembali sekolah. Selama masa pemulihan Aera belajar dari rumah, ada tugas rumah ia kerjakan dan Aiden yang menyerahkan tugasnya ke kantor guru.

"Kamu ikut ayah, nanti pulangnya ayah juga yang jemput kamu," ucap Arkan.

"Pulang bareng abang aja, Yah. Abang gak ada kegiatan," sahut Aiden menatap ayahnya.

"Nah, pulangnya sama Abang."

Aera menganggukkan kepalanya, lalu meletakkan cangkir berisi susu yang baru saja ia minum. "Iya, Ayah ..."

"Kamu gak trauma naik motor kan, Nak?" tanya Airin.

"Enggak lah, Bun ..."

Setelah selesai sarapan, Aera langsung berpamitan dengan sang bunda lalu masuk kedalam mobil ayahnya diikuti Alea dan si kembar.

"Kak El kakinya masih sakit gak?" tanya Zayn yang duduk di belakang Aera.

"Sudah gak lagi kok, cuma ... Kadang bisa nyeri."

"Kakak di sekolah jangan keluyuran," ucap Alea. "Diam di kelas aja."

"Kakak kamu itu mana bisa diam," sahut Arkan fokus menyetir.

"Bosan lah kalau cuma diam," balas Aera.

Arkan menghentikan mobilnya saat sampai di sekolah si kembar dan Alea. Setelah itu ia kembali melajukan mobilnya menuju sekolah Aera.

"Jangan membolos ya ..." ucap Arkan saat sampai di depan sekolah.

"Gak lah, Yah. Masa baru masuk sudah bolos. Nanti saja lah ... nunggu dua hari atau tiga hari."

"Heh!" Arkan melotot tajam menatap putrinya. "Jangan wani-wani nyawa ya ..."

Aera tertawa mendengar ayahnya memakai bahasa Banjar. "Aera pergi dulu." Ia mencium punggung tangan ayahnya lalu keluar dari mobil.

Aera menarik nafasnya lalu menghembuskannya secara perlahan, ia merasa gugup, tiga Minggu tiba-tiba menghilang.

"Ya ampun, Aera ... Itu tangan Lo kenapa?"

"Habis kecelakaan," jawab Aera.

"Pantesan lama gak keliatan, kirain kemana."

Sepanjang koridor menuju kelas, Aera mendapatkan pertanyaan yang sama, mereka menanyakan tentang tangannya. Dengan sabar Aera menjawabnya.

"WELCOME BACK, AERA!" teriakan itu mengejutkan Aera yang baru saja memasuki kelas.

Aera membekap mulutnya menatap teman-teman sekelasnya yang tersenyum bahagia menyambutnya. "Aku terhura."

"Selamat! Akhirnya lo bisa masuk kelas lagi. Nih hadiah dari kami." Gadis berambut cokelat menyodorkan buket berbagai macam snack.

"Duh, dapat hadiah segala. Jadi senang kan aku. Makasih ya guys ..." Aera tersenyum lebar. "Alhamdulillah akhirnya aku bisa masuk kelas lagi."

I'm Not Crocodile GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang