Chapter: 19

812 101 5
                                    

Lame tak jumpa Yee ... Maaf baru bisa up. Lagi sibuk revisi cerita Kayla yang in syaa Allah mau terbit. Tapi Alhamdulillah sudah selesai dan bisa fokus ke Area lagi.

.
.
.
Sebelum lanjut baca vote dulu, Kakak
.
.
.

Tahun ajaran baru telah tiba. Ini hari pertama Aera menjadi murid kelas dua belas. Masa putih abu-abunya tidak akan lama lagi berakhir, tidak sempat satu tahun ia akan lulus.

Tidak ada yang berubah di kelas dua belas, selain kelas mereka yang pindah. Teman-teman dikelasnya masih sama, tidak ada perombakan murid. Tapi ... kelas dua belas ini Aera lewati tanpa Nurul. Nurul sudah pindah ke Semarang dan memulai kehidupan barunya di sana. Meskipun begitu, mereka setiap hari berkomunikasi lewat WhatsApp.

Untuk hari pertama mereka tidak melakukan pembelajaran alias free. Suasana di kelas Aera ribut sudah seperti pasar, suara tawa dan teriakan saling bersahutan, beberapa siswi duduk bergerombol di pojok, bergibah menabung dosa di pagi hari. Hal itu sudah biasa jika tidak ada guru. Sedangkan Aera, gadis itu hanya duduk di kursinya sambil membaca novel, tidak terganggu dengan suara ribut teman-temannya. Tidak ada yang tahu saat ini ia membaca novel, karena novel itu ia lapisi dengan buku paket matematika agar mereka tidak tahu. Mereka mengira ia membaca buku atau mempelajari matematika kelas dua belas.

Saat tengah asik dan hanyut dengan bacaannya, Sindi merebut buku dan novel yang ada di tangannya. Sontak hal itu membuat Aera kesal.

"SINDI! kembalikan!"

"Waduh, cerita apa yang lo baca ini, Ra? Ya ampun Aera ... ini novel tentang pernikahan," ucap Sindi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menatap novel yang ada ditangannya.

"Apa salahnya sih baca novel tentang pernikahan? Ceritanya bagus," balas Aera mendengus kesal.

"Ada unsur dewasanya gak?"

"Enggak ada!"

"Halah, bohong. Bentar, gue cek dulu." Sindi membaca daftar pustakanya.

"Sini, kembalikan!" Aera mencoba merebutnya namun dengan cepat Sindi menghindarinya.

"Gue cuma mau memastikan. Gue gak mau lo baca yang aneh-aneh. Ini sudah kelas dua belas, jangan sering baca novel, mending baca buku pelajaran," ucap Sindi menasihatinya.

"Sindi cerewet! Kek bunda. Aku berasa diceramahi bunda."

"Lah, gue kan memang bunda lo. Bunda tiri maksudnya. Setelah lulus gue langsung nikah sama bokap lo. Jadi, gue mau yang terbaik buat calon anak tiri gue," ucap Sindi.

"Gak mau punya mama tiri! Aku gak bakalan restuin kalian," sahut Aera mendelik tajam.

"Mau gak mau ya ... Lo harus terima," balasnya. "Gue nemuin ada beberapa part yang tidak seharusnya lo baca."

"Itu gak aku baca, aku lewatin. Sini novelnya, ganggu aja."

"Awas ya kalau lo nekat baca nih part." Sindi menatap Aera.

"Iya! Ya ampun, Sindi ... Kenapa kamu tiba-tiba gini? Pakai larang segala."

"Kan sudah gue bilang, gue ini calon emak tiri lo. Sebagai calon mama tiri, gue harus bisa nasihati anak tiri gue, belajar sejak dini. Gue gak mau otak polos anak tiri gue tercemari gara-gara baca part yang tidak seharusnya dibaca, apalagi umur lo masih belasan tahun. Apa yang mama lakuin demi kebaikan kamu, Nak." Mereka tertawa mendengarnya, Aera hanya memutar bola matanya malas. Teman sekelasnya yang satu ini memang agak lain, ia juga sudah biasa mendengar omong kosong gadis itu. Ia tidak pernah mengambil hati atau menganggap serius ucapan Sindi, karena ia tahu temannya sekelasnya itu hanya bercanda.

I'm Not Crocodile GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang