Chapter 5

1.3K 124 13
                                    

Tanpa revisi jadi kalau ada typo kasih tau aja ya😉😉

.
.
.

Beberapa kali sudah Aera menguap karena tiba-tiba merasa ngantuk. Jika ngantuk seperti ini ia tidak akan bisa fokus mendengarkan apa yang guru jelaskan di depan sana. Padahal ini baru pelajaran ketiga, masih pagi.

Aera menoleh menatap teman-teman sekelasnya, ada yang diam-diam main ponsel, ada yang coret-coret buku karena gabut bahkan ada yang sedang bisik-bisik menggosip dengan teman disampingnya. Ia mengalihkan pandangannya dan menatap Arga, sahabatnya itu terlihat sangat fokus menatap ke depan.

"Andi, coba kamu tuker kursi sama Aera. Kayaknya Aera pengen banget deket Arga," ucap wanita di depan sana sambil menatap Aera.

Aera melotot. "Loh, Bu?" ucapnya kaget.

"Sana-sana, mumpung gue baik," ucap Andi yang sudah berdiri di hadapannya.

"Cie Aera yang pengen dekat-dekat Arga terus ..."

"Cie ..." Sorakan teman sekelasnya terdengar, membuat Aera meringis malu.

Dan disinilah Aera sekarang, duduk canggung di samping Arga. Padahal ia tidak berniat duduk di samping pria itu, ia hanya menatapnya.

"Udah seneng Aera? Sekarang fokus ya ... kan udah ibu deketin sama Arga."

"Ih Ibu ... Ibu salah paham, Aera mah gak mau duduk dekat Arga."

"Gak usah malu, ibu ngerti kok. Ibu juga pernah muda," ucap ibu itu sambil tersenyum

Aera melirik Arga bersamaan dengan Arga yang juga sedang meliriknya. Mata mereka bertemu. Keduanya berdehem bersama lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.

Suara bel istirahat berbunyi, seketika membuat mata Aera kembali segar. Ini yang ia nantikan. Ia kembali duduk ke kursinya, karena tidak mau duduk selamanya di samping Arga.

Guru yang mengajar di kelas berpamitan karena jam pelajaran sudah selesai. Aera yang melihat wanita itu keluar langsung menyusulnya.

"Tante Anna membuat Aera malu!" Aera memegang tangan wanita itu.

Janna terkekeh geli. "Tante kira kamu mau duduk dekat Arga. Kamu sih mandangin Arga," ucapnya lalu mencubit pipi keponakannya itu.

Janna adalah tantenya, adik ayahnya yang merangkap sebagai guru matematika di sekolahannya.

"Padahal gak gitu. Aera tuh cuma liatin Arga."

"Ngapain liatin Arga? Arga gak bakalan pergi."

"Aera ngambek sama Tante. Bye ..." Aera melangkah terlebih dahulu meninggalkan Janna yang tertawa kecil.

"Unul!"

"Eh Unul ... Unul ... Inul." Husnul mencubit tangan Aera yang sudah mengagetkannya dan membuatnya melatah. "Suka banget ngagetin gue!"

Aera tertawa. "Kalau gak ngagetin bukan Aera namanya," ucapnya sambil merangkul pundak Husnul. "Mau ke kantin ya?"

"Iya."

"Bareng."

Mereka menyusuri koridor menuju kantin yang tidak jauh dari kelas.

"Aera, makan bareng gue yuk? Gue traktir," ucap seorang pria menyamakan langkah kedua gadis itu.

"Gak bisa. Bukan nolak rezeki, tapi Husnul mau neraktir, hari ini dia ulang tahun. Kamu kalah cepat, Rel." Husnul yang namanya dibawa melotot kaget.

"Ya udah kapan-kapan ya ..."

Aera hanya mengangguk. Pria itu langsung berlalu pergi.

"Gue gak lagi ulang tahun, Ra," ucap Husnul.

"Iya tau, cuma alasan aja," jawab Aera sambil menyengir. "Aku malas sama dia, dia itu sebenarnya pelit, Nul! Sebelumnya aku pernah ditraktirnya, tapi pesan makannya harus dibawah harga sepuluh ribu. Ck, aku nyesel nerima ajakannya. Jadi sekarang pandai-pandai aku lah cari alasan."

I'm Not Crocodile GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang