Sunyi, itu yang Aera rasakan saat ini. Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah satu, namun ia belum juga bisa tidur. Tangannya yang terasa sakit dan kepalanya yang sedari tadi berdenyut membuatnya tidak bisa tidur ditambah lagi dengan banyak pikiran yang semakin membuatnya tidak mengantuk.
Keadaan tangan yang seperti sekarang dan kakinya yang sakit, memaksanya harus stay di rumah nantinya, ia tidak bisa ke sekolah. Dan untuk sementara Aera akan daring selama masa pemulihan.
"Huh ..." Aera menghela napasnya sambil menatap langit-langit kamar. Ia menoleh menatap bundanya yang dua jam lalu tidur, di samping bundanya ada Alea dan di sofa ada Arkan yang tertidur sambil duduk.
Aera mengambil remote, ia menyalakan tv pengobat rasa bosan. Ia benar-benar merasa tidak mengantuk, padahal ia sangat ingin tidur agar tidak merasa sakit. Badannya terasa sakit dan pegal, yang lebih sakit punggungnya. Itu cukup menyiksanya.
"Ahaha ..." Aera tertawa menatap layar TV.
"Astaghfirullah, Aera!"
Seketika Aera membekap mulutnya saat melihat bundanya melotot ke arahnya. "Bunda kok bangun?"
"Gimana gak bangun, bunda denger kamu ketawa. Astaghfirullah ... Harusnya kamu tidur, Aera Elysa Amerta ... Kamu lagi sakit, gak boleh bergadang!" Airin turun dari ranjang menghampiri anaknya yang nakal itu.
"Aera gak ngantuk, gak bisa tidur," balas Aera.
"Paksa! Kamu harus tidur!" Airin mengambil remote dan mematikan tv. "Hais kamu ini ... Cepat tidur! Pokonya harus tidur!" Airin naik ke atas ranjang Aera lalu berbaring di sampingnya dan mengusap lembut kepala putri kesayangannya.
"Aera gak ngantuk."
"Harus ngantuk! Kamu butuh tidur biar gak merasa sakit. Tadi kenapa pulang gak bareng Arina?"
"Arina pulang sama pacarnya, Bun."
"Terus, kenapa gak sama Arga?" tanya Airin lagi.
Aera menghela napasnya. "Arga pulang sama pacarnya juga," jawabnya.
"Arga sudah punya pacar?" Airin menatap putrinya.
"He'em, sudah dua Minggu mereka pacaran."
"Pantesan anak bunda galau, ternyata gara-gara? Hmmm ... Gapapa, mereka baru pacaran, gak usah terlalu sedih," ucap Airin. Airin memang tahu tentang perasaan putrinya, soal perasaan Aera cukup terbuka dan tidak enggan menceritakannya pada sang bunda.
"Tetap aja Aera nyesek, Bun. Tapi Aera berusaha ikhlas, Aera mau hilangin perasaan ini walaupun gak mudah."
"Bunda tau ... Sedih boleh, tapi jangan berlebihan okay? Patah hati jangan sampai membuat kamu berlarut dalam kesedihan apalagi menganggu sekolah kamu. Apa kata bunda kemarin? Berani jatuh cinta harus berani dan siap patah hati. Bunda gak nyalahin perasaan kamu. Rasa cinta yang tumbuh itu hal yang wajar, bunda pernah muda dan pernah merasakannya, bahkan bunda beberapa kali mengalami fase itu. Sudah ya, jangan terlalu dipikirkan, perjalanan kamu masih panjang. Kalau bisa alihkan pikiran kamu dari hal-hal yang membuat kamu sakit hati. Sekarang fokus masa pemulihan terus fokus sekolah, gak lama lagi ujian."
Aera mengangguk mengiyakan ucapan sang bunda. "Iya, Bunda ..." ucapnya. "Ayah suruh tidur di ranjang, nanti badan ayah pegal-pegal tidur duduk gitu."
"Nanti bunda bangunin, sekarang kamu yang tidur!"
Usapan lembut dari bundanya akhirnya membuat gadis itu berhasil mengantuk dan tidak lama kemudian tertidur.
Keesokan harinya, Aera mengalami demam, seluruh badannya juga terasa sakit, malam tadi ia baik-baik saja, badannya juga tidak panas. Namun menjelang pagi, ia menggigil kedinginan, badannya panas.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Crocodile Girl
Jugendliteratur📌Spin-off Airin Single Mom Aera Elysa Amerta namanya, sosok gadis yang ceria, hiperaktif dan ... suka berkata manis kepada pria-pria tampan. Ada banyak sekali korban Aera, tidak sedikit pula yang baper dan ingin menjadikannya sebagai kekasih mereka...