Chapter: 18

936 94 17
                                    

Kalau ada typo kasih tau ya kak ...
.
.
.
Jangan lupa kasih vote sebelum lanjut baca ...

.
.

Hari berlalu begitu cepat, Aera merasa baru kemarin ia libur semester satu ... Sekarang libur sekolah kembali tiba, libur akhir semester. Kelas sebelas sudah berakhir, tadi adalah kenaikan kelas dan ia menjadi siswi kelas dua belas.

Kenaikan kelas kali ini Aera mendapatkan peringkat pertama, menggeser posisi Arga yang selalu berada di atasnya dan sekarang ia yang ada di atas Arga. Nilai magang Aera sangat sempurna, karena ia rajin dan sangat menguasai tentang desain, sehingga para karyawan yang satu ruangan dengannya tidak perlu lagi mengajarkan tentang pekerjaan mereka sebagai seorang graphic designer. Oleh sebab itu pembimbing Aera yang mengawasi Aera setiap hari sangat takjub dan puas dengan kinerja Aera, kehadiran Aera sangat membantu mereka.

"Nu! Kasih tau gue, kenapa mama lo keluar dari ruang kepala sekolah?!" tanya Karina mencondongkan tubuhnya.

Saat ini Aera dan Nurul berada di halaman samping rumah Karina.

Nurul terdiam, ia melirik Aera lalu menatap Karina. "Se-sebenarnya ... Gue ... Gue sebenernya ..."

Brak

Aera menggebrak meja, membuat kedua gadis yang duduk di sampingnya kaget.

"Sabar, Ra ... Sabar. Tahan esmosi lo!" ucap Karina.

"Jangan tahan aku, Rin! Aku mau jambak rambutnya."

"Gue gak megang tangan lo." Karina memutar bola matanya malas. "Gue tanya sekali lagi, kenapa mama ke ruangan kepala sekolah? Ngapain?"

Nurul menghela napasnya. "Kelas dua belas gue gak bisa sama kalian," ucapnya.

"Maksudnya?" tanya Aera.

"Gue pindah sekolah." Ucapan Nurul sukses membuat Aera dan Karina kaget, namun beberapa detik kemudian tawa mereka pecah.

"Ck, malah bercanda dia. Gue serius, Nunu ..."

"Gue juga serius!" balas Nurul. "Ya udah kalau gak percaya. Gue beneran pindah, gak cuma sekolah, gue juga pindah rumah."

"Nu ..." Aera tidak bisa melanjutkan kata-katanya, seketika ia merasa sedih, matanya mulai berkaca-kaca, ini kabar yang buruk.

"Kenapa tiba-tiba, Nu?" tanya Karina berusaha tenang, ia juga syok, ia kira sahabatnya itu hanya bercanda.

"Mama ... ayah, sudah cerai." Nurul menundukkan kepalanya sambil memainkan jari-jarinya dibawah meja.

"Ya Allah ..." Aera mengusap kasar wajahnya. "Kapan? Kenapa gak cerita sama kita? Kita ini sahabat kan, Nu? Biasanya kamu selalu cerita, apapun itu pasti kamu ceritain ke kita. Terus sekarang, kenapa disembunyiin sendiri dan sekarang bilang mau pindah."

"Maaf ... gue gak berniat nyembunyiin, gue nyari waktu yang pas buat ngomong sama kalian, gue juga belum siap ceritain ini dan pada kenyataannya, gue gak pernah siap. Kalau bisa milih, gue gak mau kek gini. Gue gak mau pisah sama kalian, soal mama sama ayah cerai biarlah, gue setuju aja mereka cerai daripada bertahan tapi saling menyakiti. Gue mama sama Nida balik ke Semarang, ke rumah nenek. Rumah di sini gak dijual, tapi disewakan. Kalau kalian minta gue tinggal di rumah kalian atau rumah gue itu, mama gak ngizinin. Gue maunya gitu, hidup sendiri di sini karena ada kalian yang berat gue tinggalin. Tapi mama gak mau, mama pengen gue ikut pulang ke kampung halaman. Gue gak bisa apa-apa selain nurut ..." ucap Nurul berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Hiks ..." Aera sudah menangis, sungguh ia sangat-sangat sedih dan tidak ingin Nurul pergi meninggalkannya meskipun itu hanya pindah tempat tinggal.

Melihat Aera yang menangis, Nurul tidak berhasil menahan tangisannya, hingga akhirnya ia juga ikut menangis dan Karina memalingkan wajahnya, ia tidak berani menatap kedua sahabatnya itu, ia tengah menahan tangisannya agar tidak pecah.

I'm Not Crocodile GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang