Bertemu Sahabat Lama: 34

849 104 26
                                    

"Huh ..." Aera menghela napasnya saat keluar dari kelasnya.  

Aera sudah menjadi mahasiswi dan ini hari pertamanya kuliah. Masa ospek sudah Aera lalui, ia sudah merasakannya dan sekarang Aera sudah mulai mengenal lingkungan kampus dan yang pasti ia juga sudah kenal teman-teman sekelasnya, bahkan ia sudah mempunyai banyak teman. Aera cukup mensyukuri dirinya yang mudah akrab dengan siapapun, berbaur dengan orang baru tidak lah sulit baginya. 

"Langsung pulang Ra?" tanya gadis berambut pendek merangkul pundak Aera.

"Iya nih, tapi mau mampir ke kantin dulu beli batagor," balas Aera. 

"Ya udah, aku duluan ya, mau langsung ke bengkel, kerjaan sudah nungguin." Gadis itu melepaskan rangkulannya.

"Iya, jangan ngebut bawa motornya."

"Kalau gak ngebut bukan Alexa namanya. Bye." Alexa melambaikan tangannya lalu berlari meninggalkan Aera.

Aera memasuki kantin yang tidak terlalu ramai, kedatangan Aera cukup menyita perhatian para senior. Saat hari pertama ospek gadis itu sudah menjadi pusat perhatian, karena paras cantiknya yang membuat orang terpaku melihatnya. Selain itu Aera juga gadis yang ramah dan murah senyum, itu yang membuat mereka menyukai Aera.

"Batagor, Pak. Sepuluh ribu sepuluh ribu, empat bungkus," ucap Aera.

"Iya, Dek. Tunggu sebentar ya ..."

Aera duduk di kursi, sambil menunggu pesanannya, ia memainkan ponselnya. 

"Lagi nunggu apa, Dek?"

Aera mendongak menatap orang yang berbicara. "Batagor, Kak."

"Kakak duduk sini ya ..."

"Silakan, Kak. Gapapa." 

Ketiga wanita itu duduk di depan Aera meletakkan makanan mereka. 

"Makanan, Dek ..."

"Iya, Kak, makan aja," ucap Aera tersenyum.

"Sudahkah pian makan, Ding?" tanya wanita berhijab biru sambil mengaduk baksonya. 

"Belum, mau makan di rumah aja Kak hehe ..."

"Mama sudah nungguin ya? Sudah masakin," ucap wanita berambut panjang.

"Enggak, Kak. Mama Ulun di Surabaya, gak di sini."

"Oh iya kah? Terus pian sama siapa di sini?"

"Nenek kakek ada di sini, tapi ulun ngontrak tinggal sendirian."

"Pian bukan orang sini kah?"

"Ulun asli orang Banjar Kak ai ... Cuma umur empat tahun pindah ke Surabaya."

"Oalah ... Pantas ai lancar bahasa Banjar. Kirain orang Surabaya terus kuliahnya di sini."

"Walaupun tinggal di luar kota bahasa Banjar melekat ja," balas Aera lalu terkekeh. 

"Dek ... Nih batagornya."

"Inggih, Pak. Ulun duluan ya Kakak-kakak cantik." Setelah berpamitan Aera mengambil pesanan dan membayarnya lalu pergi menuju parkiran motor.

"Aera kan?" tanya seorang pria.

Aera menghentikan langkahnya menatap pria itu. Ia terdiam sejenak lalu tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca. "Bang Apin ..." ucapnya lirih.

Gavin tersenyum. "Ternyata benar kamu."

Aera mendekati Gavin. "Aku mau peluk Bang Apin ... Tapi sudah gak bisa lagi." Ia benar-benar ingin memeluk sahabatnya itu, melepaskan rasa rindunya. 

"Sini peluk." Gavin merentangkan tangannya. "Tapi Abang halalin dulu ya?"

I'm Not Crocodile GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang