17. RATU KATAK

55 27 1
                                    

Selamat membaca.....

•••••••

Setelah selesai dengan kebutuhan mereka sebagai makhluk hidup yaitu mengisi perut. Kini mereka tengah berada di dalam mobil dengan musik keras yang di stel sendiri oleh pemilik mobil. Musik yang di putarnya sungguh membuat perempuan di sebelahnya menutup telinga dengan mimik muka kesal setengah mati.

Bisa di bilang ia tak tahu diri karena menumpang saja banyak maunya. Namun, siapa yang tak akan kesal jika suara musiknya mengalahi orang demo karena kenaikan harga BBM.

"Woi! Sakit ini telinga gue," Fania meringis ngilu, telinga nya berdengung.

Zean yang tengah joget tak karuan langsung menoleh dengan alis yang di angkat sebelah.

"Kenapa sih Lo, norak!," kata Zean. Ia mengecilkan sedikit volume musiknya, ingat hanya sedikit.

"Norak pala Lo benjol, telinga gue udah sakit banget gara-gara suara musik Lo yang ngalahin suara toa!" Fania berdecak kesal.

"Eh, cebol. Ini sekarang Lo lagi dimana?." Tanya Zean.

"Ya di mobil lah bege, pake nanya!" Cetus Fania dengan merotasi kan matanya malas.

"Nah, ini itu mobil siapa?." Zean tersenyum sinis.

"Ya-yaa mobil Lo, ya tapikan bisa kan kecilin dikit volume musik Lo!" Kata Fania tak mau kalah, ia mengibaskan sebelah tangannya di depan wajah Zean yang menatap dirinya sengit.

"Kunti bogell ... , gue ini udah baik nolongin Lo, di kasih makan lagi. Jadi ... Lo itu harusnya tau diri!" Ucap Zean. Fania yang mendengar nya tak sama sekali tersinggung, ia malah dengan santai menaikkan sebelah kakinya pada kursi mobil.

"Bacot Lo akh! Orang Lo sendiri tadi yang nawarin bukan gue, kenapa skarang Lo ngungkit-nungkit?," balas Fania. Ia memejamkan matanya damai.

"Benar-benar ini orang, pengen tak HIH!" Zean mengangkat kedua tangannya lalu menampilkan gestur ingin mencekik.

"Udah? Ayo cepet jalan, rumah gue udah gak lama lagi," kata Fania memerintah.

Dengan sengaja Zean menambah volume musiknya makin keras, lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia menoleh ke sebelah nya, melihat seorang gadis yang masih memakai seragam lengkapnya tengah tertidur lelap membuat ia tersenyum simpul.

Memukul bibirnya sendiri karena tersenyum atas hal yang ia sendiri tak tahu, ia pun segera membangunkan gadis itu untuk menanyakan letak rumahnya. Namun urung, saat tangannya di tepis oleh sang empu. Lantas ia memberhentikan jalan mobilnya dengan menepi di sudut jalan.

"Dih, apaan dah ini bocah. Terus gue harus bawa dia kemana nih? Gue, kan orang sibuk ya, masa nungguin dia bangun sih," ucap Zean kesal sendiri.

"Apa gue cemplungin aja, ya di selokan." Ucap Zean sambil matanya sibuk melihat selokan di sebelah mobilnya yang banyak sekali kataknya.

"Bagus juga sih, siapa tau dia jadi ratunya katak kan, aisss keren sih kalau menurut gue," Zean berceloteh tak jelas dengan pemikiran sempitnya itu. Sebelumnya ia mematikan musik yang ia stel dengan sangat keras itu.

"Woilah, bangunin aja lah, peduli setan kalau gue gak ber periketiduran," ucapnya mendengus. Menggoyang kan lengan gadis di sebelahnya ia mendapat tepisan lagi oleh sang empu. Dengan kesal ia ber ancang-ancang mendekatkan bibirnya di sebelah telinga Fania.

"WOIIII BANGUN WOII, BATU METEOR JATUH!" Zean berteriak lalu tertawa jahat setelah melihat korbannya langsung duduk dengan tegak dengan pandangan linglung.

My Life! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang