Bukan kalian tak punya rasa. Kalian saja yang tak menyadari nya.
-MaurenSelamat membaca......
Tandai typo.
•••••••Tak terasa, hari ini adalah pengumuman kelulusan untuk angkatan ke 10, di SMA JAYA BAKTI. Tak terasa sudah tiga tahun lebih mereka berada di sekolah ini, menempuh pendidikan bersama dan melewati banyak sekali kisah yang tak akan pernah terlupakan. Banyak yang bilang, masa SMA adalah masa yang sangat indah.
Dimulai dari tumbuhnya cinta anak remaja yang sering di sebut 'cinta monyet'. Cinta anak menye-menye yang biasanya disebut 'alay' oleh anak zaman sekarang. Tapi tak ayal adapun yang sampai ke jenjang pernikahan.
Fania tersenyum ketika melihat namanya terpampang di mading besar yang memaparkan nama dan rangking yang di dapatkan para siswa. Fania sempat tak menyangka ketika melihat namanya terpajang apik di barisan kedua, nama-nama siswa yang mendapatkan nilai terbaik tahun ini.
Ia menempati peringkat kedua dari angkatannya. Sebuah sesuatu yang tak pernah Fania bayangkan. Selain itu, ia juga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan nya untuk mendapatkan gelar sarjana.
Namun, seketika ia murung ketika ia harus melanjutkan pendidikan nya ke luar negeri. Ada banyak hal yang tak bisa ia tinggalkan jika ia memilih pergi dan berkuliah untuk melanjutkan pendidikan nya.
Adiknya. Tak akan mungkin ia meninggal kan Famia dalam keadaan seperti itu. Ia tak ingin egois, mempertaruhkan nyawa adiknya hanya demi keuntungan pribadi. Walaupun, jika ia bisa lulus dan sarjana, akan berdampak pula oleh orang sekitar nya.
"DOR!" Fania tersentak kaget. Lalu menoleh dan menatap tajam orang yang telah mengejutkan nya.
Mauren nyegir kuda. "Ngelamun Mulu Lo, apasih yang lagi Lo pikirin?" Mauren menaikkan sebelah alisnya.
Fania menggelang dan tersenyum simpul, sebelum perkataan Mauren membuat ia menggeplak kepala Mauren dengan kesal.
"Lagi kangen Zean, ya? Cie-cie, sahabat gue bisa jatuh cinta juga ternyata." Mauren menatap Fania menggoda, sementara sang empu hanya merotasi kan matanya, malas.
Fania dan Zean memang semakin hari semakin dekat. Bahkan Zean selalu merecoki dirinya dan selalu mengintilinya seperti anak ayam kurang belain induknya. Tetapi, Fania juga tak mempermasalahkan hal itu, walaupun kadang ia di buat kesal oleh kejahilan Zean yang membuatnya darah tinggi.
Fania sekarang semakin sadar, di balik semua kejahilan dan sikap menyebalkan Zean. Ia adalah sesosok laki-laki idaman para wanita untuk di jadikan pasangan hidup. Zean adalah definisi suami idaman para kaum hawa.
Selalu perhatian pada Fania. Effort yang tak main-main. Sampai jadwal makan Fania saja ia yang atur. Bukan, bukannya ia overprotektif, ia hanya ingin Fania makan tepat waktu. Sedari awal, Fania tak sama sekali peduli tentang dirinya sendiri, tantang kesehatan tubuhnya. Itu yang membuat Zean berperan seperti seorang ibu padanya.
Zean sangat perhatian, jikalau Zean di bandingkan dengan Ibunya. Maka Zean akan ia berikan nilai seribu. Zean sangat amat perhatian padanya. Membuat Fania merasa nyaman jika ada di dekatnya.
"Jatuh cinta pala Lo, tuh. Gue sama Zean temenan aja kali." Fania melenggang pergi menuju kelas dengan Mauren yang mengintili dirinya.
"Bisa-bisanya Lo bedua udah kaya orang pacaran. Kenapa Fan, gak jadian aja?" Mauren manikkan sebelah alisnya.
Fania berhenti, lalu membalikkan tubuhnya menghadap Mauren. "Maurennn. Lo, kan tau kalau gue itu gak suka sama Zean. Zean juga gitu, kita itu cuman temenan." Fania berdesis di ujung kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life!
General Fiction"Kapan ayah pulang, Ibu?" "Kamu gak pernah nyusahin kakak, Famia!" "Kita gak butuh peran kalian! Aku benci kalian" "Lo sahabat terbaik gue, Mauren. Persahabatan kita lebih berharga dari apapun." "Jangan tinggalin kakak, Dek! "Gue takut kehilangan Lo...