Aku terlihat biasa saja, tapi siapa yang tahu isi hati seseorang.
-Fania SyafiraHAPPY READING..
MENGANDUNG BAWANG LAGI, GUYS!
tandai typo, ya.
••••••Fania berjalan dengan fikiran melayang. Apa yang akan terjadi kedepannya, apa yang akan ia lakukan sekarang. Pernyataan adiknya pagi tadi, terus terngiang di kepalanya. Terus melangkahkan kedua kaki yang hanya terbalut sendal jepit. Ia berniat untuk mengunjungi rumah ayahnya. Setidaknya, ia bisa mengabulkan permintaan Famia.
Sampailah ia di depan pagar rumah yang bisa di katakan besar. Rumah bercorak putih abu-abu yang jika di bandingkan dengan rumahnya hanya sebesar garasi rumah ini. Meneguk salivanya, meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia bisa.
Ia membuka pagar rumah itu, dan berjalan menuju pintu putih menjulang tinggi, kini di hadapannya. Pun, ia mengetok pintu itu sebanyak tiga kali, tetapi tak mendapat jawaban dari penghuni rumah. Ia menundukkan kepalanya, seketika ia merubah raut bertanya, ia seperti mengetahui pemilik sepatu ini.
Dulu, ia pernah menemani Mauren membeli sepatu yang sama persis dengan yang berada di rumah ini. Menggelang, ia pun berfikir, mungkin itu hanya sama persis. Kembali mengetok pintu itu, sebelum tangannya kembali mengetok, pintu sudah lebih dulu di buka.
Di hadapan Fania, berdiri seorang gadis cantik dengan pakaian modis, menatap bertanya pada dirinya. Jauh dengan dirinya yang hanya memakai celana jeans dan kaos oversize. "Siapa, ya?" tanya gadis itu.
Fania baru mengingat, ternyata gadis di hadapannya ini, adalah gadis yang pernah ia temui di taman waktu itu. Sepertinya, gadis ini adalah anak dari istri ayahnya. "Budek, ya? Kok gak ngejawab." Fania tersentak, tersadar dari lamunannya. Ia pun mengusap tengkuknya kikuk.
"Sekali lagi, siapa, ya?" Gadis itu menatap kesal pada Fania. Tak lupa raut sombong terpampang jelas di raut wajahnya.
"E-e, saya mau ketemu ayah saya." Ujar Fania.
Gadis itu menyengrit, setelahnya tersenyum remeh. Ia menjentikkan jarinya di depan wajah Fania. "Ayah? Maksud Lo papah, Restu?" Tutur gadis itu dengan nada remeh.
Fania terdiam dengan penuturan gadis modis itu. "Iya, ayah ada gak?" tanya Fania lagi.
"Sorry bukan apa-apa. Tapi papah pernah bilang, katanya dia gak punya anak modelan begini." Ujar gadis itu dan terkekeh mengejek.
Fania menaikkan sebelah alisnya. "Maksud, Lo?" Tanya Fania.
"Eh, lupa. Ternyata Lo budek gak bisa denger." Ia menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga dengan gaya yang teramat sombong.
Fania merotasikan matanya malas, gadis ini sangat sok cantik di hadapannya. Dia pikir Fania akan tertarik padanya, jauh di banding Zean, lebih baik ia memilih Zean saja, ia masih waras.
"Gak usah sok cantik depen gue, gue nanya baik-baik. Ayah ada, gak? Gue butuh dia, bukan Lo!" Ujar Fania santai.
Gadis itu terlihat mengepalkan kedua tangannya, hendak membuka mulut untuk memaki Fania, tetapi terhenti karena celetukkan seseorang, dan Fania seperti familiar dengan suara nya.
"Siapa sih, Vit?" Benar saja apa yang tengah Fania pikirkan sedari tadi. Ternyata itu adalah Mauren, sahabatnya. Oh tidak, mantan sahabat nya.
"Ini, orang kampung kali, ya? Nanyain papah." Ujar gadis itu membuat Mauren mengalihkan perhatian nya. Seketika ia terdiam ketika melihat, Fania. Fania hanya menatap dirinya datar, itu membuat dirinya tak nyaman. Tatapan Fania seakan menunjukkan mereka orang asing.
Ini juga salahnya, ia dengan cepat mengambil kesimpulan tanpa mengetahui kejelasan nya. Setelah kejadian itu, tantenya tambah membesarkan masalah dengan menyuruh dirinya mengambil semua yang pernah ia berikan pada Fania. Tak sama sekali Mauren memutus persahabatan mereka. Ia merutuki dirinya sendiri waktu itu, tetapi semuanya telah terjadi. Fania tak bisa memaafkan kesalahannya.
Bahkan ia dan tantenya sudah tak sedekat dulu, bisa di bilang, hubungan mereka renggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life!
General Fiction"Kapan ayah pulang, Ibu?" "Kamu gak pernah nyusahin kakak, Famia!" "Kita gak butuh peran kalian! Aku benci kalian" "Lo sahabat terbaik gue, Mauren. Persahabatan kita lebih berharga dari apapun." "Jangan tinggalin kakak, Dek! "Gue takut kehilangan Lo...