Senyummu adalah bahagia ku.
-Zeandra VernandoSelamat membaca..
••••Fania terdiam tak percaya. Sungguh, tak pernah sama sekali terpikir kan oleh nya akan mendapatkan hal seperti ini. Ia memandang Mauren tak percaya.
"Lo! Gue gak pernah nyangka Lo bakal kaya gitu, Fania!" Ucap Mauren tak habis fikir. Ia menatap Fania kecewa sambil menggeleng kan kepalanya.
Tadi, Mauren baru selesai memarkirkan mobilnya di garasi. Sebelum ia beranjak, ia di kejutkan dengan Fania yang mengangkat tangannya pada Tante nya. Tante kesayangan nya. Mauren sangat menyayangi Tantenya itu. Dan, tak pernah sama sekali terpikirkan oleh Mauren, Fania akan bersikap seperti itu di depan tantenya.
"Gue yang gak bakal nyangka, hanya dengan sekali lihat, Lo bisa nyimpulin sesuatu." Ucap Fania dengan pandangan kosong.
Mauren memang tak mendengar percakapan mereka. Mauren yakin, apa yang ia lihat itu memang benar, Fania ingin menampar Tante kesayangan nya.
"Tante cuman bilang kalau kamu udah punya temen baru, Mauren. Cuman buat candaan doang. Eh, temen kamu ini marah. Sampe-sampe dia mau nampar Tante. Dia juga bilang Tante perempuan gak bener." Ucap wanita itu dengan nada mengadu lalu wajah yang di buat sesendu mengkin.
Fania menatapnya tak habis pikir, licik sekali wanita ini, membolak-balik perkataan dengan sangat tak berdosa. Cocok sekali untuk ia masukkan ke film azab dan mendapatkan siksa kubur.
"Gue emang gak denger apa yang kalian omongin. Tapi gue tau, Fan. Lo orangnya cepet emosi. Dan mulai sekarang, kita bukan sahabat lagi. Anggap aja selama ini, yang gue kasih ke Lo itu, sumbangan buat orang miskin!" Ujar Mauren tanpa berfikir lebih dulu. Fania tertegun dengan ucapan Mauren. Matanya berkaca-kaca, sebegitu tak berarti kah persahabatan mereka. Dengan gampangnya Mauren meutuskan tali persahabatan ke duanya.
"Justru karena Lo tahu tentang gue, Lo pasti juga tahu, kalau gue bukan orang gegabah yang bakal ngelakuin sesuatu tanpa mikir lebih dulu!" Desis Fania membuat Mauren tertegun.
"Kita udah lama sahabatan, Mauren. Udah tau kejelekan masing-masing. Gak masuk akal kalo Lo gak tahu gimana watak, gue. Kita udah tumbuh sama-sama, ngelewatin semuanya sama-sama. Hanya karena Lo salah liat kaya gini, Lo bisa dengan gampang mutusin persahabatan kita." Ujar Fania dengan setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Mauren terdiam mendengar perkataan Fania.
"Selama ini gue gak pernah sama sekali minta Lo untuk ngasih gue apa-apa. Saat Lo ngasih gue ini-itu, gue selalu nolak. Tapi, Lo! Lo yang selalu maksa gue, Mauren. Gue gak pernah sama sekali minta buat Lo, beriin apapun yang gak bisa gue punya!" Apa yang di katakan Fania benar. Selama ini Fania tak pernah meminta pada Mauren. Mauren lah yang dengan suka rela memberikan nya pada Fania. Jika pun ia menolak, Mauren akan tetap memaksanya. Itu semua di luar kehendakn nya.
"Gue emang orang miskin, semua orang tau itu! Tapi gue bukan orang yang bakal ngemis-ngemis buat minta kasihan orang lain, termasuk Lo, Mauren!" Ujar Fania tajam. Mauren membeku.
"Satu hal yang harus Lo tau. Gak akan ada orang yang terima kalau harga dirinya di injak-injak dan di setarain harga, sama uang bulanan!" Ucap Fania sambil melirik Wanita yang bergelar Tante Mauren yang terdiam tak berkutik.
"Dan untuk, Lo! Jangan cuman badan yang Lo bawa kesekolah sampai nyampe sarjana. Mulut juga harus Lo sekolahin, biar tau caranya ngomong sopan sama orang lain. Walaupun umurnya jauh di bawah Lo!" Desis Fania sambil menatap pada wanita dewasa itu, tak lupa jari telunjuk mengacung tegak di depan wajahnya.
Fania menatap sebentar pada Mauren yang terdiam, lalu berjalan meninggalkan kedua perempuan berbeda usia itu. Sebelum Fania keluar dari gerbang rumah Mauren, ia berhenti sejenak lalu menoleh kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life!
General Fiction"Kapan ayah pulang, Ibu?" "Kamu gak pernah nyusahin kakak, Famia!" "Kita gak butuh peran kalian! Aku benci kalian" "Lo sahabat terbaik gue, Mauren. Persahabatan kita lebih berharga dari apapun." "Jangan tinggalin kakak, Dek! "Gue takut kehilangan Lo...