Jika ingin bahagia, berlari lah dan kejar apa yang kamu inginkan. Jangan hanya berdiam diri dan berharap bisa bahagia, padahal hanya diam di tempat dengan banyak haluan indah yang tak akan sesuai dengan kenyataan, sadar!
-Zeandra VernandoHAPPY READING!
TANDAI TYPO, YAW!••••••
Fania mengusap peluh di dahinya. Sekarang ia tengah membersihkan salah satu meja di restoran tempatnya bekerja sekarang. Sehabis ini, ia akan pulang karena sudah hampir larut malam. Jam sudah menunjukkan pukul 21:15. Ia telah menyelesaikan seluruh pekerjaan nya.
Ia sangat senang karena bisa mendapatkan pekerjaan ini.Walaupun sedikit kesal dengan gadis berbandana merah di kepalanya itu. Ia kadang kala mengumpat karena gadis aneh itu sering menyuruhnya ini dan itu. Membuat ia kesal bukan kepalang.
"Eh, Lo!" Fania mengadah pada seorang gadis berbandana merah di hadapannya. Ia berdiri tegak dan menatap bertanya pada gadis yang ia ketahui bernama Klara.
"Ada apa, ya?" Tanya Fania.
"Lo kalau udah selesai ngerjain ini, tolong dong, susunin tuh bahan masakannya ke kulkas yang ada di dapur. Gue mau pulang." Ucap gadis itu dengan nada perintah, Fania menyengrit menatapnya.
"Lah, itu pekerjaan Lo. Ngapain Lo nyuruh gue?" Balas Fania sinis. Klara yang mendengar nya langsung meradang.
"Lo baru ya disini. Sopan dong sama yang udah senior. Gue udah lama kerja disini, harusnya Lo nurut sama apa yang gue bilang. Lagian emang berat apa, gue cuman nyuruh Lo masukin bahannya ke kulkas, berat emang?" Ujar Klara.
"Hellow, emang Lo siapa? Lo bos nya disini, ha? Dan, apa Lo bilang? Nyuruh masukin bahan masakan, Lo aja gak mau apalagi gue, itu, kan pekerjaan Lo!" Fani melengos pergi dari hadapan Klara. Dengan santai ia berjalan dan mengambil tas Selempangnya, bersiap untuk pulang.
"Lo! Anj-" Sebelum Klara selesai melanjutka perkataannya, ia terhenti dengan seruan seseorang.
"Cebol!" Kedua gadis itu langsung menoleh ke arah pintu masuk, di sana berdiri seorang laki-laki dewasa dengan pakaian kasualnya. Klara cepat-cepat menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga dan memasang senyum semanis mungkin.
"Eh, pak Zean," ujar Klara, ketika melihat Zean sudah berjalan menuju ke tempatnya. Ia seketika terpengarah ketika melihat Zean melintasi dirinya begitu saja dan berjalan menuju Fania, lalu mengecup puncak kepalanya sayang.
"Apaan?" Tanpa ada adu cek-cok, Fania bertanya pada Zean. Ia sebenarnya ingin memakai Zean, tetapi ketika melihat Klara menatap mereka, ia membiarkan perlakuan Zean. Sedari awal mereka datang, ia tahu jikalau Klara menyukai Zean. Ia akan memanas-manasi Klara.
"Udah selesai, kan?" Tanya Zean. Ia menangkup sisi wajah Fania kanan-kiri. Memperhatikan apakah ada yang salah.
"Udah, kenapa?" Ujar Fania dengan melirik pada Klara yang menatap kesal pada mereka.
"Udah makan belum? Lo gak lupa makan lagi, kan?" Ucap Zean memincingkan matanya.
"Udah tadi, gue udah makan, kok." Ucap Fania dengan mengalihkan pandangannya dari Zean. Zean meruncing kan sudut bibirnya julid.
"Bohong, kan Lo? Ngaku gak! Eh, Klara." Klara sedikit tersentak kaget ketika Zean memanggil namanya tiba-tiba. Dengan cepat ia merubah mimik wajahnya.
"I-iya Pak, kenapa?" Tanya Klara dengan senyum khas dirinya, Fania merotasikan matanya malas ketika melihat gelagat Klara.
"Bener, udah makan?" Ujar Zean membuat Klara menyengrit. Ia merekahkan senyumnya lalu mengangguk mantap.
"Oh, udah, Pak. Saya tadi udah makan, barusan." Ujar Klara dengan percaya diri. Fania menahan tawa mendengar jawaban percaya diri, Klara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life!
General Fiction"Kapan ayah pulang, Ibu?" "Kamu gak pernah nyusahin kakak, Famia!" "Kita gak butuh peran kalian! Aku benci kalian" "Lo sahabat terbaik gue, Mauren. Persahabatan kita lebih berharga dari apapun." "Jangan tinggalin kakak, Dek! "Gue takut kehilangan Lo...