42. END!!

88 23 0
                                    

Takdir bagaikan sebuah permainan, yang akan terasa seru jika menjalaninya dengan lapang dada dan menerima. Sekuat apapun aku mencoba menerima bahwa yang bukan untukku tak akan pernah jadi milikku, tapi sejauh apapun rasa ikhlas itu, akan kalah akan rasa yang memang sudah melekat dalam jiwa dan raga.

Aku mencarimu disaat aku sendirian, kau datang dengan pesona layaknya peri yang mengikat hati, dan menyebar pesonamu dimataku. Disaat rasa telah tersampaikan dan kau menerima, aku tersenyum manis atas kemenangan dan penantian itu. Namun, aku tak menyesal telah mencintaimu dengan dalam. Rasaku, akan tetap jadi milikmu, cinta, kasih sayang, dan cinta pertama ada didirimu.

Selamat berjuang, Aku menantikan waktu dimana kisah kita akan diukur kembali.

"Zeandra Vernando"

•••••••••


Menarik gorden jendela yang tadinya tersampir ke samping untuk menutup jendela itu dengan gorden bermotif bunga-bunga bercorak kuning dan putih. Ia menatap sekeliling kamarnya dengan pandangan meneliti, berjalan ketepian kasur dan mendudukkan dirinya di sana. Ia memegang sebuah figura foto yang terdapat foto dua gadis kecil yang sedang berangkulan.

Air matanya jatuh dengan senyuman yang merekah, ia mengusap foto itu dengan jari jemarinya, ia merindukan sosok gadis kecil berdress putih itu, senyum yang sudah lama tak ia lihat.

"Kakak rindu sama kamu, kamu bahagia, kan, disana?"

"Kakak harus pergi, mau ngelanjutin kuliah kaya keinginan kamu. Kakak janji, kalau kakak udah sukses, kakak balik, doain kakak, ya? Kakak ... Rindu sama kamu." Air matanya kembali jatuh menemani isakannya.

Ia kemudian meletakkan kembali figura foto itu di atas nakas samping ranjang kecilnya, matanya beralih pada sebuah koper hitam yang terletak di pinggir pintunya. Besok, ia akan meninggal kan kamar ini yang banyak menyaksikan tangis seorang dirinya. Meninggalkan rumah yang menjadi tempat ia berlindung selama ini, meninggalkan orang tersayang nya.

Ia akan melanjutkan sekolah ke luar negeri, mengambil beasiswa dari prestasi nya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ia senang bisa meraih kembali cita-cita nya yang sempat ia kubur dalam-dalam karena satu dan dua hal.

Ini juga berkat dari Mauren, karena dirinya, Fania di berikan kembali kesempatan untuk mengambil beasiswa yang sempat ia anggurkan selama beberapa minggu, dan bersyukurnya masih bisa dia selamatkan.

Senyumnya tak pernah pudar, apalagi ketika dering telepon membuat ia kembali merekahkan senyuman paling manis, ia segera mengangkat telepon itu dan menyambut dengan gembira sapaan orang yang di cintainya.

•••••

"Hallo sayang!!"

"Iya sayang, semangat banget kedengarannya."

"Iya, dong. Aku menang tender tau, gak?"

"Wahh, selamat, ya! Aku seneng, deh, dengernya."

"Harus, dong? Udah makan, belum?"

"Emm, udah, kok."

"Yahh, mending bilangnya belum aja."

"Lah? Kok, gitu?"

My Life! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang