Pernah jadi pelangi buat orang yang buta warna.
-Fania SyafiraSelamat membaca...
••••••Menuntun Fania untuk duduk pada kursi yang telah ia sediakan. Lantas, ia pun mendudukan dirinya di sebelah Fania. "Makan dulu, ya. Lo kalau gak di suruh, pasti gak bakalan makan." Ujar Zean dan di balas dengusan oleh Fania.
"Ck, gue males makan, Zean." Fania merosotkan bahunya dengan mata memelas.
"Gue gak perduli. Mau Lo laper atau gak, yang penting makan, SEKARANG!" Zean menekan kata terakhir nya dan menyendokan sesuap nasi di hadapan Fania.
"Gak mauu." Memundurkan tubuhnya kebelakang, berusaha untuk menghindar dari Zean.
"Makan, gak!" Zean memandang Fania tajam, sang empu tetap kekeuh pada pendiriannya.
"Gak mauuu!" Fania menyentak tangan Zean. Membuat sendok yang berada di genggaman nya terjatuh kembali ke dalam piring berisi makanan tersebut.
"Mah! Liat, nih!" Zean memandang mengadu pada Mira, yang baru saja memasuki ruang makan, dengan membawa segelas jus di tangan kirinya.
"Kenapa lagi, sih!" Mira mendengus, lalu menghampiri kedua insan berbeda gender itu.
Melototkan matanya garang, ia menatap keduanya. "Nih, bocil ini susah banget di suruh makan! Bisanya nyusahin aja." Zean berucap kesal.
Fania merotasikan matanya malas melihat nya. "Aku gak laper Tante, Zean maksa-maksa terus." Fania mendongak, lalu menatap Mira, mengadu.
Mira menggelang kan kepalanya. "Kamu Zean. Orang gak mau jangan paksa, dong. Fania mungkin gak laper." Ujar Mira membuat senyum kemenangan terbit di bibirnya.
"Kamu juga, Nia! Kalau di suruh makan itu nurut, kalau sakit, gimana?" Senyum Fania langsung pudar dan di gantikan dengan Zean yang tersenyum sangat lebar.
Zean menjulurkan lidah nya, mengejek. Setelah kepergian Mira, Fania dengan amat sangat terpaksa, melahap suapan dari Zean. Tak luput, ia pun menyuapi dirinya sendiri.
"Lo! Jangan makan punya gue, ih!" Fania merebut piring yang berada pada Zean. Kemudian meletakkan piring tersebut di hadapan nya.
Zean merotasikan matanya malas. Tak sadar diri sekali manusia di sebelahnya ini. Namun begitu, ia menyukai nya. Walaupun tak tahu bagaimana Fania menganggap nya.
"Nanti, Lo bukan cuma makan sepiring sama gue. Tapi Lo juga makan sisa gue, kalo perlu makan yang lagi gue kunyah!" Ujar Zean yang mendapat gindikan jijik dari Fania.
Ia menggeleng kan kepalanya. "Jorok banget, sih!" Fania berdecak dan meminum air putih setelah melahap seluruh isi piring tersebut.
"Bodo amat." gumam Zean sambil mengunyah buah apel yang ia ambil di atas meja makan.
Fania terdiam. Lalu setelahnya memandang Zean serius. "Zean." Fania menyenggol lengan Zean.
"Hmm." Sang empu hanya bergumam, menanggapi.
"Gue besok mau nyari kerja," ujar Fania. Zean yang tengah sibuk memakan buah apelnya, langsung menoleh kaget.
Merubah dengan cepat ekspresi nya, ia pun langsung menghadap pada Fania sepenuhnya. "Nyari kerja? Kek orang bener aja Lo!" Ujar Zean sambil terkekeh.
Fania menatap dirinya kesal, lalu menggeplak bahu Zean. "Terus Lo pikir gue gila, gitu?" Fania meradang karena mendapat kan jawaban berupa anggukan dari Zean.
"Lo emang bisanya apa? Nyusahin aja." Ujar Zean telak.
Fania mencebikkan bibirnya sebal karena jawaban menjengkelkan Zean, menurutnya. Lantas ia menjatuhkan kepalanya pada lengannya yang terletak di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life!
Fiksi Umum"Kapan ayah pulang, Ibu?" "Kamu gak pernah nyusahin kakak, Famia!" "Kita gak butuh peran kalian! Aku benci kalian" "Lo sahabat terbaik gue, Mauren. Persahabatan kita lebih berharga dari apapun." "Jangan tinggalin kakak, Dek! "Gue takut kehilangan Lo...