Sequel Nyctophile
"Sebelum menyelusuri hidup gue lebih jauh, tolong pastikan dulu hati lo siap terluka atau tidak."
"Sekali lagi, tolong cari tahu dulu seperti apa orang yang akan lo jadikan rumah karena tersesat sendirian itu menyakitkan."
"Pesan g...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Hari ini Madhava berhasil membuat gadisnya bahagia. Agatha berbeda, ia benar-benar tulus kepada Madhava.
Disaat gadis lain ingin bersamanya hanya karena uang dan ketenaran tetapi gadis itu tidak. Ia tetap sederhana tak ada yang berubah.
Madhava jatuh cinta kepada Agatha. Madhava jatuh cinta dengan pribadi Agatha yang sederhana dan tak banyak mau.
Motor Madhava berhenti tepat didepan digerbang rumah gadisnya. Suasana rumah Agatha tampak gelap dan sepi jika dilihat dari luar.
"Nginap diapartemen aku aja ya," ujar Madhava menatap Agatha.
"Kenapa? Aku gak bisa nginap diapartemen kamu terus-terusan."
"Iya aku tau tapi aku gak tenang tinggalin kamu sendirian disini."
"Disini ramai kok, aku gak bakal sendirian."
"Serius? Tapi aku lihat-lihat rumah kamu sepi kayak gak ada orang tuh."
"Kamu lupa ya, kan orang tua aku lagi kerja diluar kota."
"Yaudah kalo gitu kamu ikut aku pulang lagi aja ke apartemen."
"Besok sekolah Zavier, aku gak bisa lain kali aja ya aku nginap lagi."
"Berarti kamu nolak aku nih hmm?" tanya Madhava sedikit tak terima.
"Bukan nolak tapi aku nginapnya disana setiap hari libur aja ya."
"Hmm yaudah deh, nanti kalo ada apa-apa jangan lupa kabarin aku ya."
Agatha mengangguk patuh. "Tenang aja pasti aku langsung kabarin kamu."
"Yaudah masuk gih udah malam juga, semoga hari ini kamu bahagia ya."
Agatha tersenyum manis. "Bukan bahagia lagi tapi benar-benar bahagia makasih ya."
"Iya sama-sama sayang aku."
Blush
Pipi Agatha merona merah, rasanya ia ingin terbang ke atas awan. Madhava yang melihat ekspresi Agatha tertawa pelan, gadis itu sedang malu-malu rupanya.
"Kenapa pipinya kok kayak kepiting rebus hmm?" tanya Madhava membuat Agatha berusaha menormalkan dirinya.
