Sequel Nyctophile
"Sebelum menyelusuri hidup gue lebih jauh, tolong pastikan dulu hati lo siap terluka atau tidak."
"Sekali lagi, tolong cari tahu dulu seperti apa orang yang akan lo jadikan rumah karena tersesat sendirian itu menyakitkan."
"Pesan g...
"Masih ada yang tertinggal, yaitu hatiku." - Caraka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎶Safe inside - James Arthur
***
"Caraka berhenti!" seru Kanaya menatap tak suka.
"Diam."
"Lo yang diam! Berhentiin mobil gue sialan! Berhenti!" pekik Kanaya mengganggu konsentrasi Caraka.
"Tetap diposisi lo Kanaya."
"Gue gak mau, berhentiin mobil gue Caraka! Gue gak mau ikut lo."
"Berisik."
Diluar sedang hujan bahkan jalanan yang dilewati mereka tampak sepi dan licin. Kanaya seolah melupakan keselamatan mereka.
"Kenapa lo selalu hadir dihidup gue Caraka! Kenapa lo selalu datang disaat gue mulai bisa melupakan lo! Kenapa Caraka kenapa?" tanya Kanaya begitu emosi.
Caraka tetap diam.
"Bahkan setiap kali lihat wajah lo hati gue langsung sakit! Lo jahat Caraka!" teriak Kanaya memukuli lengan Caraka.
"Lo manusia paling jahat! Gue benci sama lo Caraka! Lo udah hancurin semuanya."
"Lo jahat Caraka! Lo jahat."
"BERHENTI KANAYA!" bentak Caraka merasa terusik.
"Gue gak bakal berhenti! Sebelum lo berhentiin mobil gue!" ujar Kanaya melepaskan seatbelt-nya.
"Kembali diposisi semula lo Kanaya!" geram Caraka melihat tingkah laku gadisnya.
Kanaya berusaha merebut stir mobilnya, padahal mobil sedang melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Gadis itu sudah gila, pikir Caraka.
Caraka spontan menginjak rem, suara decitan pun terdengar keras. Tubuh keduanya terpelanting ke depan. Perbuatan Kanaya membuat mereka hampir mengalami kecelakaan.
Caraka mengepalkan tangannya, urat dilehernya sudah menonjol. Kanaya benar-benar membahayakan nyawa mereka. Belum lagi suara benturan yang terjadi pada kepala gadis itu.
"LO GILA! LO HAMPIR BIKIN KITA BERDUA MATI KONYOL ANJING!" bentak Caraka mendorong tubuh Kanaya.
"Kanaya benci Caraka!" ucap Kanaya begitu pelan.
Sadar sudah membentak Kanaya, cowok itu menatap kening sang gadis yang berdarah, kilatan amarah masih melekat pada dirinya, susah diredam begitu saja.
