Chapter 5

342 37 2
                                    

Saat Lisa kembali ke rumah, ia merasa haus. Ia lalu pergi ke dapur, membuka kulkas dan ketika ia melihat kulkasnya penuh dengan air mineral saja, ia tidak bisa untuk tidak berseru, "Ini benar-benar kulkasnya dokter. Bahkan tidak ada satu pun minuman bersoda."

Lisa mengambil sebotol dan meminumnya. Lalu mengambil ponselnya karena kebiasaan dan berniat untuk memesan makanan, tapi yang ia temukan justru sebuah ponsel dengan keyboard berbentuk tombol. Ia lalu ingat kalau smartphones baru akan menjadi benda yang umum beberapa tahun mendatang.

Kring!

Jika ia sedang tidak memegang ponselnya, ia pasti tidak tahu kalau itu suara dering ponselnya.

Di layar ponselnya tertera sebuah nama, Kim Jisoo. Teman sekamarnya di universitas yang memiliki hubungan cukup dekat dengannya. Tapi kemudian Jisoo menikah lalu sejak itu, setiap hari ia terus mengumbar kemesraan mereka satu sama lain. Sehingga membuat Lisa yang kala itu adalah seorang perempuan lajang, merasa risih karena merasa seperti terus diperingatkan kalau ia sedang lajang. Karena itu ia jadi menghindarinya. Ini membuat hubungan mereka merenggang dan pertemuan terakhir mereka adalah sekitar tiga sampai empat tahun lalu, di kehidupan sebelumnya, tentu saja.

"Hai!" jawab Lisa setelah tersambung.

"Lili!" suara lengkingan perempuan di ujung sambungan menakutinya hingga ia hampir saja membuang ponselnya. "Tolong aku!"

"Kenapa?"

Kim Jisoo adalah seorang gadis kota kebanyakan dengan latar belakang ekonomi kelas atas dan merupakan anak tunggal. Ia memiliki EQ yang tinggi dan suka bicara blak-blakkan. Jalan hidupnya selalu berbunga karena orang sekitarnya telah membuatkan jalan untuknya. Yah, tidak seberlebihan itu sih. Tapi salah satu kualitas luar biasa tentangnya di ingatan Lisa adalah, jika Jisoo meminta tolong, entah itu pacar atau mantannya, selama mereka bisa dan mampu, mereka akan berlari membantunya.

"Apa kamu di Shanghai?"

"Iya," jawab Lisa.

"Bagus, aku mendapatkan tawaran voice over sebuah drama idola beberapa saat lalu, tapi aktris voice over aslinya yang kupekerjakan tiba-tiba berhenti. Jadi tolong aku." Kata Jisoo.

"Apa aku dibayar?"

"Tentu saja," jawab Jisoo kencang.

"Baiklah, berikan alamatnya!"

"Aku akan mengirimkannya melalui pesan. Datang saja naik taksi, akan kuganti."

Sepertinya Jisoo sangat gugup. Dan Lisa pun memerlukan uang, jadi mengapa tidak. Jadi ia bersiap-siap lalu pergi lagi keluar.

Lisa tidak perlu mengecek jumlah uang di buku tabungannya. Ia ingat benar jumlah pasti tabungannya, karena sepuluh tahun lalu, ia harus bisa bertahan di kota baru sendirian hanya dengan 2.000 Yuan. (Sekitar 4,3 jutaan rupiah)

Bahkan untuk Lisa yang lebih dewasa di masa mendatang, 2.000 Yuan tidaklah cukup untuknya membeli pakaian. Apalagi Lisa yang ketika itu masih muda dan memiliki selera yang berbeda.

Lisa masuk ke taksi dan tidak lama kemudian tiba di alamat yang dituju. Ia membeli jus semangka yang berada tidak jauh dari studio Jisoo dan meneguknya beberapa teguk sebelum masuk ke dalam studio.

Studio milik Jisoo tidak terlalu besar, tapi di daerah seperti Shanghai, memiliki stand sebesar 50 inchi saja, bisa dikatakan beruntung.

Dekorasi di dalam studio terlihat sangat bergaya, dan tidak akan ketinggalan jaman bahkan beberapa tahun mendatang. Pasti didekorasi oleh mantan pacar Jisoo yang mengambil jurusan design, pikirnya.

"Oh, Makasi bibiku, makasih nenekku, akhirnya kamu datang." Jisoo yang berpakaian layaknya professional, melihat Lisa seakan ia adalah malaikat penyelamat.

RDCABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang