Chapter 23

399 65 12
                                    


Di salon kuku sebelah studio Jisoo, Lisa dan Jisoo sedang merawat kuku mereka.

"Hamil itu menyusahkan. Kamu tidak bisa melakukan apapun yang kamu mau!" ujar Jisoo mengingat saat Rose menolak ketika diajak merawat kukunya karena sedang hamil.

"Wanita hamil harus lebih memperhatikan tubuhnya!" jawab Lisa tanpa mengalihkan tatapannya dari album yang sedang ia lihat-lihat.

"Apa yang kamu pikirkan saat melihat tubuh Rose yang semakin besar? Aku pernah membaca, katanya tubuh perempuan tidak akan kembali sama setelah melahirkan," ujar Jisoo terdengar takut. Seakan ia membicarakan sesuatu yang buruk.

"Aku ingin pola kuku ini," ujar Lisa menunjuk sebuah foto lalu dengan cepat meletakkan tangannya kembali ke atas pengering.

Kemudian ia menoleh ke Jisoo, "Dengar, aku tahu kamu takut. Tapi bukan berarti kamu harus punya anak setelah menikah."

"Jika itu akan mempengaruhi bentuk tubuhku, sepertinya aku harus berpikir ulang," kata Jisoo setelah memikirkannya dengan serius.

"Tenang saja, tidak semua terpengaruh dan dengan olahraga yang benar, bentuk tubuh mereka bisa kembali," ujar Lisa. "Dan jika kamu tidak ingin anak, lihatlah para selebriti perempuan di TV, mereka bisa hidup baik tanpa memiliki anak."

"Itulah yang mau kukatakan!" seru Jisoo senang. "Omong-omong, hari ini ekspresimu secerah musim semi, apa kamu berencana pergi kencan?"

"Kencan? Bagaimana mau kencan kalau kamu baru saja memberikanku pekerjaan?" Lisa memiringkan kepalanya, menunjuk ke arah dokumen yang ada di tasnya.

"Oh! Benar juga!" sahut Jisoo tersenyum. "Bukankah itu sangat tidak terduga? Tapi Eunwoo baru saja pulang, kita bisa membicarakan kontrak itu nanti."

"Lupakan!" keluh Lisa. "Eunwoo sangat sibuk. Bangun pagi-pagi sekali tanpa memberitahu orang. Kalau kita membahas soal kencan, sepertinya kamu orang yang memiliki banyak rencana, hari ini."

"Benar. Aku perlu terlihat ambigu dan bermain-main dengan khayalan para lelaki. Tidak sepertimu yang merencanakan segala sesuatunya dengan cermat," kedip Jisoo yang terlihat sudah berdandan dengan cantik.

"Kamu terlalu cantik untuk terlihat ambigu. Haaa ... aku berpakaian cantik dan berdandan, tapi yang kulakukan hanya bekerja. Sangat sia-sia!" sesal Lisa, menggelengkan kepalanya saat bicara.

"Pikiranmu itu salah!" seru Jisoo. "Wanita itu harus berdandan bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri. Kita, para wanita harus terlihat cantik setiap saat."

"Apa kamu tidak lelah?" Sebelum terlahir kembali, Lisa terbiasa menghabiskan akhir pekannya hanya memakai piyama. Menjadi cantik terdengar melelahkan.

"Apa yang membuat lelah sih?" Guru Jisoo mulai membagi kebijaksanaannya. "Selama kamu punya tiga kartu – kecantikan, hairdressing, dan fitness, tidak perlu bekerja terlalu keras. Kamu akan terus cantik dan lembut setiap saat."

"Jangan lupa satu lagi, kartu kecantikan kuku!" kata Lisa sambil memainkan jemarinya.

"Sekarang ini, salon-salon kecantikan sudah menyertakan perawatan kuku."

"Kalau begitu tidak perlu hairdressing karena sudah termasuk.

"Tidak! Tidak seperti itu. Kamu tidak mengerti. Salon kecantikan yang memiliki penata rambut adalah toko cabang, mereka tidak professional. Aku memiliki stylish sendiri," ujar Jisoo. "Kamu tidak boleh pelit jika menyangkut hal-hal seperti ini!"

"Aku mengerti!" balas Lisa sambil membungkuk. Setelah ia lahir kembali, Lisa telah mengalokasikan cukup banyak uang untuk menjaga penampilannya, tapi tetap tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Jisoo.

RDCABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang