Chapter 8

373 40 8
                                    

Stasiun radio tempat Lisa bekerja berada tidak jauh dari komplek apartemen tempatnya tinggal. Ada sebuah bis malam yang mengantarnya tepat di depannya. Dan hanya membutuhkan waktu setengah jam.

Waktu pekerjaan sebagai penyiar itu fleksibel. Dan program tengah malam Lisa berlangsung dari jam 12.00 sampai 2.00 pagi.

Setiap hari, Lisa berangkat jam 11.00 malam. Naik bis ke stasiun radio, melakukan pekerjaannya, lalu pulang ke rumah sekitar pukul 3.00 pagi setelahnya.

Eunwoo yang baru-baru ini mendapatkan shift malam, tidak tahu kalau Lisa pergi setiap malam untuk bekerja. Ia akan kembali di pagi hari dan menyimpulkan kalau Lisa masih tidur. Jadi orang yang berbagi rumah cukup lama itu tidak mengetahui kegiatan istrinya. Sang istri tidak menjelaskan dan sang suami tidak bertanya juga. Eunwoo berpikir kalau Lisa masih mencari pekerjaan karena ia baru saja lulus kuliah.

Udara malam ini dingin. Jadi ketika hari ini Lisa akan pergi bekerja, ia mengenakan shawl yang baru saja ia beli dan ketika ia tiba, sebuah bis sudah menunggunya di depan gerbang komplek apartemen.

Supir bis yang dinaiki Lisa tersenyum ketika Lisa menggesekkan kartu bisnya setelah naik ke dalam.

"Nak, hari ini bekerja lagi?" Bekerja sebagai Supir bis adalah sebuah pekerjaan yang kesepian karena ia terus berkemudi rute panjang dengan orang yang berbeda-beda.

"Iya."

"Pulangnya masih jam 2.00 di gerbang stasiun radio?"

"Iya. Aku tidak akan telat hari ini." Lisa tersenyum lalu mengeluarkan segelas kopi panas yang ia beli dan memberikannya pada si supir. "Terima kasih telah menungguku kemarin."

Kemarin, Lisa keluar dari stasiun radio lebih telat dua menit dari biasanya. Ia kira ia akan ketinggalan bis, tapi ketika ia tiba di gerbang, ia melihat ada bis yang menunggu di seberang jalan dan si supir bis melambaikan tangannya padanya. Suasana hati Lisa terasa hangat ketika itu. Sama hangatnya dengan kopi panas yang ia bawa hari ini.

"Kopi. Teman pengusir kantukku!" cengir si supir.

Lisa tertawa lalu ia kembali berjalan masuk kedalam bis untuk duduk.

Bis malam biasanya cepat. Terkadang, jika si supir tidak melihat ada siapa pun yang sedang menunggu bis di halte, ia akan terus berjalan tanpa berhenti. Terkadang ada beberapa orang yang bekerja di shift malam yang naik.

Setelah dua kali pemberhentian, pintu bis terbuka. Dan seorang laki-laki paruh baya yang memakai jas, masuk. Ia menggesek kartu bis-nya, berjalan sedikit lunglai, lalu melewati Lisa untuk duduk di kursi yang berada di belakangnya. Melalui indera penciumannya, Lisa bisa mencium bau rokok dan wine yang kuat darinya.

Lisa diam-diam membuka jendelanya, berusaha menghilangkan bau menyengat wine yang kuat. Tapi mungkin karena mereka duduk terlalu dekat, Lisa masih bisa mencium baunya sehingga membuatnya seperti tercekik. Setelah beberapa menit, Lisa memutuskan untuk pindah tempat duduk.

Namun ketika ia berusaha berdiri, bajunya tertahan sesuatu. Ia menoleh ke belakang dan menemukan penyebabnya. Si lelaki paruh baya itu mungkin terlalu lelah hingga tertidur dengan kepala menunduk di senderan kursi Lisa. Menahan shawl-nya.

Lisa menimbang-nimbang sebentar, kemudian ia memutuskan untuk tidak membangunkan si lelaki dan memilih untuk melepas shawl-nya. Lalu ia berpindah ke kursi yang berbeda.

Lampu-lampu neon jalanan di luar jendela tampak lebih memukau di tengah gelapnya malam. Tetapi melihat orang-orang kelelahan yang berdiri di trotoar menciptakan perbedaan yang kontras. Lisa merasa seperti kembali ke sepuluh tahun lalu, ke waktu dimana Lisa harus bekerja sampai lembur hingga jam satu atau dua pagi. Di jaman Lisa yang tampak seperti seorang jendral perempuan yang bengis.

RDCABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang