Chapter 35

670 77 25
                                    

Eunwoo terbiasa pulang kerja tepat waktu, tapi malam ini, ia mendapatkan kesempatan langka dengan pulang lebih cepat. Ia tidak tahu kenapa, tapi ia tidak bisa menunggu lebih lama untuk melihat Lisa. Jadi ia melarikan kendaraannya ke stasiun radio Lisa sambil mendengarkan siarannya.

Setelah Lisa mengucapkan salam perpisahannya, mata Eunwoo terus menatap pintu bangunan radio. Dan akhirnya, ia melihat Lisa keluar dengan scarf memeluk lehernya.

"Lisa!" Eunwoo keluar dari mobilnya dan melambai ke Lisa dengan senyuman.

Awalnya, Lisa melihat sekitarnya dengan waspada, tapi saat ia menyadari kalau Eunwoo yang memanggilnya, ia berlari menghampirinya.

"Kok kesini?" tanya Lisa.

"Aku hanya merasa ingin menjemputmu saja," ujar Eunwoo sambil memperbaiki scarf di leher Lisa yang agak terlepas karena ia habis berlari.

"Aku kan membawa mobil sendiri setiap malam. Kenapa aku perlu kamu untuk menjemputku?" Lisa tertawa.

"Aku hanya ingin!" Mungkin karena pencahayaan yang temaram, tapi Lisa merasa mata Eunwoo yang menatapnya malam ini tampak lebih lembut.

Lisa tidak tahu apakah karena tatapan Eunwoo atau karena suasananya yang ambigu, Lisa tiba-tiba merasa kurang nyaman. Sehingga ia menundukkan kepalanya sementara sepatunya memainkan tanah yang ia injak.

Perasaan wanita memang aneh. Saat mereka tidak suka seseorang, mereka bisa dengan berani menggoda orang itu, tapi ketika bersama seseorang yang mereka suka, mereka akan gugup dan malu.

Lisa mulai peduli pada Eunwoo, yang seringkali membuatnya overthinking akan setiap sikapnya.

Rasa sukanya pada Eunwoo semakin besar setiap harinya. Jika sudatu saat hubungan mereka tidak berakhir sesuai harapannya, ia akan sangat hancur. Lisa mulai mengkhawatirkan semua ini sejak lama.

Tapi, ia tidak pernah berlama-lama memikirkan kemungkinan itu karena ia merasa tidak nyaman saat ia semakin memikirkannya.

Jadi, seperti di kehidupannya di masa lalu, ia akan berusaha membuat dirinya lelah sampai ia tidak lagi mempunyai energi untuk memikirkan pikiran yang membuatnya depresi.

Lisa sebenarnya tidak ingin pesimis, tidak ingin kehilangan Eunwoo, tidak ingin memperlakukannya sebagai obyek. Ia hanya ingin berbahagia dengannya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Eunwoo mengetuk kepala Lisa dengan pelan.

"Ah ...." Lisa mengangkat kepalanya dan mata bulatnya tampak berbinar. "Aku sedang tidak memikirkan apapun."

"Kalau begitu, kenapa kamu menunduk?" Eunwoo bisa dipastikan tidak percaya dengan kebohongan yang sangat jelas itu.

"Aku tertawa."

Eunwoo menatap Lisa dengan bingung.

Lisa tersenyum dan berkata, "Kamu datang untuk menjemputku jadi aku sangat bahagia. Tapi aku tidak ingin kamu mengetahuinya kalau aku mudah disanjung."

"Kamu ...." Eunwoo tidak bisa menahan tawanya. Ia lalu menggenggam tangan Lisa dan bertanya, "Apa kamu kedinginan?"

Lisa menggeleng.

"Kalau begitu, ayo jalan-jalan sebentar!" ajak Eunwoo.

Lisa terkejut, tapi tidak menolak. Pasti ada yang ingin dibicarakan oleh Eunwoo.

Di waktu sepagi ini, jalanan yang mereka lalui sepi dan sunyi. Sesekali, sebuah taksi melewati mereka, sengaja memelankan laju mereka untuk melihat apakah mereka membutuhkan tumpangan.

Eunwoo menggandeng tangan Lisa, berjalan tanpa tujuan di jalanan lurus.

"Aku sudah lama tidak pergi jalan-jalan seperti ini," ujar Eunwoo tiba-tiba. "Terasa sangat sunyi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RDCABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang