Bel berbunyi pukul 13:32, beramai-ramai murid keluar dari kelas sambil memikul ransel. Niko, laki-laki berambut lebat yang menutupi sebagian dahinya dengan poni berwarna coklat gelap itu baru saja menyelesaikan kelas. Kini dia akan menuju lantai 5, berkumpul dengan kelompok pencegah ramalan di ruangan C-305.
Saat melangkah keluar dari kelas, mendadak angin bertiup kencang, membuka jendela-jendela kaca di koridor. Pengawas dan petugas kebersihan buru-buru menutupnya, sebelum angin membuat kekacauan di dalam gedung sekolah.
Setibanya di depan ruangan C-305, Niko mengetuk-ngetuk pintu. "Halo? Ada orang di dalam?"
Saat mencoba membuka pintu, pintunya masih terkunci. Dengan perasaan bingung, Niko menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia masih berpikir positif, mungkin mereka belum datang, apalagi kelas baru saja dibubarkan.
Suruh cepat! Tapi orang itu yang malah lambat! Batin Niko penuh kekesalan.
Setelah menunggu sekitar lima menit, Mira terlihat dari ujung tangga sembari menenteng kunci, yang bisa diasumsikan sebagai kunci ruangan C-305.
"Niko?" Tanya Mira yang melihatnya tengah bersandar di sebelah pintu ruangan C-305.
Niko sedikit membuang wajahnya, rasa kesal melanda dalam dirinya. "Kemarin, ada yang nyuruh datang cepat, tapi dia sendiri malah telat."
"Menyindirku? Dasar bocah!" Balas Mira bernada sedikit marah. Dia langsung membuka pintu ruangan C-305 dan masuk ke dalam. "Masuklah, kau mau di luar aja?" Tanyanya pada Niko yang bersandar di depan pintu.
"Memangnya siapa yang mau di luar?" Balas Niko yang lanjut masuk ke dalam ruangan itu.
Suasana di dalam sama seperti kemarin, gelap dan lampunya redup. Tak terbayang kalau mendung atau petang, pasti sudah sangat gelap di sana. Mira duduk di kursi, membuka buku ramalan dan membacanya.
"8 Oktober, kamar mandi." Kalimat yang Mira baca di bukunya. Dia dengan sombong menatap Niko, seolah-olah menantangnya. "Ok, bagaimana menurutmu?" Tanyanya.
"Menurutku?" Niko memegang dagunya, menatap langit-langit sembari bepikir. Sebagai murid dari gedung A, dia sudah mengenal semua sisi sekolah dan juga tingkah laku murid di sini. "Mungkin aksi cabul," Celetuknya
"Semudah itu? Kau menyimpulkannya?" Tanya Mira lagi yang meragukan pendapat Niko.
Niko meliriknya dengan tajam. "Cuma pendapat, gak salah 'kan?"
"Huh ... terserah!" Mira dengan kesal menutup bukunya, memberikan pendapatnya soal ramalan hari ini. "Menurutku, pasti ada yang sedang dibully di kamar mandi,"
"Apa dasarnya?" Tanya Niko, mencoba mencari alasan yang kuat.
"Selama ini, banyak pembulian terjadi 'kan?" Mira meyilangkan tangannya sambil terus menatap wajah Niko dengan alis yang melengkung ke bawah. "Apalagi kamar mandi indentik dengan kejadian itu!"
"Karena banyak pembulian, kau gak bisa langsung menyamakannya!" Tampik Niko dengan nada sedikit lantang.
Keduanya bersitegang, saling menolak saran yang terlontar. Niko merasakan, kalau Mira berusaha menyudutkannya, atau merasa tersaingi dengan keberadaannya di sini. Tiba-tiba saja, pintu terbuka lebar yang mengangetkan keduanya. Jovian yang membuka pintu itu, langsung menyuruh Niko dan Mira mengikutinya.
Keduanya langsung mengikuti Jovian turun ke lantai 3, di mana sedang terjadi kehebohan di sana. Tapi yang paling ramai, berada di kamar mandi. Sesuai ramalan hari ini, kejadiannya ada di kamar mandi.
"Jovi, ada apa?" Tanya Mira yang penasaran.
"Entahlah," Jovian menggelengkan kepala. "Bagaimana kalau kita tanya?" Sarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirai: REMAKE [END]
Teen FictionNovel ringan dengan visual Ilustrasi Original ❗❗❗ 💎Sinopsis : Di sebuah sekolah menengah yang tenang, muncul sebuah buku misterius yang konon memiliki kekuatan meramalkan masa depan. Niko, seorang siswa yang awalnya tidak terlalu mempercayai hal-h...