47. Tragedi

16 4 0
                                    


Pukul 14:44 di ruangan C-305 yang sejuk nan redup, munculah sebuah ramalan yang sangat aneh. Niko, Mira, Jovian, Olivia serta Ryan, semuanya memasang wajah bingung seraya meratapi buku mereka masing-masing.

"28 November, ketakutan." Kalimat yang tertulis di buku Jovian.

"28 November, kesedihan." Kalimat yang tertulis di buku Olivia.

"28 November, penyesalan." Kalimat yang tertulis di buku Ryan.

"28 November, sakit." Kalimat yang tertulis di buku Mira.

"28 November, tragedi." Kalimat yang tertulis di buku Niko.

Kelimanya mendapati ramalan yang berbeda di hari yang sama. Ini mengingatkan Niko, Jovian, dan Olivia mengenai luka lama, di mana mereka kehilangan Kouko saat mendapatkan ramalan yang semacam ini.

Tapi kali ini sudah berbeda, mereka memiliki dua orang lain yang bisa membantu melewati teka-teki serumit ini.

Jovian menyeka hidung mancungnya lalu berkata. "Ketakutan! Ini yang tertulis di bukuku,"

"Kesedihan," Olivia memejamkan mata dan menggelengkan kepala. "Ramalan ini pasti bahaya!" Ujarnya khawatir.

"Aku tau!" Sambung Niko seraya menjatuhkan bukunya ke atas meja. Dia duduk dan menyilangkan jemarinya, menatap tajam ke arah buku ramalan di hadapannya. "Mungkin jawabannya ada di bukuku," Ucapnya yakin.

Mira mengintip kalimat di buku Niko. "Tragedi? Apa maksudnya?" Gumamnya pelan dan kembali melihat kalimat di bukunya sendiri.

Di tanggal 27 November ini, mereka harus bekerja keras memecahkan teka-teki di buku ramalan sebelum terjadi esok hari. Tanpa berlama-lama, mereka langsung membuka ruang diskusi yang hangat dan serius.

Niko yang sudah memiliki jam terbang tinggi, dipercaya untuk memimpin diskusi dengan didampingi Olivia dan jovian. Ketiganya pernah melewati momen pedih karena sebuah ramalan yang gagal ditafsirkan, dan kali ini mereka tak boleh gagal lagi.

"Kata kuncinya takut, sedih, menyesal, sakit, dan tragedi," Kata Niko dengan wajah serius seakan-akan fokus pada tujuannya. "Mungkin bakal ada rasa sakit setelah tragedi yang membuat orang takut dan sedih lalu menyesal karena membiarkan itu terjadi."

"Semudah itu?" Tanya Mira ragu. "Aku rasa gak sesimpel itu, deh!"

"Mira benar," Ryan menyela dan bertanya. "Kira-kira besok ada apa di sekolah?"

Olivia menggelengkan kepalanya. "Kayanya gak ada," Dia pun teringat suatu hal, langsung mengutarakannya. "Oh iya! besok tanggal 28 November 'kan?! Bukannya Niko sama Mira bakal ke aula kota?"

"Iya juga," Jovian menduga-duga kalau bakal ada kejadian mengerikan di sana. "Mungkin ada tragedi di sana, bom waktu misalnya,"

Olivia menepuk keras belakang kepala Jovian. "Mulutmu!"

"Kan cuma pendapat!" Keluh Jovian.

"Jovi ada betulnya!" Sosor Niko lalu menambahkan. "Mungkin ada sesuatu di sana,"

"Sayangnya kami gak bisa ikut!" Ryan bersandar di kursi, menatap langit-langit dengan pasrah. "Seandainya memang ada sesuatu, kami gak bisa apa-apa!"

Niko langsung membantahnya. "Ryan! Kita gak tau di mana kejadiannya, bisa aja di sekolah. Gak ada yang tau 'kan?"

Ryan mengangguk paham, mengerti apa yang Niko maksud. "OK! Aku paham sekarang!" Senyumannya perlahan mengembang, mengusir gusar di hatinya. "Kalau gitu kami bakal siaga di sekolah! Kau sama Mira di aula kota!"

"Siap!" Balas Niko dengan senyuman lembut.

***

Di perpustakaan sekolah, Niko duduk termenung sambil memikirkan soal ramalan yang baru ia dapat. Situasinya tidak semudah yang dibayangkan, bahkan jauh lebih rumit dan bisa menimbulkan korban jiwa lagi.

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang