28. Kiss Me Beby!

21 4 6
                                    


Suasana di kelas 2-A terasa seperti hampa. Papan tulis penuh dengan rumus-rumus matematika dan catatan pelajaran yang terkesan monoton. Sinar matahari masuk ke dalam ruangan, namun tak mampu menyinari semangat yang redup di antara siswa-siswi yang duduk di kursi mereka.

Guratan-guratan pada buku pelajaran tampak tak berarti, seolah hanya gambaran abstrak yang sulit dipahami. Suasana hening dan kebosanan menyelimuti kelas, dengan hanya sesekali terdengar suara pensil yang menggores kertas.

"Ok anak-anak! Waktunya PR!" Ujar Guru di depan kelas.

"Ha?! PR!" Kata salah seorang murid yang kaget. "Pak! Kenapa mendadak kali?"

"Kamu ngelawan?"

"Eh.. enggak pak!"

Guru itu tersenyum sinis, lalu membuka buku pelajaran. "Baik! Kerjakan soal di halaman 50! Senin depan bapak periksa!"

"Baik pak!" Serentak beberapa murid.

Guru matematika keluar dari kelas, membuat cahaya semangat kembali menyinari kelas yang suram itu. Pergantian pelajaran akan segera dimulai, tapi seseorang tampak sama sekali tidak peduli akan hal itu.

Sedari tadi, dia terus menatap jendela dengan keheningan. Duka masih menyelimutinya, walau canda dan tawa sudah mengelilinginya di kelas 2-A. Bel pergantian guru berbunyi, guru bahasa masuk dan langsung memulai pelajaran.

"Baik! Siapa yang gak ngerjain PR ke depan!" Tegas Guru bahasa.

"Ah sial!" Keluh salah seorang murid laki-laki.

"Cepat!"

Beberapa murid maju ke depan, termasuk Niko yang bolos beberapa hari. Mereka dihukum berdiri di koridor sekolah, sampai pelajaran selesai. Murid-murid yang tak kenal takut, langsung lari ke kantin dan menikmati jam istirahat lebih awal, namun tidak untuk Niko. Dia terus berdiri di sana, sambil menatap kosong ke jendela.

Dia berjalan, meletakkan tangannya ke kaca jendela. Lapangan olahraga sudah kembali normal, bahkan tribun juga ditambahkan di sisi lintasan lari, seakan-akan kejadian mengerikan waktu itu tak pernah terjadi.

"Niko?"

Niko menoleh ke sumber suara yang datang dari Olivia. "Apa?"

"Akhirnya!" Olivia tersenyum lebar, lalu memeluknya. "Kau sehat?"

Niko sedikit mendorongnya. "Jangan memelukku!"

"Ma-Maaf." Olivia kembali tersenyum. "Aku.. aku senang melihatmu,"

"Apa-apaan itu! Menjijikan!" Niko membuang wajahnya, balik menatap jendela. "Jangan ganggu, aku lagi dihukum."

"Hahaha, Ok!" Olivia berbalik, lalu melambaikan tangan. "Sampai nanti!"

Beberapa waktu berlalu, jam istirahat dimulai. Hukumannya telah berlalu, dan sekarang dia bisa kembali ke kelas. Tidak seperti biasanya, dia hanya duduk di kursinya, dan meratapi jendela kelas.

Saat itu, Jovian dan Olivia datang ke kelas 2-A. menjumpai sahabat yang mereka rindukan.

"Niko!" Jovian berlari ke arahnya, memeluknya dari belakang. "Syukurlah kau sehat, hehe.."

"Yah."

"Ha.. dia jadi cuek!" Keluh Jovian. "Eh, udah lihat ramala-,"

"GAK!" Bentak Niko, yang mengundang perhatian murid di sekitarnya.

Olivia kaget dan memarahinya. "Niko! Apa yang kau pikirkan!"

"DIAM! Bisa gak ganggu?!"

"Hey!" Olivia menurunkan alisnya tajam ke bawah. "Kau kenapa? Kerasukan?"

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang