20. Keberanian

23 4 4
                                    



Senja yang sejuk, serta angin bertiup cukup kencang membawa awan mendung ke tengah kota. Kota yang sibuk itu perlahan mulai terselimuti oleh awan hitam yang bergemuru di langit. Niko pulang dengan berjalan kaki di trotoar, bersama orang-orang dengan wajah letih setelah bekerja seharian.

Sesampainya di rumah, rumah yang penuh dengan kehangatan serta kenyamanan. Saat masuk ke dalam, dia disambut oleh aroma coklat panas buatan adiknya. Dengan ramah, Ocha menyambutnya.

"Selamat datang, kak!"

"Dengaren pakai 'kak'. Biasanya Dheiman?"

Ocha berdecih kecil sembari memasang wajah kesal. "Cih! Dasar laki-laki gak pernah peka!"

"Aku bukan gak peka! Cuma heran aja kok!"

"Sama aja 'kan?" Tanya Ocha dengan senyuman jahilnya, lalu mengatakan hal yang menohok. "Eh.. aku tadi lihat kak Kouko loh, ehe.. dia makin cantik, kapan kau tembak dia?"

"Ha?!" Niko tersentak kaget, lalu mencengkeram kedua bahu adiknya itu. "Ja-Jangan ikut campur! Paham?!"

Ocha hanya mengangguk dengan wajah yang rada meledek. Setelahnya, keduanya duduk di meja makan sambil menikmati segelas coklat panas dan donat yang Ocha beli sepulang sekolah.

"Anu Ocha, aku mau tanya." Kata Niko dengan bimbang.

"Mau nanya apa?"

"Begini, bagaimana perasaanmu kalau kau ditembak?"

Ocha mendengak sambil memegangi dagunya, "Mati dong, bener gak?"

"Bukan itu!"

"Hahaha! Maaf.." Ocha tertawa lepas, lalu menjawab pertanyaan kakaknya dengan benar. "Yah.. tergantung sih,"

"Tergantung maksudnya?"

Ocha menatap kakaknya dengan serius. "Memangnya kenapa? Jarang-jarang kakak menanyakan ini?"

"Ya-Yah.. cuma riset." Jawab Niko dengan ragu.

"Huh.. baiklah, jadi kalau yang menembakku orang yang kusukai, mungkin bakal aku terima." Ocha sedikit memiringkan kepalanya dengan terus menatap kakaknya. "Ada apa? Mau nembak cewek ya?"

Niko melirik langit-langir rumahnya, lalu sedikit menganguk. "Iya, kayanya gitu."

Ocha menggebrak meja makan yang membuat Niko kaget. Dengan sigap, Ocha berdiri lalu menanyakan siapa cewek yang mau kakaknya tembak.

"Si-Siapa?"

"Ra-Rahasia! Pokoknya rahasia!"

"Dheiman! Kasih tau gak?!"

Niko menurunkan alisnya tajam ke bawah. "Jangan maksa!"

"Kak Kouko 'kan?"

Ugh.. kok bisa tau? Batin Niko. "Eng-Enggak kok!"

"Yakin?"

Niko mengagguk-angguk dengan cepat. "Yakin!"

"Huh.. padahal kalau kak Kouko, aku bisa langsung ngasih restu kok."

"Serius?"

"Haa! Ketahuan!" Tegas Ocha sambil menunjuk tajam ke arah kakaknya. "Kak Kouko 'kan?!"

Sial! Sial! Sial! Pikir Niko. "Ya-Yah.. kalau iya memangnya kenapa?!"

Ocha hanya tersenyum jahil dan terus menggoda kakaknya itu. Walau dia dan Niko sudah bersama selama 14 tahun, dia tetap ingin memiliki kakak perempuan seperti di novel yang dia baca. Ocha mendekat dan membisikkan sesuatu padanya.

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang