4. Tamu tak diundang

32 5 3
                                    


Satu per satu rak buku kembali berdiri setelah sebelumnya jatuh. Kouko dengan teliti mengumpulkan buku-buku yang berserakan di lantai, lalu memasukannya ke dalam rak yang sudah Niko siapkan. Hari mulai petang, dan hanya tersisa beberapa tumpuk buku yang belum mereka letakkan kembali ke dalam rak.

"Kouko, kau sudah selesai?" Tanya Niko. "Ahh.. seharusnya kita sudah pulang dari tadi!" Sambungnya sembari melihat jam di ponsel.

"Tunggu, sebentar lagi."

"Ada yang bisa dibantu?"

Kouko menggeleng. "Tidak, aku bisa sendiri."

"Tap-."

"Aku bisa sendiri." Potong Kouko dengan dingin.

Cih! Terserah kau saja! Batin Niko.

Tiba-tiba saja, angin berembus kencang ke dalam perpustakaan, membuat tirai-tirai yang menutupi jendela berkibar dengan anggun. Tidak hanya tirai, rambut Kouko juga kelihatan elok saat melambai-lambai terkena angin. Jantung Niko berdetak dag-dig-dug tatkala masih memandanginya.

Aku akui, dia memang cantik. Pikir Niko

Pukul 16:30, keduanya sampai di kantor guru, lebih tepatnya ruangan Bu Rita. Niko menyerahkan kunci perpustakaan kepada guru wanita berambut merah manggis yang dikuncir kuda tersebut. Bukan Bu Rita namanya, kalau tidak mencoba menjahilinya.

"Terima kasih Dheiman, ngomong-ngomong apa kau sudah menyusun buku-bukunya lagi?"

"Sudah." Jawab Niko.

"Sesuai abjad?"

"Ahh.. itu.."

"Sudah." Sosor Kouko. "Semuanya sudah tersusun seperti semula."

Bu Rita tersenyum lebar. "Terima kasih pirang." Dia balik melirik Niko. "Kau harus belajar banyak darinya, Niko."

Tuh 'kan!? Malah dibanding-bandingkan! "Yah, yah baik! Aku akan belajar banyak darinya! Puas!?"

"Sangat puas." Balas Bu Rita dengan senyuman sinis. "Kulihat-lihat, kalian sudah sangat dekat? Apakah itu benar? Kouko?"

"Iya, Niko banyak membantu." Kouko menoleh ke wajah Niko. "Benarkan? Senior?"

"Mana aku tau." Niko menghela nafas. "Huh.. Bu Rita! Apa aku sudah boleh pulang, aku rasa Ocha akan kesepian di rumah."

"Oke, lagi pula hari sudah petang." Bu Rita berdiri dan mengantar keduanya sampai pintu kantor. "Kalau ada apa-apa, kalian bisa menemuiku di kantor, besok."

"Baik Bu Rita." Sahut Kouko dan Niko.

***

Hari mulai petang dan mendung, Niko terlihat berjalan di gang, melewati beberapa lorong sebelum sampai di depan pintu rumahnya. Saat membuka pintu, dia melihat pemandangan yang memang seharusnya dia lihat, yaitu wajah Ocha yang cemberut.

"Kakak! Kau lama sekali!" Keluh Ocha.

"Maaf, ada kendala."

Ocha menyipitkan matanya. "Tidak bohong 'kan?"

"Sejak kapan aku bohong?"

"Hihi.." Senyuman Ocha langsung pudar ketika melihat seseorang di belakang kakaknya. "Ka-Ka-Ka-Kak! Itu siapa!"

"Ha?"

"Itu!" Ocha menunjuk tajam ke arah orang itu.

"Jangan main-main Ocha! Kau membuatku merinding!"

"BODOH! Itu di belakangmu!"

Niko berbalik dan sama kagetnya seperti Ocha. Tanpa disangka, kalau Kouko mengikutinya sampai ke rumah. Niko yang kadung curiga langsung menjadi tameng untuk adiknya, bisa saja dia berniat menyakiti mereka berdua.

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang