Niko membuka matanya perlahan, terbangun dari tidur panjangnya setelah koma. Cahaya redup di ruangan rumah sakit menyoroti wajah lelahnya. Saat dia menoleh ke samping, dia melihat Ocha, adiknya, tertidur pulas di kursi di sebelah tempat tidurnya.
Suasana rumah sakit yang hening memenuhi ruangan, hanya terdengar gemuruh mesin yang terus beroperasi di sekitarnya. Air mata Niko tumpah saat mengingat sosok Kouko yang baru ia temui di alam bawah sadarnya.
Nada sedih yang dia keluarkan, membangunkan Ocha dari tidurnya. Dengan perasaan senang tercampur cemas, Ocha langsung melompat dari kursi menuju kakaknya.
"KAKAK!" Teriak Ocha penuh perhatian.
Niko dengan keadaan sedih nan lemas menoleh ke sumber suara. "O-Ocha.."
Ocha memeluk Niko dengan erat. "Kak," Kata Ocha dengan suara lembut, mencoba menahan air mata yang ingin menetes. "Aku takut! Aku takut kehilanganmu, kak!"
"Aku juga, Ocha," Balas Niko dengan elusan lembut di rambut hitam Ocha.
Pukul 02:14 pagi menjadi waktu di mana Niko sadar dari koma. Ocha duduk di sisi kasur, memandangi wajah sang kakak setelah koma sepanjang hari dengan perasaan gelisah. Niko menjadi satu-satunya keluarga yang ia miliki sekarang, setelah ayahnya pergi bekerja dan tak kunjung pulang.
Wajah Niko cenderung merengut seperti memiliki banyak pikiran. Ocha menegurnya dan bertanya apa yang kakaknya lihat selama koma.
"Kak, boleh aku tanya?" Tegur Ocha.
Niko mengangguk pelan menyautnya. "Boleh,"
"Pas koma, apa yang kakak lihat?" Tanya Ocha membuat Niko membuka matanya lebar-lebar, sekaligus makin memperjelas kalau matanya sedang berkaca-kaca.
Niko terdiam beberapa waktu, mengingat sisa memori yang masih bisa ia ingat selama koma. "Kouko," Ucapnya pelan.
"Kak Kouko?" Ocha menyeka air mata kakaknya yang hendak tumpah dan kembali melontarkan pertanyaan. "Kak Kouko yang kakak lihat pas koma, ya?"
Niko cuma mengangguk lemas menjawabnya. Ocha memahami pedihnya kehilangan Kouko dari hidup kakaknya, begitu juga dia yang menerima keberadaan Kouko di sisi mereka.
"Kak! Kapan-kapan cerita, ya?" Ocha menjatuhkan kepalanya di sisi Niko. "Aku sayang kakak!"
Niko menoleh ke samping, melihat wajah imut sang adik yang senantiasa merawatnya. "Iya, kapan-kapan."
Ocha tersenyum kecil dan memberi kecupan lembut di pipi sang kakak, agar Niko lekas sembuh.
Di ruangan lain, Mira juga baru terbangun dari tidur panjangnya. Kondisinya cukup mengenaskan, dengan tangan kanan yang patah. Ia termenung di kasur sambil meratapi jendela rumah sakit.
Tak banyak yang bisa ia lakukan saat ini, seakan-akan semuanya sudah berakhir setelah tangannya mendapatkan cedera yang serius.
***
Pukul 08:29 pagi, Bu Rita datang ke rumah sakit untuk menjenguk Niko. Saat sampai di ruangan, ia melihat Ocha yang sedang menyuapi kakaknya dengan penuh kasih sayang.
"Ocha? Gak sekolah?" Tegur Bu Rita dengan senyuman ramah.
Ocha melirik pintu dan mendapati Bu Rita berdiri di sana. "Hehe.. enggak,"
"Huh ... gak apa-apa, kok. Ibu cuma tanya," Bu Rita melangkah masuk dan berdiri di sebelah Ocha sambil menanyakan kondisi Niko. "Niko, kaya mana kondisimu?"
Dengan senyuman tulus Niko menjawab. "Baik,"
"Syukurlah," Kata Bu Rita sambil menyeka air mata harunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirai: REMAKE [END]
Teen FictionNovel ringan dengan visual Ilustrasi Original ❗❗❗ 💎Sinopsis : Di sebuah sekolah menengah yang tenang, muncul sebuah buku misterius yang konon memiliki kekuatan meramalkan masa depan. Niko, seorang siswa yang awalnya tidak terlalu mempercayai hal-h...