39. Koalisi

18 4 4
                                    


Beberapa minggu setelah ruangan C-305 terguncang oleh perdebatan sengit antara Ryan dan Niko, yang menimbulkan gelombang emosional tiap anggota ekskul psikiater. Di tanggal 20 November 2019, halaman kosong di buku ramalan mulai menipis dan hanya menyisakan 20 lembar saja.

Niko, sering datang untuk membantu memecahkan ramalan, sedangkan Ryan tak terlihat sejak perdebatanya dengan Niko waktu itu. Situasi kelompok mereka memang berubah seiring waktu, dan menyita sedikit waktu luang.

"Permisi!" Sapa Mira yang membuka pintu ruangan C-305, dia melihat Niko dan Jovian di dalam dan menyapa keduanya dengan lembut. "Kalian berdua, selamat siang!"

"Siang!" Balas Jovian dengan ayunan tangan yang ramah, sedangkan Niko hanya mengangguk ringan.

Mira menyapu rambut coklat keemas-emasannya ke belakang, lalu mengikatnya. "Eh! Ada ramalan?"

"Kayanya gk ada, deh." Jovian menunjukkan buku ramalan yang dia bawa. "Dari pagi udah ku cek! Tapi gak ada apa-apa!"

"Baguslah! Kalau gitu kita bisa istirahat!" Mira duduk di kursi yang mengelilingi meja, dia pun bertanya pada Niko yang sedang menulis sesuatu. "Niko? Apa yang kau tulis?"

"Esai." Jawab Niko dingin.

"Owh.." Mira mengangguk, enggan melanjutkan. "Jovi! Mana Oliv?"

Jovian mengangkat kedua bahu sebagai respon ketidaktahuannya. "Entahlah! Dia memang suka ngilang, kaya koruptor."

"Ya-Yah.. aku gak mau ikut-ikutan!" Balas Mira merasa gundah, karena Jovian kerap kali bersikap satir.

Suasana di ruangan C-305 terasa sejuk dengan cahaya lampu yang redup. Mira, Niko, dan Jovian tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing, menoleh serentak ke pintu ruangan yang terbuka perlahan. Seorang gadis muda, wajahnya tampak cemas, masuk ke dalam.

"Maaf mengganggu, boleh aku masuk?" Tanyanya dengan sopan.

Ketiganya saling pandang, lalu menyuruhnya untuk masuk. "Silahkan! Duduk aja di mana pun kamu mau." Pinta Mira.

Gadis itu duduk di kursi yang ada di depan ketiganya, lalu bertanya. "Apa benar, kalau kalian ekskul psikiater?"

"Yup!" Balas Jovian antusias. "Ada yang mau kau tanyakan?"

"Ini soal sahabatku," Gadis itu merenung di kursi, menyilangkan jari-jemarinya di bawah meja. "Belakangan ini, dia mulai asik sama orang lain."

Jovian melihat jam tangannya, lalu berdiri dan beralibi. "Ah.. sudah jam tiga! Aku ada urusan! Babay!" Ujarnya yang langsung lari keluar dari ruangan C-305.

Yang betul aja! Pikir Niko setelah melihat Jovian meninggalkan ruangan tanpa rasa tanggung jawab. "Huh ..." Dia balik menatap gadis yang ada di depannya. "Bisa kau ceritakan lebih rinci?"

Mira dan Niko mendengar dengan penuh perhatian saat gadis tersebut menceritakan kekhawatirannya tentang sahabatnya yang mulai akrab dengan orang lain. Wajah gadis itu mencerminkan campuran perasaan kecemasan dan kehilangan.

Niko, dengan suara yang lembut, berkata, "Aku tau perasaanmu, kau pasti cemas 'kan? Pertemanan memang bisa berubah seiring waktu. Tapi kau bisa coba bicara langsung sama sahabatmu, bilang aja apa yang kau rasakan."

"Terdengar radikal!" Tampik Mira, dia pun memberikan saran dari sudut pandangnya. "Kalau kamu gak punya banyak waktu, seharusnya bilang aja sama sahabatmu. Mungkin wajar kalau dia asik sama orang lain, karena dia kehilangan sosokmu. Saranku, mungkin kamu harus mengajaknya ke suatu tempat!"

Gadis itu mengangguk mengerti. "Tapi.. kaya mana kalau dia gak mau? Takutnya bakal canggung!"

"Coba dibicarakan dulu," Sambung Mira. "Lagian, dia temanku 'kan?"

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang