38. Pertentangan

15 4 12
                                    


Siang yang sejuk di kota yang sibuk, namun tidak di SMA Negeri Harapan II, lebih tepatnya di ruangan C-305 yang sedang memanas. Ini bukan soal AC yang mati, atau hal-hal lain yang menyulut api. Melainkan Niko dan Ryan yang sedang membara, mempertahankan argumennya masing-masing.

Ryan mungkin lebih skeptis, mempertanyakan keberhasilan atau keamanan proses yang dijelaskan dalam buku ramalan. Sementara itu, Niko mungkin melihatnya sebagai kesempatan untuk mengubah atau merenungkan masa lalunya.

"Kembali ke masa lalu?" Ryan tersenyum sinis yang dia tujukan untuk Niko. "Asal kau tau aja! Buku ini berkaitan dengan masa depan, mustahil rasanya kalau masa lalu terkait dengan ini!"

"Tanpa dicoba gak akan tau hasilnya 'kan?!" Respon Niko dengan nada kesal.

"Hahaha! Kau ini lucu!" Kata Ryan dengan nada remeh, dia pun sedikit memukul meja. "Apa yang bakal terjadi kalau permohonannya gak terkabul! Memangnya kau mau tanggung jawab?!"

Dengan tatatap tajam, Niko mengangguk kecil dan berkata dengan tegas. "IYA! Aku tanggung jawab!"

Dahi Ryan mengernyit, merasa heran dengan keberanian Niko. "Ha? Kau yakin?"

"Tentu!" Balas Niko. "Ada masa lalu, yang harus aku ubah!"

"Yah.. sepertinya kita sampai di babak final, hehe.." Celetuk Jovian untuk menengahi perselisihan mereka. "Sebaiknya, kita bicarakan ini baik-baik. Ok?"

Peran Jovian memang penting untuk saat ini, tapi Ryan dan Niko tentu tidak diam begitu saja, sampai kemauan mereka tercapai. Sedangkan Mira, hanya terdiam membisu melihat perselisihan keduanya tanpa bisa melakukan apa-apa.

Belum sempat Jovian melontarkan kata-kata, Ryan langsung memotongnya. "Niko! Aku rasa kau punya alasan pribadi, soal memilih kembali ke masa lalu! Jelaskan."

"Sudah aku bilang 'kan? Aku gak punya alasan pribadi!"

"Jelaskan!" Desak Ryan.

Niko melipat bibir bawahnya, lalu menjelaskan alasannya yang dibalut alibi. "22 September, saat ledakan besar terjadi. Aku mau mencegahnya!"

"Ini bukan soal pacarmu itu 'kan?" Tanya Ryan lagi, kali membuat mata Niko membelalak.

"Ti-Tidak!" Tampik Niko ragu-ragu. "Tidak hanya dia! Tapi korban lain!"

"Kau tau 'kan? Dia sudah meninggal?" Kata Ryan dengan nada yang begitu dalam. "Apa kau gak pernah berpikir, kalau dunia bukan tempat terbaik untuknya?"

Niko menatapnya dengan amarah. "Kau pernah kehilangan seseorang?! Kau gak akan tau rasanya!"

"Aku kehilangan Pamanku!" Balas Ryan.

Mira dan Jovian yang ada di ruangan itu, lantas terdiam. Keduanya memang tidak bisa mencapai kesepakatan, dan Mira yang dirasa bisa menyelesaikan ini, lebih memilih diam dengan rasa takut yang membelenggu dirinya.

Dengan bimbang, Mira berusaha menyampaikan menengahi mereka. "Hey, tenang dulu! Gak seharusnya kita kaya gini!"

"Mira! Siapa yang akan kau pilih!" Kata Ryan yang menyuruh Mira untuk membuat pilihan.

"Ry-Ryan! Apa maksudmu?!"

"Lakukan!" Balas Ryan.

Mira hanya bisa menggelengkan kepala, dia berusaha netral di tengah konflik yang terjadi. "Aku gak bisa milih, kalian berdua temanku!" Dia sedikit melirik Niko, yang memandanginya dengan mata yang tertanam harapan. "Aku gak akan melakukan itu!"

Niko sedikit tersenyum untuk Mira. "Kita harus kembali ke masa lalu! Soalnya banyak yang kita sesali di masa sekarang 'kan?"

Perkataan Niko memang membuat Jovian dan Mira tergerak, pasalnya banyak hal yang mereka sesali di masa lalu. Tapi sekali lagi, perkataan Ryan juga benar, karena buku yang terus membahas masa depan sangat bertentangan dengan prinsip masa lalu.

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang