37. Masa Lalu

16 4 1
                                    


Pukul 15:45, di ruangan Bu Rita. Guru wanita berambut maroon yang dikucir kebelakang, tersenyum lebar ke arah Niko. Dia sangat puas dengan kinerjanya selama seminggu, sebagai anggota pengganti.

"Terima kasih, Dheiman! Tak sia-sia kau kembali ke sana." Kata Bu Rita bernada penuh pujian untuk Niko.

Niko tersenyum bahagia, membalas pujian itu. "Sama-sama, Bu. Terima kasih juga untuk kesempatannya." Ucapnya.

"Yah.. kalau kau mau, masih ada ruang untukmu." Bu Rita menatapnya dengan tatapan sayu. Dia mengambil sebuah catatan dari dalam laci dan memberikannya pada Niko. "Ibu udah lama menyimpan ini, dan sekarang waktunya kau menyimpannya."

"Apa itu?"

"Ambilah, kau pasti tau." Bu Rita menyodorkan selembar kertas itu pada Niko.

Niko mengambilnya, memeriksanya dari atas sampai bawah. "Ini.. surat pendaftaran?"

"Yah," Bu Rita tersenyum ramah sebelum melontarkan pertanyaan. "Kau enggak tau? Siapa yang menulisnya?"

"Siapa?"

"Kouko! Itu surat pendaftarannya dulu." Bu Rita tersenyum sinis, membuat ekspresi Niko berubah. "Kau pasti mau tau, alasan dia gabung ke perpustakaan 'kan?"

Perasaan Niko langsung berubah, seakan-akan dipaksa untuk mengingatnya kembali. Tapi dia juga penasaran, kenapa Kouko mau bergabung ke ekskul perpustakaan yang tidak mencolok sama sekali di sekolah.

Yang hanya ingin dia ketahui, cuma alasan Kouko, kenapa dia bisa terdampar ke perpustakaan yang jelas-jelas tidak berperan aktif seperti ekskul lain pada umumnya.

Perlahan, dengan pandangan kecil, Niko kembali membacanya. "Kouko Cassandra.." Katanya setelah membaca nama penulis, dia pun langsung fokus pada bagian alasan. "Aku murid pindahan, dan berniat bergabung menjadi petugas perpustakaan. Dikarenakan, kunjungan pertamaku ke sana, hanya ada satu penjaga saja. Dengan alasan itu, aku mengajukan diri agar kinerja petugas perpustakaan bisa lebih efektif."

"Bagaimana? Paham 'kan?"

"Jadi.." Kata Niko menggantung, menatap Bu Rita dengan raut wajah bingung. ".. dia mengawasiku terlebih dulu? Sebelum bergabung? Benar begitu?"

"Ibu gak tau pasti." Bu Rita berdiri, memberikan senyumanya beserta elusan lembut di pundak Niko. "Tapi itu yang tertulis, benar 'kan?"

Niko mencengkram erat kertas itu. "Aku malah merindukannya." Ujarnya bernada sedih.

"Tidak ada salahnya merindukan seseorang, Dheiman." Tangan Bu Rita berpindah ke atas kepala Niko dan mengelus-elusnya. "Kau dan si pirang itu, sudah memberikan yang terbaik. Kalian luar biasa!"

"Terima kasih, Bu Rita!"

"Sama-sama, Dheiman."

***

Pukul 17:45 petang, Olivia dan dua temannya baru saja selesai lari sore di taman kota. Ketiganya berjalan beriringan dengan keringat yang bercucuran dan membasahi baju yang mereka pakai.

"Oliv, dengaren kau bisa tahan 10 putaran, hebat!" Puji temannya.

Olivia membalasnya dengan sebuah senyuman. "Hehe.. lagian aku juga lagi nuruni berat badan."

"Heh ... memangnya sekarang beratmu berapa?"

"Kalau gak salah, 53 kg." Olivia sedikit menunduk dan memandangi sepatu pink yang dia pakai. "Padahal tinggiku cuma 158,"

Temannya memandangi tubuh Olivia yang terasa cukup ideal. "Tapi.. badanmu bagus kok, ideal pula!"

"Ideal apanya!" Keluh Olivia bernada sedikit lantang. "Huh! Ayo balik! Udah mau petang!"

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang