7. Berbagi hukuman

25 4 5
                                    


Di dalam ruangan kepala sekolah, Olivia menjelaskan mengenai kamera yang mereka bertiga temukan di salah satu loker kamar ganti wanita. Dalam keadaan merekam, kamera itu sudah mengambil beberapa rekaman murid perempuan yang tengah berganti pakaian.

"Terima kasih, Nak." Kepala sekolah berdiri dari kursinya lalu mengamankan kamera itu. "Ngomong-ngomong, siapa namamu?"

"Olivia Ningrum pak!"

"Olivia Ningrum?" Kepala sekolah tersenyum. "Baiklah, sekali lagi terima kasih. Bapak akan tindak lanjuti kasus ini."

Olivia mengangguk cepat. "Baik pak!"

Setelah itu, Olivia keluar dari ruangan kepala sekolah dengan raut wajah bahagia. Dia menghampiri Niko dan Jovian yang menunggunya di luar sembari berbincang-bincang mengenai ramalan tadi.

"Hey, I'm comeback!" Seru Olivia dengan girang. "Hihi.. kalian nungguin aku ya?"

Jovian meliriknya. "Fuzakenna yo! (Jangan bercanda!)"

"Cih! Wibu!"

"Masalah buatmu?"

"Tidak sih.. kenapa kau jadi sensitif?!" Keluh Olivia pada jovian lalu melirik Niko yang ada di sebelahnya. "Niko, kau mau kemana setelah ini?"

"Ke perpustakaan, mungkin."

"Oliv, aku enggak mau ke sana!" Tegas Jovian dengan cemas.

"I-Iya aku juga." Olivia meneguk ludahnya. "Baiklah Niko, mungkin sampai besok."

Sebegitu takutnya mereka dengan Kouko? No way! Batin Niko. "Yah, sampai besok."

Mereka pun berpisah saat keluar dari ruangan guru. Niko bergegas menuju perpustakaan, yang dirasa sudah dibuka oleh Kouko. Dengan cepat, dia menuruni anak tangga sampai ke lantai dasar, lalu bergegas menuju perpustakaan tua yang ada di sebelah gedung sekolah.

Benar saja, perpustakaan sudah dibuka, dia pun bergegas masuk ke dalam. Kaget, itu yang dia rasakan ketika melihat sosok Bu Rita di sana. Dengan keadaan takut, Niko pun menyapanya untuk mencairkan suasana.

"Si-Siang Bu!" Sapa Niko dengan senyuman terpaksa.

"Huh?" Bu Rita melirik ke belakang. "Dheiman! Dari mana saja kau?!"

Niko meneguk ludahnya. Ah.. memang ide buruk menyapanya. "Ma-Maaf.. aku ada kendala."

"Kendala? Apa yang kau katakan! Kau tau 'kan? Apa tugasmu!"

"Menjaga perpustakaan." Jawab Niko bimbang.

"Lalu? Kemana saja kau setelah pulang sekolah?"

Niko terpojok dan tidak bisa mencari alasan lain. "A-Aku, pergi dengan temanku."

"Kau punya teman?" Tanya Bu Rita dengan wajah sinis. "Sebuah kemajuan, Dheiman."

Cih, entah kenapa aku benci reaksinya! Batin Niko.

Niko melihat setumpuk berkas di mejanya, kalau dipikir-pikir, mungkin itu adalah hukuman yang belum sempat Bu Rita berikan padanya. Dengan ragu, dia menanyakan berkas itu.

"Bu Rita." Niko menunjuk ke berkas itu. "I-Itu, apa?"

"Memangnya apa lagi kalau bukan hukumanmu?"

Niko menunduk lesu. "Ugh.. yang benar saja."

Bu Rita menepuk-nepuk berkas itu beberapa kali, kalau dilihat-lihat, mungkin lebih dari 100 lembar. Karena ini hukuman, Niko tidak bisa melakukan apa-apa. Dia terpaksa menjadi babu Bu Rita sampai berkas itu selesai.

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang