12. Demam

22 5 2
                                    


Siang itu di kantor guru, lebih tepatnya di ruangan Bu Rita. Guru wanita berambut maroon itu terdengar sedang menelpon seseorang yang cukup penting, ini bukan pacarnya, melainkan ayah Kouko yang ingin menanyakan keadaan anaknya. Sebelumnya, Bu Rita memiliki kesepakatan untuk menjaga anak pirangnya.

"Niko Dheiman? Itu anak laki-laki yang dekat dengannya?" Tanya Ayah Kouko dengan nada serius.

"Dia tidak cuma dekat, dia menjaganya."

"Jadi kau menelantarkan anakku!?" Ayah Kouko naik pitam di ponsel. "Benarkah begitu? Rita?"

Bu Rita berdehem, meluruskan kesalahpahaman itu. "Ehm.. bukan begitu pak, aku sering mengawasinya, tapi tidak dengan Niko. Dia selalu berada di dekat putri anda."

"Aku memintamu yang menjaganya! Dan kau malah menyuruh anak sebayanya yang mengasuh putriku!"

"Tenanglah pak, anakmu sudah banyak berubah seiring waktu karenanya." Bu Rita tersenyum lebar. "Aku sering melihat Kouko tersenyum, berbeda saat pertama kali dia masuk sekolah."

"Jadi, anak itu tidak macam-macam dengan putiku 'kan?"

"Tidak, dia anak baik." Jawab Bu Rita kukuh. "Aku mempercayainya."

"Tapi aku tidak." Bantah Ayah Kouko. "Kalau terjadi apa-apa, kau yang harus bertanggung jawab!"

Bu Rita mengangguk paham. "Aku tau, memang ini tugasku."

Setelah panggilan ponsel itu berakhir, Bu Rita langsung bersandar di kursinya seraya melihat langit-langit ruangannya. Niko anak yang baik, dia sudah mengenalnya sejak kelas satu lalu. Dedikasinya selama menjadi junior dulu, cukup membanggakan. Bahkan saat semua seniornya naik ke kelas tiga, dia masih setia menjaga perpustakaan walau seorang diri.

Huh.. Niko, aku percaya padamu. Batinnya.

***

Pukul 15:14, Niko, Kouko, Jovian serta Olivia sama-sama keluar dari gerbang sekolah. Saat ini, mereka belum memiliki rencana apapun sepulang sekolah, dan lebih memilih kembali ke rumah masing-masing.

"Sampai jumpa!" Olivia melambai-lambaikan tangan. "Dadah Koukopedia!"

"Dadah Oliv." Balas Kouko.

Jovian menepuk Pundak Niko. "Sampai besok, Jarot."

"Siapa Jarot!" Bentak Niko. "Huh.. sampai besok, hati-hati di jalan."

"Baik, kau juga."

Jovian dan Olivia berjalan bersama meninggalkan keduanya, karena kebetulan rumah mereka berdua satu jalur, berbeda dengan Niko dan Kouko yang arahnya berlawanan.

"Niko." Tegur Kouko yang membuat Niko langsung meniliknya.

"Ada apa?"

Kouko menggelengkan kepalanya. "Ti-Tidak jadi!"

Heh.. kenapa dia? Sakit? Batin Niko. "Anu.. aku mau ke kota, kau bisa pulang sendiri 'kan?"

"Ikut,"

"Hah?"

"Aku mau ikut," Kouko langsung menggandeng tangannya. "Niko, aku mau ikut bersamamu."

Pipi Niko sontak memerah, dia buru-buru mengalihkan wajahnya dari Kouko. "I-Itu.. aku agak lama, gak masalah 'kan?"

Kouko menggelengkan kepalanya, itu sudah menjawab pertanyaan Niko. Walau begitu, dia masih merasa bersalah padanya karena sudah membentaknya tadi siang. Karena tidak enak hati, Niko berencana membelikan roti melon kesukaannya.

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang