Malam yang sejuk, angin berhembus cukup kencang, menerjang kediaman keluarga Dheiman yang hangat. Niko batuk-batuk di meja makan, sambil terus mencatat rekap data penjualan yang tak kunjung selesai. Dia lelah, namun ini tanggung jawabnya sebagai ketua.
Segelas coklat panas menemaninya di tengah sunyinya malam. Dia masih bisa mendengar Ocha yang cekikikan di kamarnya, padahal ini sudah pukul sepuluh malam.
"OCHA! TIDUR!" Bentak Niko.
"Iya! Sebentar!" Balas Ocha dari kamarnya.
Niko batuk dan terus memarahi adiknya. "Uhk.. uhk.. uhk.. Ocha! Udah malam!"
"Iya loh!" Ocha membuka pintu kamarnya, mengintip Niko dari sela-sela pintu. "Hey! Kakak juga!"
"Iya sebentar, uhk!"
Ocha menurunkan alisnya dengan rasa khawatir. "Kak? Kau gak apa-apa?"
"Tenang, cuma batuk."
"Yakin? Wajahmu pucat loh."
"Cuma batuk!" Cengkal Niko.
Ocha mendekati kakaknya, duduk di hadapannya dan memandangi wajah pucatnya. Entah kenapa dia jadi cemas, apalagi Niko menjadi satu-satunya keluarga yang menjaganya. Sebagai adik yang baik dan imut, dia menawarkan obat batuk padanya.
"Mau minum obat?"
Niko menggeleng. "Gak, aku gak apa-apa, Ocha!"
"Kak! Nanti kau sakit!" Ocha memajukan bibirnya dengan rasa geram. "Besok kau masih jaga stan roti bakar 'kan?"
"Enggak, ini hari terakhir." Niko menutup mulutnya dan batuk-batuk. "Uhk.. uhk.. uhk.. sudah sana tidur!"
Ocha menghela nafas. "Huh.. Dheiman memang nakal!"
"Jangan salah! Kau juga Dheiman!" Beber Niko.
Ocha mengambil gelas kakaknya yang berisi coklat panas. Dia menuangkannya ke wastafel, itu karena gula bisa memperburuk batuk. Sebagai gantinya, Ocha memberikannya teh tanpa gula yang hangat dan harum.
Niko hanya bisa tersenyum, mendapat kasih sayang dari sang adiknya. Dia pun lanjut menulis rekap data sampai larut malam, ditemani Ocha yang tertidur di meja makan. Semua lampu sudah mati, hanya lampu dapur yang menerangi kedua kakak beradik itu.
Pukul 00:24 dini hari, rekap data itu selesai dan seluruh tubuh Niko terasa pegal. "Akhirnya!" Dia bersandar, mengambil ponsel dan menghubungi Olivia. "Halo.. kau sudah siap?"
"Belum, sebentar lagi."
"Aku udah siap," Niko sedikit mengeluh. "Huh.. capeknya!"
"SAMA!"
Niko terkekeh. "Hahaha.. aku duluan ya? Babay Oliv."
"Oh iya, sampai besok."
"Sampai besok." Niko mematikan ponselnya, memandangi sang adik yang tertidur pulas di meja makan. "Ocha! Bangun!" Tegurnya yang tak kunjung membangunkan Ocha.
Niko terpaksa menggendong adiknya ke kamar, merebahkan tubuh mungilnya di kasur pink yang empuk. Tak lupa, dia juga mematikan lampu dan menghidupkan AC. Sebelum keluar dari kamar, Niko sempat penasaran dengan novel yang ada di meja belajar adiknya.
Rasa penasarannya kembali timbul, dia mengambil novel itu dan membacanya. Gawat! Ini untuk 21+! Pikir Niko sambil memandangi adiknya yang sudah terlelap. Huh.. positif thinking! Mungkin Ocha lagi puber!
Pagi harinya. Ocha melihat Niko yang terlihat lemah dan pucat. Dengan perasaan khawatir, dia mendekati Niko yang tampak tidak bertenaga.
"Kak? Kau baik-baik aja?" Tanya Ocha yang langsung diacuhkan Niko begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirai: REMAKE [END]
Novela JuvenilNovel ringan dengan visual Ilustrasi Original ❗❗❗ 💎Sinopsis : Di sebuah sekolah menengah yang tenang, muncul sebuah buku misterius yang konon memiliki kekuatan meramalkan masa depan. Niko, seorang siswa yang awalnya tidak terlalu mempercayai hal-h...