⚔️_8_⚔️

207 29 2
                                    

Hari ini, Heesa terlihat tidak seperti biasanya. Gadis itu lebih menjadi kurang fokus dan tidak bersemangat. Hal itu disebabkan dengan dilemanya dan juga disebabkan karena pesan yang diberikan Jinni tadi pagi. Gadis itu mengirimkan sebuah foto yang terlihat Jungwon sedang bersama dengan Yeri di dalam sebuah kamar dan juga Jungwon yang menggenggam tangan gadis itu. Memang, saat Jungwon berada di dalam kamar kemarin, Jinni sempat mengintip ke arah dalam yang saat itu pintunya tidak di tutup. Awalnya, Jinni mengira bahwa Heesa akan datang, melihat para team Hawk yang berkumpul di ruang tamu, tapi nyatanya ia tidak bisa melihat sosok gadis itu, melainkan yang ia lihat ialah sosok Jungwon yang masuk ke dalam kamar Yeri beserta temannya.

Bel istirahat berbunyi, Heesa langsung bangun dari tempat duduknya, ia harus menemui Songkang untuk mempelajari lebih dalam mengenai Bloody Party agar besok saat pertemuan para pewaris Heesa tidak hanya diam.

"Jae, Jen, kalo ada Karina bilang aja gue dipanggil pak Songkang. Terus juga suruh dia makan, jangan sampai enggak. Gue cabut dulu." Setelah mengatakan itu, Heesa langsung menuju ke ruangan yang telah Songkang sepakati untuk bertemu disana, satu satunya ruangan di tempat ini yang kedap suara.

Saat Heesa membuka pintu, sudah terdapat Songkang yang duduk bangku, "Kunci pintunya." Heesa pun mengunci pintu sesuai dengan perintah Songkang.

Heesa pun langsung duduk di bangku yang tidak jauh dari Songkang, baru beberapa detik gadis itu mendudukan badannya, Songkang langsung saja memberikan kiat-kiat yang harus ia ingat, siapa saja kolega Bloody Party dan juga perkumpulan mafia yang harus dijauhi, Heesa hanya bisa mendengarkannya dan mengangguk sebagai respon.

"Ada yang mau ditanya lagi gak?" Tanya Songkang selesai menjelaskan, melihat ke arah jam tangannya yg menunjukkan jika bel pelajaran masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.

"Bloody Party gak punya ruangan khusus disekolahan ini kah?" Tanya Heesa setelah mengamati ruangan musik, ia kira di dalam ruang musik ini ada pintu khusus yang menyambung dengan ruangan bawah tanah atau sebagainya.

Songkang menggeleng pelan, "Gak ada. Gak akan dibangun markas, kalo tempat ini gak penting penting banget. Emang ada apa? Victoria punya bangunan kayak gini kah di sekolah lama Nona?" Heesa menggeleng menjawab.

"Tapi pak Songkang tau tentang ruang penyimpanan berkas lama atau sebagainya?" Songkang mengangguk.

"Ditempat ruang kepala sekolah, berkas berkas gitu kepala sekolah yang menyimpan." Heesa kembali berfikir, tempat ruang bawah tanah yang ia lihat pada peta yang Jungwon berikan bukanlah berada di ruang kepala sekolah, bahkan bukan disekitar sana. Gadis itu berasumsi jika tangan kanan Ayahnya ini tidak mengetahui tempat itu.

"Saya lupa kasih ini kamu." Songkang mengeluarkan sebuah kotak yang ia simpan disebelahnya, dan memberikan kepada Heesa. "Itu simbol Bloody Party, kalo kamu pake itu, semua yang mempunyai hubungan dengan Bloody Party akan mengetahui siapa kamu. Karena, gelang itu hanya diberikan kepada orang-orang penting." Heesa membuka kotak yang Songkang berikan dan isinya adalah sebuah gelang hitam yang mempunyai sebuah logo api dan darah yang menyatu ditengahnya, terbuat dari berlian Cullinan. Gadis itupun memakainya pada tangan kirinya.

"Ah iya..." Ucap Heesa menggantung, "Saya gak apa apa kan bolos? Pasti Pak Songkang taulah kebiasaan saya dari dulu gimana?" Songkang menaikkan sebelah bibirnya.

"Saya mah ngebolehin aja, lagian gak diperluin banget, mau lulus tinggal suap. Tapi, bukannya mertua Nona menginginkan agar Nona fokus belajar?" Heesa menghela nafasnya.

"Waduhh sifat saya gak bisa diubah, asalkan Pak Songkang gak bocor ke yang lain, pasti gak akan ketahuan."

"Tapi anggota Victoria banyak yang sekolah disini bukan?" Heesa memutar bola matanya malas, setelahnya gadis itu berjalan melangkah ke arah pintu dan membuka kunci ruangan itu.

"Saya kan Bloody Party, bukan Victoria. Benar kan?" Setelah mengucapkan hal itu, Heesa langsung keluar dari ruangan meninggalkan Songkang yang tersenyum aneh.














Heesa melangkahkan kakinya menuju dimana ruangan bawah tanah yang ia pernah liat pada peta yang Jungwon miliki. Tempat itu berada persis diatas ruangan Perpustakaan dan juga Gudang sekolah. Jadi, gadis itu memilih untuk mengecek pada gudang terlebih dahulu.

Saat sampai di depan gudang, gudang ini tidak terlihat seperti gudang biasanya, yang dimana gudang dipenuhi dengan debu dan memiliki. Melainkan sebaliknya, gudang ini sangat bersih, dan barang barangnya pun tersusun rapih.

"Lo ngapain disini?" Saat sedang melihat-lihat, gadis itu dikejutkan dengan kelima siswi yang berada di depan pintu menatapnya tajam, kalau ingatan Heesa tidak salah gadis gadis itu yang menyelak antrian saat di cafetaria.

"Gak ngapa-ngapain. Kalian disini mau ngapain? Lama gak? Kalo lama, bisa keluar dulu sebentar? Gue harus ngepastiin sesuatu." Gadis yang penampilannya lebih mencolok itu mendecih dan mendekat ke arah Heesa dan gadis itu mengisyaratkan kepada teman dibelakangnya untuk menutup pintu.

"Siapa lo ngusir kita? Kalau kita gak mau... Gimana?" Heesa memutar bola matanya malas, malas berurusan dengan gadis-gadis di depannya. Akhirnya Heesa memilih untuk mengalah untuk saat ini.

Saat ingin melangkah keluar, Heesa langsung ditarik oleh salah satu dari mereka. Dan dibawa ke hadapan gadis yang mendekati Heesa tadi, tangan Heesa pun dipegang oleh orang yang berbeda, dapat Heesa lihat dari nametagnya, nama gadis yang terlihat lebih menonjol dari yang lain, Haerin.

"Hmmm.... Gue sebenenrya pengen gak berurusan sama Lo, cuman... Lo emang pengen banget ditindas ya?" Gadis bermata kucing itu mendekati Heesa dan menoyor kepala Heesa ke belakang.

"Jangan sok deh jadi anak baru, deketin Jungwon, cari muka sana sini, cewe gatel." Heesa merasa Dejavu, mungkin seperti ini kah dulunya ia membully Yujin? Namun, Heesa tidak ingin disamakan seperti gadis yang sudah ia bunuh waktu itu. Dengan berani, Heesa terkekeh remeh sambil menatap Haerin.

"Kalo gue gak mau berhenti gimana?" Tanya Heesa dengan nada seperti yang Haerin ucapkan tadi. Haerin mendecih, kemudian mengode kepada kedua temannya yang sedang memegangi kedua tangan Heesa.

"Iket dia."

[S3] Mafia || Yang Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang