⚔️_28_⚔️

118 16 0
                                    

Setelah keempat gadis itu pergi, kini Heesa seorang diri, yaaa tentunya dengan para bodyguard yang menjaga di luar bangunan. Gadis itu memandang keluar mansion yang sepi. Apakah Jungwon malam ini benar-benar akan pulang? Kalau begitu, dirinya harus bersiap bukan?

Heesa pun pergi ke kamar untuk membersihkan diri, tapi... Baru saja akan memasuki ke kamar mandi, lampu dikamarnya mati. Ia mengecek ruangan lainnya, ternyata semua listrik ruangan disana mati.

"Pa-"

Bugh bugh

Suara perkelahian terdengar dari luar, dengan tetap berada dilantai 2, ia mengintip ke arah jendela. Dan alangkah terkejutnya ia melihat para bodyguard sedang berkelahi dengan beberapa orang asing yang memakai seragam serba hitam.

Heesa tau apa yang harus ia lakukan saat kondisi seperti ini. Dengan pasti, ia mengeluarkan belati yang ia simpan dibalik cardigan miliknya, sembari berjalan pelan menuju tempat pelatihan bawah tanah dibangunan itu, disana banyak senjata yang bisa ia lakukan untuk membela diri. Terlebih ia sekarang tak sendiri, ia harus melindungi anaknya yang berada diperutnya.

Namun, baru saja tiba di lantai 1, ia dikejutkan dengan panggilan seseorang, "Nona Heesa?" Heesa membalikkan badannya dan melihat kepala bodyguard berada di dekatnya dengan bercak darah yang ada di baju dan juga wajahnya. Heesa menghela nafasnya lega, jujur saja ia sangat ketakutan tadi, takut jika ada yang menyu-

Trang!

Kepala bodyguard tiba-tiba terkapar pingsan, pria paruh baya itu terkena pukulan vas pada bagian belakang kepalanya. Terlihatlah seorang pria, pelaku yang memukul sang kepala bodyguard sampai pingsan, Heesa langsung menodongkan belati yang ia pegang ke depan. Kini, nyawa dirinya dan juga anak dikandungannya ada ditangannya.

Heesa tidak ingin berteriak, ia takut jika malah membuat para bodyguard yang sedang berkelahi terganggu karenanya. Oleh karena itu, ia harus mengurus pria misterius di depannya ini sendiri.

"Tidak perlu buru-buru, Nona," Heesa menatap tajam pria di depannya, rupa pria itu tidak terlihat karena ia memakai masker yang menutupi seluruh wajahnya kecuali bagian mata.

"Apa yang kamu mau?" Heesa meningkatkan kewaspadaannya, persiapan jika pria itu tiba-tiba menyerang.

"Saya?" pria itu mengeluarkan pisau dan menodongkannya ke arah Heesa, "Saya gak mau apa-apa, saya cuman menjalankan tugas. Melukai anda," Heesa tidak mau diam, ia mengambil benda di dekatnya dan melempar ke arah pria itu, untungnya benda yang ia lemparkan adalah vas berbahan kaca.

"Jangan seperti itu dong nona, jangan membuat saya ingin menghabisi anda. Nona ingatkan? Nona sedang mengandung, atau... Saya habisi nona dan juga anak itu?" Heesa memegangi perutnya yang sudah sedikit membuncit.

Heesa memasang posisi siap, belati pada tangannya ia pegang kuat-kuat. Ia tidak tahu bagaimana kekuatan lawan di depannya, apalagi pria didepannya itu memiliki pisau berukuran besar, Heesa harus waspada!

"Mari kita lihat, bagaimana kemampuan nona," pria itu melayangkan pisaunya ke arah kanan dan langsung Heesa hindari. Heesa menendang tulang kering pria itu, tetapi pria itu berhasil menghindar.

"Tidak buruk juga nona," Heesa mengatur nafasnya, lawannya ini sangat gesit. Yang harus Heesa lakukan saat ini adalah, bertahan. Pria itu berlari mendekatinya, dengan cepat ia memutar arah badannya, mengangkat kakinya untuk menendang. Heesa langsung menangkis kaki pria itu dengan tangannya, dengan tiba-tiba juga pria itu melayangkan pisaunya, Heesa langsung saja menahan lengan pria itu dan memutarkan tubuh pria itu ke belakang dan terjatuh dilantai.

Tentu saja pria yang sudah terlatih itu tidak hilang akal, pria itu mengangkat kaki kanannya keatas, sehingga Heesa harus melepaskan tangannya yang menahan pria itu tadi, "Bisa tahan juga," ucap Heesa tersenyum miring, pria itu menyerang kembali. 

Pria itu masih memakai gerakan yang sama seperti diawal. Tapi, kali ini Heesa tidak menghindar, ia menahan lengan pria itu, dan dengan tenaganya, ia menyiku bawah lengan pria itu dan terdengar suara patahan, dengan reflek pria itu langsung melayangkan tinjuan pada wajah Heesa sebelah kanan.

Rasa sakit pada wajahnya tidak terasa, Heesa malah tertawa melihat lengan lawannya yang patah, "Masih bisa nyerang?" ledekan yang Heesa lontarkan membuat pria itu marah, ia pun mengangkat kaki kirinya untuk menyerang lagi, tetapi Heesa langsung memegang kaki pria itu, dengan santai, Heesa mengayunkan pukulannya pada lutut pria itu, sehingga tulangnya kembali patah.

"Hahaha... Ini yang bilang mau melenyapkan nyawa saya?" Heesa tertawa, belati miliknya ia tusukkan pada paha kanan pria itu, jadi pria itu tidak bisa kemana-mana. Heesa mengambil pisau pria itu yang masih terpegang ditangan kanannya yang patah.

"Shit!" pria itu berniat untuk menyerang Heesa dengan tangan kirinya yang masih berfungsi, tapi Heesa sudah membacanya. Dan Heesa, langsung menangkap tangan pria itu dan membanting tubuh yang lebih besar darinya. "Ini tadi tangan yang nonjok saya ya?" Heesa menahan tangan kiri pria itu. Dengan pisau yang dimiliki oleh pria itu, Heesa memutuskan jari-jemari pada tangan itu satu persatu. Suara jeritan pria itu terdengar, dan Heesa suka itu.

"Ah iya, tadi mulut ini ngomong kasar juga ya?" Heesa memainkan ujung pisau itu pada wajah pria itu, "Disini gak boleh ngomong kasar, nanti anak saya dengar," dan Heesa langsung merobek mulut pria  itu sampai dekat telinga. Darah sudah memenuhi sekeliling mereka.

Heesa memegang leher pria itu, agar menatap dirinya. Dan kini, pria itu ketakutan. Heesa yang saat ini didepannya berbeda jauh dengan Heesa sebelum bertarung dengan dirinya, yang ini jauh lebih menyeramkan dan sangat sadis, "Saya gak tahu siapa yang kirim kamu, tapi terima kasih, karena sudah datang," Heesa langsung menancapkan pisau pada leher pria itu. Dan pria itu kehilangan nyawanya saat itu juga.

"Heesa!" Heesa menoleh ke arah pintu, terlihat Karina, Giselle, Chaehyun dan juga Liz datang bersama beberapa anggota team Eagle. Keempat gadis itu melihat kearah pria yang berada pada genggaman Heesa. Sungguh miris keadaannya sekarang, jari pada tangan kirinya yang terputus, tangan kanan dan kaki kiri yang mengalami patah tulang, luka tusuk pada paha dan juga lehernya, serta, mulutnya yang robek.

Karina langsung berlari menghampiri Heesa, "Lo gak apa-apa? Ada luka?" Tanyanya panik, Heesa mengulas senyumnya dan menggeleng.

"Gue gak apa-apa kok, diluar udah beres?" Karina mengangguk dengan cepat, sebelum tiba di mansion, ia juga meminta pada Liz untuk menghubungi team Eagle, persiapan jika apa yang ia perkirakan terjadi. Ternyata benar, saat ia dan lainnya sampai, para bodyguard masih berkelahi dengan orang yang dikenal, sehingga mereka membantu para bodyguard terlebih dahulu, baru masuk ke dalam mansion mencari keberadaan Heesa. Untungnya Heesa baik-baik saja.

"Syukurlah," Heesa menunduk dan mengusap perutnya, "Kita selamat,"

[S3] Mafia || Yang Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang