⚔️_21_⚔️

217 27 3
                                    

Heesa menutup buku yang ada didepannya dengan kasar. Kepalanya menoleh ke kanan kiri, ruangan kelasnya sangat sepi, karena bel sudah berbunyi setengah jam yang lalu.

Ia merapihkan buku-bukunya dan dimasukkan ke dalam loker, setelahnya ia baru bisa beranjak keluar dari ruangan kelas.

Ting! Ting!

Benda persegi panjang yang ada disakunya bergetar, pertanda seseorang menghubungi. Langsung saja tanpa melihat siapa penelfon, ia menggeser tombol hijau, menerima panggilan.

"Halo, Sa!"

"Ya?"

"Gue udah di depan gerbang sekolah Lo, masuk jangan?" Heesa melihat ke arah depan, dimana Haerin sedang mendorong seorang siswi hingga tersungkur.

"Gak usah, tunggu aja disana." Setelahnya Heesa mematikan sambungan telfon dan mulai berjalan ke arah Haerin dan kawan-kawan. Heesa mengangkat ponselnya tinggi-tinggi, karena ia sedang merekam aksi yang dilakukan oleh Haerin.

"Waduhh, ada pembullyan ternyata!" Seru Heesa ketika Aera didorong kembali oleh Haerin. Tentu saja seruan Heesa didengar oleh kelima perempuan itu, mereka langsung menoleh ke arah Heesa.

Haerin menaikkan sebelah sudut bibirnya melihat kedatangan Heesa.

"Woahh woahh, maling teriak maling?" Heesa menampilkan raut bingung.

"Gue bukan maling, sorry, harta bokap gue gak se-sedikit itu." Balas Heesa terkekeh, melipat kedua tangannya di depan dada.

"Mau main bareng? Denger-denger, Lo penguasa di sekolah sebelumnya. Dan bocah ini..." Haerin menendang kaki Aera yang sudah lemas, "Boneka paling empuk dan enak dimainin." Heesa mendecih mendengar ucapan Haerin. Lalu, Heesa mendekati Aera dan membantu gadis itu untuk bangun.

"Sorry, tapi... Boneka ini udah punya pemilik, dan pemiliknya gue." Heesa merangkul Aera yang berdiri ketakutan, siapa yang tidak mendengar gosip tersebut? Heesa yang merupakan penindas paling kejam di sekolah lalunya dan kini mungkin bisa saja menjadi penindas juga di sekolah sekarang.

"Lo pasti denger gosipnya juga, kalo gue gak suka berbagi mainan, kan?" Tanya Heesa melirik Haerin sinis, "Kalo aja ada yang merebut mainan gue, siap-siap angkat kaki dari sekolahan." Heesa melirik ke arah dua gadis yang berdiri dibelakang Haerin, ia menatap keduanya tajam, dan mereka langsung menundukkan kepalanya takut.

"Sekali lagi gue liat kalian ngebully Aera, siap-siap kalian bakal angkat kaki dengan umpatan dari siswa-siswi disini." Setelah berkata demikian, Heesa langsung mengajak Aera agar pergi dari sana. Haerin yang melihat itu mengepalkan tangannya kesal, dan menoleh ke arah keempat temannya.

"Umumin ke seluruh siswa-siswi Balenciaga, besok Heesa akan mendapat sambutan hangat dari kita." Kedua gadis lainnya hanya bisa saling pandang dan menelan saliva dengan gusar. Mereka panik sekaligus bingung, jika Haerin sudah mengatakan hal itu, sudah dipastikan seluruh sekolah akan memusuhi sang korban tanpa ampun. Dan kedua gadis itu takut akan apa yang Heesa alami besok, mereka harus apa...

Ditempat yang tak jauh, seorang pria berseragam berdiri di belakang tembok, pria itu mendengar bagaimana ucapan Heesa membela murid lainnya. Tanpa sadar sudut bibirnya tertarik. Dan ia tak menyadari, bahwa suara langkah kaki mendekatinya.

"Heeseung? Ngapain disini?" Heeseung, ia sedikit terkejut dengan kehadiran Heesa. Pria itu hanya bisa tertawa kecil dan melirik gadis disebelah Heesa.

"Kita anter dia dulu, sebelum balik." Heeseung memiringkan sedikit wajahnya, agak bingung.

"Ti-tidak apa-apa Heesa, aku bisa pulang sendiri." Ucap Aera sambil mengibaskan tangannya, menolak ucapan yang dilontarkan Heesa sebelumnya.

"E-eh! Gak apa-apa, kita anter. Nanti kalo mereka malah makin jadi diluar sana gimana?" Pertanyaan Heeseung hanya dijawab gelengan oleh Aera.

[S3] Mafia || Yang Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang