⚔️_35_⚔️

115 18 2
                                    

Heeseung mengiriminya pesan jika pria itu sudah tiba di sekolahnya, dengan segera Heesa langsung pergi dari ruangan itu untuk menghampiri pria itu. Dan ketika Heesa memasuki mobil, ia disodorkan sebuah map berwarna coklat yang berisi beberapa lembar kertas.

"How do I work? cool isn't it?" ucap Heeseung dengan percaya dirinya, Heesa memutar bola matanya malas, mulai lagi pria itu, "Tapi kok gue ngerasa, gue ini kayak asisten lo ya? Gue anter-jemput Lo, gue bantu cari informasi yang lo minta, kan?"

Ucapan Heeseung membuat Heesa teringat akan satu hal, "Kalo gitu kenapa lo gak jadi asisten gue aja? Kebetulan gue emang lagi butuh asisten, dan dipikir-pikir lo cocok juga," Heeseung menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti, "Jadi asisten Lo ketika Lo nerusin perusahaan bokap lo?" Heesa membuka mulutnya, tersadar jika Heeseung belum mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.

"Hm, iya itu jugas tapi bukan itu sebenarnya, gue jelasin lain waktu aja tentang kebenarannya. Yang pasti, lo asisten gue sekarang," balas Heesa cepat, Heeseung bingung, saat ingin berbicara kembali, Heesa langsung mengangkat tangannya seolah menolak untuk mendengarkan. Karena Heesa sibuk membuka amplop yang diberikan oleh pria itu.

"Oh iya, itu dari Beomgyu, dia buru-buru minta supaya langsung dikasih ke Lo," ucap Heeseung menjelaskan, "Beomgyu juga bilang, katanya Seojoon itu psikopat dan malah punya anak yang kayaknya sama psikopatnya," Heesa tak mendengarkan celotehan Heeseung, matanya fokus membaca kertas yang ia pegang.

Mata Heesa sontak melebar melihat foto dan keterangan pada kertas itu, "What the... Park Wonbin?!" jerit Heesa dengan alis yang menukik tajam, "Park Wonbin?" desis Heesa kesal, menggenggam kuat foto yang ada ditangannya.

Heeseung yang penasaran mengintip foto itu, sebelah alisnya terangkat satu, "Loh? This person was in the church at that time, right?" Heesa menghela nafasnya kasar, rupanya selama ini musuhnya berada dekat dengannya.

"Seung, tolong cari keberadaan si Seojoon sama Wonbin, kalau bisa secepatnya, feeling gue gak enak," Heeseung mengangguk mengerti, ketika ponselnya ia ambil dari sakunya, kebetulan sekali Beomgyu menelfonnya terlebih dahulu. Heeseung pun mengangkat telfon itu.

"Kebetulan banget Gyu, gue-"

"Seung, Lo sama Heesa?" dengan buru-buru Beomgyu memotong ucapan Heeseung, Heeseung melirik ke arah Heesa dan langsung memberikan ponsel miliknya.

"Nona Heesa, saya mendapat kabar dari anggota Bloody Party yang mengawas di perusahaan tuan Hyungsik," pria diseberang sana menghentikan ucapannya sejenak, "Park Seojoon, terlihat muncul dikawasan perusahaan tuan Hyungsik sekarang,"

"Seung, cepet ke perusahaan ayah gue, sekarang!That bastard is in my father's company!" saking paniknya,  Heesa menaikkan suaranya. Dengan segera, Heeseung langsung menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan sekolah, "Park Seojoon bajingan, gue harus bunuh dia,"

---

Tok tok tok

Hyungsik yang awalnya sedang fokus mengamati layar laptop di depannya, langsung mengarahkan pandangannya pada pintu ruangannya yang terbuka. Sedikit terkejut, akan tetapi ia kuasai kembali raut mukanya agar tidak terlihat oleh sosok yang berdiri di depan sana.

"Oh? Saya kira keberadaan saya akan membuat kamu terkejut," Hyungsik menghela nafasnya, kacamata yang ia lepaskan. Dengan terpaksa, pria paruh baya itu mengukir senyum paksanya, "Silahkan duduk, kakak ipar," Seojoon mengukir senyumnya dan mengangguk.

Benar, sosok yang mengunjungi Hyungsik sekarang adalah Seojoon, sang kakak ipar, "Saya merasa tidak nyaman dengan tatapan beberapa pegawai yang menatap saya .... As if I were a murderer(pembunuh)," ucap Seojoon sambil terkekeh, Hyungsik melihat ke arah pintu ruangannya, terlihat Songkang dan beberapa anggota Bloody Party yang sudah berjaga, bersiap menyerang jika Seojoon macam-macam.

[S3] Mafia || Yang Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang