⚔️_14_⚔️

271 27 4
                                    

YANG MASIH DIBAWAH UMUR SKIP AJA YA YANG BAGIAN AKHIR!! KALIAN MASIH KECIK!!! BAHAYAAA!!!⚠️⚠️⚠️
WALAU GAK RINCI TETEP GAK BOLEH, DOSA!! TANGGUNG SENDIRI!!!

Heesa menghela nafasnya, menyisir rambutnya yang digerai kebelakang. Surai hitam lurus yang sangat terawat itu, tampak berantakan namun teratur akibat gerakan yang ia lakukan. Mata tajamnya menatap lurus ke depan, tak menatap objek apapun. Ia hanya melamun, dikekosongan ruang kelas akibat bel yang berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Nona Heesa..." Heesa menoleh ke arah pintu kelas, dimana Songkang tengah berdiri disana menatap ke arahnya, "Mobil sudah ada dibawah... Maaf saya tidak bisa menemani Nona, saya harus menemui Tuan Hyungsik." Heesa bangun dari tempatnya dan mengendong tasnya.

"Iya pak, gak apa-apa. Terima kasih." Ucap Heesa dan keluar dari kelas.

Saat ditengah koridor, ia melihat beberapa siswa dan seorang siswa yang sedang bercengkrama tak jauh dari sana. Salah satu dari gadis itu menyadari kehadiran Heesa, dan ia tersenyum miring.

"Jungwonnnn jadi kan Lo anterin gue pulang?? Lo udah janji loh kemarin!" Heesa merotasikan bola matanya malas mendengar ucapan Haerin yang sepertinya sengaja dikeraskan.

"Kalo Lo gak tepat janji Lo gak gentle sih won." Balas teman Haerin yang lain, Haerin tersenyum kemenangan melihat Heesa yang berjalan dengan pelan ke arah mereka.

"Yang desas desusnya pacarnya Jungwon gimana nih? Masa cowonya mau digandeng cewe lain?" Kompor yang lain, Heesa merutuk diri sendiri karena tak berpikir untuk berputar arah.

"Bo'ongan kali, sok sokan. Biar populer, biasalah. Pansos."

"Heh Lo!" Heesa menghentikan langkahnya, tepat di depan mereka, dan menoleh ke arah Haerin dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Cewek gatel... Liat? Jungwon itu punya gue. Bukan punya Lo, dan Lo gak berhak marah." Heesa mendecih, dalam hati ia mengumpat.

"GUE BERHAK ANJ!" Heesa mengulas senyumnya, sayangnya ucapan tadi hanya bisa ia ucapkan dalam hati. Gadis itu terkekeh pelan dan mendekati Haerin dan Jungwon yang berada di samping gadis itu.

"Siapa yang marah? Lo boleh ambil dia, ambil gih. Lo suka yang bekas kan?" Heesa menaikkan sebelah sudut bibirnya, melirik ke arah Jungwon yang berada disebelah Haerin, menatap tangan Haerin yang menggandeng lengan Jungwon, kemudian menatap Haerin yang ada di depannya. "Ambil aja, gue gak butuh si brengsek ini." Heesa pun berjalan melangkah menjauhi mereka. Jungwon hanya terdiam sambil memandang Heesa dengan gusar. Saat pria itu ingin mengejar Heesa, lengannya langsung di tahan oleh Haerin, gadis itu menggeleng pelan.

"Inget perjanjian kita. Gue udah gak usik Heesa lagi saat ini. Cuman, kalo lu pergi sekarang, gue pastiin Heesa dapet sambutan besok pagi, dari kita semua."

















Heesa tidak percaya, kini kakinya menginjak bangunan itu. Bangunan megah bercat putih, kacanya yang berwarna warni serta patung dan salib di depan altar. Entah apa yang ada dipikirannya, meminta sang supir untuk mengantar ke tempat tenang itu, gereja.

Gadis itu tertawa hambar dan kemudian memberanikan untuk duduk disalah satu tempat duduk disana. Kebetulan sekali, tidak banyak yang datang saat ini, hanya sekitar 2-4 orang termasuk Heesa. Gadis itu mengamati patung yang ada di depan itu dengan seksama, mengamati patung itu sambil menggenggam kedua tangannya.

"Nona Heesa?" Gadis yang asik melamun itu langsung menolehkan kepalanya ke sebelah kanannya, gadis itu tersenyum canggung.

"Wonbin?" Wonbin menganggukkan kepalanya dan duduk disebelah Heesa.

[S3] Mafia || Yang Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang