"Iket dia." Heesa menghela nafasnya kasar. Sebelum ia dibawa ke sebuah kursi. Tiba tiba saja, pintu gudang diketuk dan dibuka oleh seorang pria.
Haerin menoleh ke temannya yang tadi menutup pintu, "Lo gak kunci tadi?" Gadis itu mengangguk menjawab pertanyaan, "Gue kunci kok." Sedangkan Heesa menghela nafasnya lega, setidaknya ia tidak perlu bermain kasar untuk menyelamatkan dirinya dari pembullyan.
"Kalian ngapain disini?" Tanya orang itu, dan tampang pria itu sangat tidak asing bagi Heesa, "Ah iya, Lo... Dicari pak Songkang." Ucap pria itu menunjuk ke arah Heesa yang masih dipegangi.
Heesa dengan kasar melepaskan diri, tersenyum remeh ke arah Haerin dan berjalan keluar dari gudang. Dapat Heesa lihat jika Haerin bergumam ke arahnya, namun Heesa hanya menanggapi dengan acuh.
"Thanks." Ucap gadis itu kepada pria didepannya, dan Heesa baru mengingat siapa orang di depannya.
"Sohee." Pria di depannya berhenti dan kemudian menoleh ke belakang, "Makasih buat bantuannya. Ini gue beneran temuin pak Songkang apa enggak? Soalnya tadi udah ketemu, gue juga udah dikasih tau beliau kok." Ucap Heesa kemudian mengangkat tangan kirinya yang terdapat gelang yang dia pakai.
"Nona gak apa apa?" Tanya Sohee dengan pelan, salah satu anggota dari pasukan Alpha, dikenal dengan panggilan Pori. Dan Sohee ternyata juga merupakan teman dekat Jungwon jika berada disekolah ini.
"Gak apa-apa kok. Aman... Mereka, anak biasa ya?" Tanya Heesa mengenai gadis gadis itu.
"Ada beberapa yang enggak, pastinya bukan si Haerin." Jawab Sohee, "Ah iya... Saya tidak melarang nona, karena saya tahu bukan nona yang akan kalah menghadapi dia, pasti sebaliknya. Informasi saja, jika Haerin merupakan anak dari kepala Yayasan sekolah ini, dia sering juga melakukan penindasan,-"
"Tapi anak Bloody Party gak ada yang kena bully dia kan?" Sohee menggeleng ragu,
"Ada, dan dia sekelas sama Nona. Ah ya, saya juga mau beri informasi jika Haerin dulu menyukai Jungwon bahkan mereka sangat dekat, desas desus saya dengar Ayahnya Haerin bahkan hampir ingin mempertunangkan anaknya dengan Jungwon." Heesa menghela nafasnya dan mengangguk mengerti.
"Oalahh gitu, pantes sih lagaknya kayak punya kuasa, makasih infonya!" Ucap Heesa dengan senyum yang dipaksakan, "Gue cabut duluan ya! Dahh!" Heesa pun melangkah meninggalkan Sohee.
Gadis itupun tidak melangkah menuju ke cafetaria, mengingat jam istirahat akan berbunyi beberapa menit lagi. Lumayanlah untuk mencuri start.
Saat sedang menikmati makanannya, gadis itu mendapat panggilan dari Karina. Dengan cepat, ia mengangkat telfonnya.
"Ya?"
"Lu dimana?"
"Cafetaria, makan. Kenapa?"
"Hamdehhh, gue cariin tadi pas istirahat gak ada."
"Ya udah kesini aja, sekalian makan."
"Otw."
Tak lama menunggu, Karina udah tiba di cafetaria dan menghampiri meja Heesa. Namun, belum Heesa mengucap sepatah kata, gadis itu sudah kembali pergi untuk mengambil makanan. Akhirnya mereka dapat makan berdua walau dengan cara curang.
"Lo bolos kelas?" Tanya Karina sambil menatap makanannya penuh nikmat.
"Iya, tadi ada urusan dulu." Jawab Heesa dan kembali mengecek hpnya.
"Lo gak dimarahin apa kalo bolos?" Heesa menggeleng,
"Gak tau. Lo sendiri? Ngapa bisa disini?" Karina menampilkan senyuman Pepsodentnya.
"Bolos juga. Sebenrnya gak ada guru sih, jadi ya gue kesini aja sekalian makan, lumayan." Setelah ngobrol sebentar, kedua gadis itu akhirnya menyantap makanan didepan mereka.
"Btw, lu ngapain nyari gue? Kan gue udah bilang ke duo J kalo gue pergi." Karina tak menjawab, gadis yang sedang makan itu melirik ke arah koper hitam yang ia bawa. Heesa yang mengamati koper yang Karina bawa.
"Gue dapet amanah dari Jungwon buat ngasih ini. Dia bilang ini buat Lo, dari anggota Bloody Party." Ucap Karina memelankan ucapan diakhir. Heesa menganggukkan kepalanya mengerti, gadis itu berniat untuk membuka koper tersebut.
"Eh! Mau ngapain?!" Heesa memerjapkan matanya beberapa kali dengan polos.
"Mau buka." Jawab Heesa polos, Karina menghela nafasnya pelan.
"Ntar aja, di perpustakaan aja. Sekalian gue mau baca buku." Ucap Karina setelah memperhatikan sekita, dan akhirnya Heesa hanya bisa menahan keingin tahuannya terhadap isi koper tersebut.
Sembari menunggu Karina menyelesaikan makanannya, Heesa kembali membuka room chat dengan Jinni yang belum ia balas. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan menghela nafas.
"Tenang Heesa, Lo gak boleh cemburuan. Gimana pun, kak Yeri udah kenal duluan dibanding Lo sendiri. Tapi... Hubungan mereka apa sih?! Kok bisa bisanya Jungwon keliatan Deket gitu..." Monolog Heesa dalam hati, bergelut dengan pikirannya sendiri.
Dan sesuai ucapan Karina, mereka akhirnya pergi menuju perpustakaan. Karina menengok ke kanan dan kiri memastikan lingkungan aman dan tidak terlihat oleh satu orang pun.
Lalu, gadis itu pun membuka koper, dan kedua gadis itu tercengang dengan isi di dalamnya. Isi tersebut ialah sebuah kacamata, jam tangan dan sebuah benda inhaler.
"Lo asma, Sa?" Heesa menggeleng ketika Karina bertanya seperti itu. Karina pun mengambil alat bantuan asma itu, setelah meneliti tampilannya, gadis itu pun iseng memencet sebuah tombol pada bagian atasnya. Dan tiba tiba saja, sebuah mata pisau keluar dari bagian atas tersebut. Sehingga Heesa dan Karina pun membulatkan kedua mata mereka terkejut.
"Anjayy keren juga. Gak diragukan lagi emang Bloody Party." Ucap Karina dan mengembalikan benda itu ditempatnya.
"Ini apa ya... Ada kekuatan apa disini." Karina mengambil kacamata dan memakainya, Heesa mengambil jam tangan dan memakaikannya disebelah tangan kirinya. Ia pun mencoba coba memencet tombol disana. Dan sebuah hologram muncul dari jam tangan itu, terlihat seperti bangunan sekolah dan lingkungan sekitarnya.
"Ini gak ada ap-Woahhh!" Karina menjerit pelan melihat hologram yang terlihat.
"Duh... Berasa kampungan banget gue, gara gara di Victoria gak ada kayak begini." Ucap Karina dan mencoba memegang hologram yang nyatanya tidak bisa disentuh.
Sekarang, Heesa mengambil kacamata yang dipegang oleh Karina. Saat gadis itu memakai kacamata itu. Muncullah sebuah tulisan di lensa kacamata itu.
"Selamat datang, Park Heesa." Itulah tulisan pertama yang keluar. Setelahnya, lensa itu seperti menganalisis Karina yang berada didekatnya dan muncullah sebuah informasi mengenai Karina, baik nama, tanggal lahir, tempat tinggal, bahkan terdapat informasi bahwa Karina berasal dari Victoria.
Setelah selesai menganalisis Karina, muncullah tulisan kembali yang menjelaskan fungsi dari kacamata, Jam tangan serta senjata yang merangkap menjadi inhaler.
Kacamata ini berfungsi untuk menganalisis identitas orang orang disekitarnya, dan kacamata ini dapat mendeteksi kehadiran seseorang, serta Kacamata ini hanya dapat digunakan oleh Heesa sendiri, karena sudah diprogram hanya digunakan oleh Heesa seorang. Lalu jam tangan, Jam tangan ini seperti peta sesuai dengan dimana Heesa berada dan sekelilingnya. Dan yang terakhir inhaler yang merupakan senjata tajam yaitu pisau, sengaja di desain seperti inhaler, supaya tidak terlalu mencolok dan aman dibawa kemanapun.
"Gokil banget emang sih teknologi Bloody Party. Jadinya mudah banget, coba aja Victoria kayak gini, jadinya setiap misi lebih gampang." Ucap Karina setelah melihat ketiga benda yang membuatnya takjub.
"Lo mau pindah ke Bloody Party emang?" Tanya Heesa bercanda.
"Ya kalo bisa mah gue pindah nih." Balas Karina dengan terkekeh, "Cuman gue gak mau aja bikin Victoria kecewa, apalagi kan gue bisa bertahan dan bebas juga karena Victoria. Coba aja kalo gue gak ada niatan buat kabur dan gabung ke Victoria, udah jadi apa gue?" Tambah Karina dengan senyum manisnya, Heesa mengangguk pelan membalas.
"Ah iya Rin. Bisa bantu gue gak?" Karina menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Bantuin gue cari informasi masa lalu Jungwon sebelum gue ada, bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[S3] Mafia || Yang Jungwon
Action"Jungwon... Berarti selama ini... Gue cuman mimpi..." ------------------------------------------------- ⚠️Disarankan untuk membaca Season 1 dan Season 2 terlebih dahulu ya, bisa di cek di akun aku ⚠️Jangan Sider!!! ⚠️Up jika sempat