⚔️_17_⚔️

205 26 3
                                    

Ting!

Pintu Lift terbuka, beberapa anggota Alpha dan Jungwon kini menyamar menjadi bodyguardnya. Tentu saja, wajah mereka diubah, sehingga tidak dapat dikenali. Bahkan, Heesa tidak mengenali yang mana yang merupakan Jungwon diantara kelima orang ini.

"Disini, Nona." Mereka pun berhenti disebuah kamar, Heesa langsung menempelkan kartu pada pintu kamar, dan pintu itupun terbuka.

Heesa masuk ke dalam ruangan itu bersama dengan ketiga orang dibelakangnya, entahlah Heesa tidak mengenali siapa di belakangnya.

Ruangan ini berisi seperti kamar VIP lainnya, terdapat ruang tamu yang memiliki view bangunan kota, toilet, ruang kamar, ruangan pakaian dan furniture mewah lainnya. Disalah satu tempat duduk yang ada diruangan tamu, sudah diisi oleh seorang pria muda.

Pria itu memutar tubuhnya dan barulah Heesa dapat melihat pria itu sepenuhnya.

"Nona Heesa?" Heesa mengangguk.

"Tuan Taeyoung?" Pria itu mengangguk dan kemudian berdiri, menjabat tangan Heesa. Pria itu sempat memperhatikan ketiga pria dibelakang Heesa dengan tatapan penuh selidik.

"Hmm... Bodyguard Nona tidak bisa ditaruh saja diluar? Karena kamar ini kan VIP yaa, dan kita juga butuh privasi, bukankah begitu?" Ucap pria yang bernama Taeyoung memandang ketiga pria yang ada dibelakang Heesa.

Heesa tersenyum canggung dan menoleh ke arah ketiga pria itu, "Kalian bisa pergi." Tanpa membalas apapun, ketiga pria itu keluar dari ruangan.

"Nahh, kan kayak gini enak." Pria itu duduk di sofa besar, dan menepuk sebelahnya yang masih kosong.

"Silahkan duduk Nona." Heesa yang sebenarnya jengkel hanya bisa tersenyum sabar dan duduk disamping pria itu.

"Sebenernya, gue gak tau ini mau ngapain. Bokap gue cuman bilang supaya gue tanda tangan kertas yang Lo kasih. Btw, sorry, gue gak bisa pake embel-embel 'Nona' atau apalah itu." Heesa hanya mengangguk pelan dan kemudian memberikan selembar kertas yang ada di dalam tasnya.

"Ini surat keterangannya, Tuan." Pria di depannya itu menerima, tapi kedua alisnya langsung menyatu melihat sesuatu yang janggal.

"Kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pihak kedua? Yang bener aja!" Pria itu langsung melempar kertas yang Heesa berikan hingga berserakan dimana-mana. "Udah gue duga, ada yang aneh dari kerjasama Bokap gue sama kalian."

"Kalau mau kerjasama, jangan cuman ngambil ruginya doang dong! Kontrak kayak gini aja kenapa harus diperpanjang! Tolol juga si tua itu main kerjasama aja." Pria itu menaikkan kakinya angkuh. "Tapi untuk tahun ini, gak! Gue sebagai penerus perusahaan, gak akan perpanjang kontraknya. Lo bisa pergi." Heesa menaikkan sebelah sudut bibirnya. Rupanya, pria di depannya ini tidak tahu apa-apa.

"Tuan tinggal menuliskan nama anda. Apa susahnya? Lagipula kami sudah membicarakan ini kepada Tuan Kim." Heesa mendekat ke arah Taeyoung, "Tanda tangan, atau... terpaksa anda harus saya musnahkan? Jangan sampai membuat saya terus meladeni, Tuan Taeyoung." Heesa kembali memberi jarak diantara mereka berdua.

"Seriuskah Lo ngomong gitu?" Pria itu menaikkan sebelah sudutnya. Dan tak lama kemudian, beberapa pria berbaju serba hitam muncul entah darimana, sepertinya sedaritadi mereka bersembunyi. Jumlahnya tidak banyak, sekitar 5 orang, akan tetapi mereka semua membawa pistol dan menodongkan ke arah Heesa.

"Lo pikir gue gak tau Lo siapa?" Taeyoung menyeringai, "Anak CEO dari perusahaan yang terkenal. Pantes sih bapak gue manut-manut aja sama kalian, karena kalian lebih berkuasa. Tapi, sekarang gimana? Gue lebih berkuasa." Heesa diam, pantas saja yang team Alpha diturunkan dalam misi ini, karena yang dihadapi agak-agak juga.

Taeyoung tersenyum kemenangan, pria itu kemudian mengambil lembaran kertas yang ada di dalam laci disebelahnya, pria itu menaruh kertas tersebut diatas meja.

"Sekarang, Lo yang tanda tangan atau Lo... Gue bunuh? Hmm, enggak, enggak, kalo dibunuh gue bakal dibantai, secarakan Bokap lu duitnya banyak. Jadi lebih baik, gue sandera dan gue minta tebusan. Cerdas banget gue!" Heesa mendecih pelan, dengan hati-hati gadis itu langsung mengambil tusukan pada rambutnya dan melemparkannya ke arah saklar utama, sehingga lampu menjadi mati. Suara satu tembakan terdengar, dengan berusaha semaksimal mungkin Heesa hindari. Untung saja gadis itu memakai kacamata yang dapat digunakan dalam keadaan gelap.

"Jangan tembak! Gue gak mau ganti kerusakan atau dapat protes dari pihak hotel, dasar idiot!" Umpat Taeyoung yang terkejut akan lampu yang tiba-tiba mati.

Taeyoung sedikit panik bercampur marah, pria itu pun meraba-raba setempatnya untuk pergi ke arah saklar lampu.

"CARI GADIS ITU!! DAN JANGAN BIARKAN PINTU TERBUKA!!" Perintah dari Taeyoung membuat keenam pria itu berpencar. Heesa yang berniat menyelinap keluar sedikit terhambat karena ada seseorang yang berjalan mendekati pintu.

Saat gadis itu berniat untuk pergi, mencari tempat aman untuk bersembunyi. Tiba-tiba saja, mulutnya ditutup dari belakang, ia juga dibawa ke suatu tempat. Tentu saja Heesa memberontak, gadis itu mengarahkan badannya ke kanan dan kiri untuk dilepaskan.

"Sttt, ini gue, Jungwon." Heesa berhenti memberontak, gadis itu menarik nafas sebanyak-banyaknya. Kaki yang sedang sakit, lalu menghadapi klien yang gila. Benar-benar menguras tenaganya hari ini.

"Yang lain udah ada dikamar ini. Mereka lagi diam-diam musnahin para pria yang pake baju item." Jelas Jungwon, "Lo gak apa-apa kan? Gak ada luka kan?" Heesa mengangguk membalas pertanyaan Jungwon.

"Lo diem disini dulu, gue dikomandoin buat gerak." Heesa hanya bisa diam, Jungwon yang melihatnya mengusap kepala gadis itu lembut. "Sebentar ya..." Heesa menghela nafasnya, ia tidak bisa lemah seperti ini. Kemana Heesa yang dengan kejam menodongkan pistolnya ke arah lawan? Apa ia hanya bisa diam ditempat itu sambil menunggu diselamatkan?

"Jung-hmpph!!!" Jungwon yang hendak keluar dari ruangan itu langsung menodongkan pistol ke arah pria yang menahan Heesa.

Jungwon tidak bisa berkutik, sedangkan Heesa hanya bisa memberontak walau ujung pisau sudah menggores permukaan kulit lehernya.

"Taruh senjata anda, dan jangan bergerak jika tidak ingin gadis ini mati." Mau tidak mau, Jungwon harus menaruh pistol yang ada ditangannya ke lantai. Kesempatan itu digunakan oleh musuh untuk membawa Heesa keluar dari tempat itu. Sial, Jungwon lupa untuk mengecek kehadiran musuh di dalam ruangan itu.

Heesa dibawa oleh pria berbaju hitam itu menuju keluar. Ternyata, lampu ruangan itu sudah menyala dan terlihat jika Taeyoung sudah terpojok karena tim Alpha sudah melumpuhkan musuh yang lain dan menodong pistol ke arahnya, terlihat mereka sudah tergeletak di lantai tak berdaya.

Tentu saja kedatangan Heesa yang ditawan oleh musuh mengejutkan tim Alpha yang mengikuti misi ini. Pria yang menawan Heesa itu berdiri diseberang Taeyoung yang sedang dipojokkan.

"Lepaskan Nona Heesa!"

"Ah... Sebenarnya malas kalo kayak gini," Balas pria berbaju hitam itu, "Lepasin tuh cowok. Gimanapun dia belum bayar gue dan temen-temen gue yang tewas karena hal ini."

"Gue bakal bayar kerugian Lo kalo Lo lepasin cewek itu." Ucap Jungwon yang baru datang mengikuti.

"Tch, bodyguard kayak Lo. Gak mungkin bisa bayar pembunuh bayaran kayak gue."

"Bisa, karena itu gue tawarin kesepakatan ini." Ketika pria yang menawannya sedang berpikir. Langsung saja Heesa memutar tangan pria itu, menguncinya dan mendorongnya ke dinding. Dan salah satu dari team Alpha langsung melempar sebuah pisau ke arah Heesa yang langsung ia tangkap. Heesa langsung saja menancapkan pisaunya ke arah perut pria itu, dilanjut ke arah jantung.

Sayangnya, saat semua sedang memperhatikan yang dilakukan Heesa, mereka tidak menyadari jika Taeyoung mengambil pistol di dekatnya dan langsung menarik pelatuk ke arah Heesa.

Dor!

"Jungwon.."

[S3] Mafia || Yang Jungwon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang