Chapter 3

255 25 1
                                    

TAMU

🐻🐻🐻

"Eh, kalian berdua mau tau gak?" Satu kalimat yang bisa membuat siapa saja langsung jadi penasaran. Sama halnya dengan Fasha dan Nia, keduanya menghentikan aktifitas makan mereka, menatap wajah Alana dengan tatapan penuh rasa penasaran. Meminta Alana untuk melanjutkan perkataannya.

"Apaan? Buruan!" Pinta Nia.

"Jangan bikin penasaran!" Lanjut Fasha.

"Kemarin, gue ketemu sama anak kecil pas gue makan di MXD." Alana menopang dagunya, mengingat wajah Noah yang sangat menggemaskan di matanya.

"Terus-terus?" Fasha mengambil es jeruk milik Alana, lalu meminumnya.

"Gue langsung ceritain aja lah, ya, biar gak pada penasaran."

"Memang seharusnya begitu." Nia mengambil es jeruk milik Alana dari tangan Fasha lalu meminumnya.

"He! Dua cewek pe'a! Habis es jeruk gue! Pada nyeropot aja lo bedua!" Fasha dan Nia menyengir kuda, keduanya merasa tidak bersalah sama apa yang mereka lakukan.

"Entar kami beliin yang baru. Eh, maksudnya, entar Fasha beliin yang baru." Fasha menyentil dahi Nia.

"Enak aja lo! Bukan gue doank yang minum, tapi lo juga!"

"Ya udah, entar kita berdua beli es jeruk buat Alana. Sekarang, kita dengerin dulu cerita Alana." Fasha mensetujui Nia. "Lanjut Al." Alana menceritakan pengalaman ia kemarin saat berada di restaurant makanan cepat saji. Mulai dari ia bertemu dengan Noah hingga pada akhirnya, Noah meminta ayahnya untuk menjadikan Alana istri, atau ibu sambung yang baik untuk Noah. Tidak ada yang tertinggal saat Alana bercerita. Alana bercerita sedetail mungkin.

"Buset, tuh bocah, bisa aja milih cewek perawan yang cantik." Fasha dan Nia terkekeh bersama.

"Nyuruh bapaknya nikah udah kek mau ngajak main PS yak!"

"Hahaha, iyak!" Fasha dan Nia kembali terkekeh.

"Ahhh... rasanya, gue mau ketemu sama Noah lagi. Sebegitu menggemaskannya anak itu. Baru umur 3 tahun, ngomongnya udah lancar banget. Keliatan, kalau dia anak yang pintar. Lo pada tau sendiri kan, walaupun gue kek begini, gue suka sama yang namanya anak kecil." Ya, walaupun emosi Alana setipis tisu dibagi dua disiram pake air, Alana sangat menyukai anak kecil.

"Kalau lo mau ketemu sama tuh bocah. Lo tinggal bertamu aja ke rumah dia." Nia memberi saran.

"Gak bisa. Kemarin, gue lupa minta alamatnya. Gue langsung main cabut aja setelah Noah minta papanya buat nikahin gue. Gue agak syok sedikit makanya gue cabut."

"Hemmm... kali ini, lo agak tolil sih, Na." Nia menggeleng heran.

"Eh, tapi... papanya ganteng, gak?" Tanya Fasha sembari menaik turunkan alisnya.

"Iya ganteng. Baru kali ini, gue ngeliat duda anak satu yang sesuai dengan ekspetasi anak wattpad. Keknya, masih muda juga."

"Gasken lah Al, lo jadi mama muda buat Noah. Kapan lagi, dapat duda ganteng. BTW, tuh duda, tajir gak?"

"Kalau di lihat-lihat, pakaian yang dikenakan oleh Noah dan papanya rata-rata merek dari Dior. Dari ujung kepala sampai ujung kaki." Fasha dan Nia melongo dan saling tatap.

"Anak-bapak udah kek toko bejalan aja." Alana, Fasha dan Nia tertawa bersama karena jokes Nia.

"Tapi, gue pengen deh, nyobain pacaran sama duda. Maksudnya, pacaran sama cowok yang dewasa, gitu."

"Kenapa lo pengen nyoba-nyoba?" Tanya Fasha.

"Kata mpok Ratih. Pacaran sama cowok yang udah dewasa itu enak. Pikirannya udah mateng. Gak banyak drama ini-itu."

CONNECT ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang